KETUA PARLEMEN: TURKI INGIN KEBENARAN SEJARAH 1915 TERUNGKAP

Ketua Parlemen Turki Cemil Cicek. (Foto: AA)
Ketua Parlemen Cemil Cicek. (Foto: AA)

Moskow, 27 Jumadil Akhir 1436/16 April 2015 (MINA) – Ketua Parlemen Turki Cemil Cicek mengatakan Rabu (15/4), Turki siap menghadapi kebenaran , mengacu pada peristiwa 1915, di mana Kekaisaran Ottoman telah dituding melakukan “” terhadap etnis .

“Turki siap untuk menghadapi sejarah,” kata Cicek selama kunjungan resminya ke Moskow, Rusia.

Dia mengatakan, bangsa Turki ingin kebenaran peristiwa 1915 terungkap dan negara itu siap bekerja sama dengan orang-orang yang akan memberikan kontribusi dalam proses ini, Anadolu Agency yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), melaporkan.

“Kami berbagi rasa sakit dari Perang Dunia I. Namun untuk menyingkirkan rasa sakit itu dan berkata kepada orang lain ‘hanya orang Armenia yang menderita’, adalah sebuah pendekatan yang sangat eksploitatif,” kata Cicek dan menambahkan, lebih 20 juta orang kehilangan nyawanya selama Perang Dunia I.

Dia menekankan, “genosida” memiliki definisi hukum tertentu.

“Itu ilegal dan tidak bermoral menuduh masyarakat melakukan genosida tanpa bukti,” katanya.

Peristiwa 1915 terjadi selama Perang Dunia I ketika sebagian penduduk Armenia yang tinggal di Kekaisaran Ottoman berpihak pada Rusia, menyerang dan memberontak terhadap Kekaisaran.

Kekaisaran Ottoman memindahkan warga Armenia di Anatolia timur menyusul terjadinya pemberontakan dan ada korban di pihak Armenia selama proses relokasi.

Etnis Armenia telah menuntut permintaan maaf dan kompensasi, sementara Turki secara resmi telah membantah tuduhan Armenia atas insiden itu, meskipun banyak etnis Armenia tewas.

Namun, banyak orang Turki yang juga tewas dalam serangan kelompok-kelompok Armenia di Anatolia.

Pemerintah Turki telah berulang kali meminta sejarawan untuk mempelajari arsip Ottoman yang berkaitan dengan era itu untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi antara pemerintah Ottoman dan warga Armenia.

Masalah ini menghangat kembali belakangan ini sesudah pada Ahad (12/4), Paus Pope Francis mengatakan, genocida pertama abad ke-20 dialami bangsa Armenia yang dilakukan oleh Kesultanan Ottoman Turki.

Pernyataan itu menyebabkan Turki menunjukkan rasa tak senang dengan memanggil pulang duta besarnya di Vatikan untuk konsultasi dan juga memanggil utusan Vatikan di Ankara untuk minta penjelasan.

Paus membuat pernyataan tersebut pada sebuah Misa dalam ritus Katolik Armenia di Basilika Santo Petrus, di mana Presiden Armenia Serzh Sargsyan juga hadir. (T/P001/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0