KETUA UMUM MUI: UMAT ISLAM HARUS JADI PENENTU

Ketua Umum MUI, Din Syamsudin (Foto: Zaenal/MINA)
Ketua Umum , Din Syamsudin (Foto: Zaenal/MINA)

, 20 Rabi’ul Akhir 1436/10 Februari 2015 (MINA) – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsudin mengaskan, di Indonesia harus menjadi penentu bagi masa depan bangsa ini.

“Umat Islam di Indonesia harus dapat menjadi penentu bagi masa depan bangsa dan jangan hanya menjadi pelengkap,” katanya kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), di sela-sela kesibukannya pada acara Umat Islam Indonesia (KUII) VI di Yogyakarta, Selasa (10/2).

Menurutnya, di era modern ini peran umat Islam jangan sampai berkurang, tapi harus lebih kuat dalam menentukan masa depan bangsa. Umat Islam di kelompok mana saja atau partai apa pun harus memperjuangkan kepentingan umat.

“Peran umat Islam jangan sampai berkurang terlebih di era yang modern dan serba liberal ini,” kata Din Syamsudin.

Dikatakan,  KUII VI di Yogyakarta bermaksud mendorong agar semua kelompok yang berbasis Islam dan juga partai-partai yang mengatasnamakan Islam atau yang basisnya Islam, untuk dapat menjalin koalisi strategis. Masing-masing kelompok atau partai Islam harus dapat melikuidasi kepentingannya saja sebagai konsekuensi mengatasnamakan Islam.

“Melikuidasi ini bukan eksistensi-nya, tapi harus sama-sama memperjuangkan nasib umat Islam,” jelas Din Syamsudin.

Umpamanya, jelasnya, arus liberalisasi ekonomi yang terjadi dewasa ini, dampaknya sangat merugikan rakyat terutama umat Islam. Maka semestinya partai-partai yang mengatasnamakan dan berbasis Islam itu harus mampu tampil dengan konsep dan paradigma pembangunan ekonomi yang bersifat kerakyatan.

“Konsep dan paradigma itu jika dijalankan akan dapat menyejahterakan umat,” katanya.

KUII VI ini mengusung tema “Penguatan peran politik, ekonomi dan sosial budaya umat Islam untuk Indonesia yang berkeadilan dan berperadaban”. Tema itu dimaksudkan sebagai evaluasi kritis baik ke dalam maupun keluar terhadap umat Islam.

Melalui KUII diharapkan akan lahir komitmen bersama yang disepakati sebagai dokumen historis. Inti dari kesepakatan itu diantaranya bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan buah dari perjuangan umat Islam, maka sudah seharusnya umat Islam selalu mengawal NKRI dengan tanggungjawab mengisinya.

“Umat Islam harus buktikan untuk mengisi pembangunan dan berperan aktiv dengan tetap menjaga persatuan dan kesatuan sehingga umat Islam ini benar-benar kuat,” tandas Din Syamsudin.

KUII VI di Yogyakarta, secara resmi dibuka oleh Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia, Jusuf Kalla Senin (9/2), bertempat di Keraton Yogyakarta diikuti oleh 700 peserta dari seluruh Indonesia.

Peserta merupakan wakil-wakil dari umat Islam yang terdiri dari pimpinan ormas-0rmas dan lembaga-lembaga Islam.

Menghadiri acara pembukaan antaranya, Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, Menteri Agama, Lukman Hakim Saifudin, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X dan beberapa utusan yang mewakili beberapa unsur umat Islam.

Juga hadir utusan dari beberapa negara tetangga, antara lain: Singapura, Thailand, Vietnam dan lainnya. KUII akan berlangsung hingga Rabu (11/2) yang direncanakan ditutup oleh Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi). (L/R11/ P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Comments: 0