Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

KETUA UMUM MUI OPTIMIS ADA TITIK TEMU PENYATUAN KALENDER HIJRIYAH

Chamid Riyadi - Sabtu, 15 Agustus 2015 - 20:19 WIB

Sabtu, 15 Agustus 2015 - 20:19 WIB

534 Views

Jakarta, 1 Dzulqa’dah 1436/15 Agustus 2015 (MINA) – Ketua Umum Majeleis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin mengatakan, pihaknya optimis kalau ada titik temu atas penyatuan kalender Hijriyah

“Perlu ada standar yang disepekati, misalnya tentang definisi hilal, dan itu harus memenuhi kriteria agama dan pengetahuan. Namun demikian, jika tidak ada titik temu, maka yang harus dikedepankan adalah toleransi,” kata Din Syamsuddin saat memberikan sambutan pada Kegiatan Penyusunan Standarisasi Kriteria Awal Bulan Qamariah, Jakarta, Jum’at (14/08) malam.

Pihaknya hanya menyampaikan pandangan pribadinya, dan tidak terpengaruh dengan pendapat ormas Islam, khususnya Muhammadiyah. Din menegaskan, upaya penyatuan kalender hijriyah itu penting karena membawa dampak sosial bagi umat.

“Kita semua mesti melihatnya secara jernih,” tegas Din Syamsuddin.

Baca Juga: Presiden Biden Positif COVID-19 Saat Kampanye di Las Vegas

Upaya penyatuan kalender Hijriyah penting, lanjut Din Syamsuddin, karena persoalan itu mengandung dimensi ibadah, sosial, dan festival yang kuat.

“Mungkin nanti ada dimensi ibadah, lalu terkait juga dengan dimensi ekonomi. Hemat saya, ini karena pada tataran filosofis, teologis, memang peribadatan dalam Islam sangat terkait dengan waktu,” kata Din Syamsuddin menerangkan.

Menurutnya, dalam Islam, persoalan dimensi waktu, baik tentang waktu shalat, zakat, haji, dan ibadah lainnya, sangat terkait dengan fenomena alam. Dimensi waktu terkait dengan perubahan makro dan mikrokosmos.

“Keberadaan manusia di planet sangat berhubungan dengan waktu dan jagat raya,” ujarnya.

Baca Juga: Militer Israel Tarik Sebagian Besar Pasukan Darat dari Gaza Selatan

“Peribadatan kita, kapan harus shalat Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya ada kaitan dengan waktu. Kapan memulai dan mengakhiri Ramadan ada keterkaitan dengan waktu pula,” tegasnya.

Sementara Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, agar bisa segera mencari solusi dan pemecahan yang akutable, salah satunya adalah dengan menentukan standard kriteria awal bulan Qamariah secara independen dan bebas intervensi.

“Kita harus mampu menjawab dan menjelaskan permasalahan perbedaan tersebut kepada umat Islam secara proposional dan profesional,” kata Lukman Hakim Saefuddin.(T/P010/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: MAPIM: Pembunuhan Tujuh Anggota World Center Kitchen Oleh Israel Tidak Dapat Dimaafkan

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Dunia Islam
Indonesia
Indonesia
Kolom