Jakarta, MINA – Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Prof. Arif Satria mengatakan, Idul Adha adalah momentum kebersamaan dan sekaligus untuk berbagi.
“Hewan qurban yang kita bagikan adalah syariat tentang mekanisme berbagi. Pembagian hewan kurban kepada yang berhak merupakan simbol pentingnya semangat berbagi, ” ujar Arif dalam khutbah Shalat Idul Adha 1443 H di Masjid Darussalam Kota Wisata, Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Ahad (10/7).
Namun, ia berharap semangat berbagi dan kebersamaan tidak hanya saat Idul Adha tetapi juga di waktu-waktu yang lain.
Arif juga menyampaikan, saat ini orang hidup di era yang penuh dengan perubahan. Perubahan itu keniscayaan karena bisa dikatakan bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri.
Baca Juga: Menag RI dan Dubes Sudan Bahas Kerja Sama Pendidikan
“Karakteristik perubahan yang dirasakan hari ini berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Perubahan hari ini dicirikan dengan kecepatan yang tinggi, penuh kompleksitas, dan membawa ketidakpastian,” ujarnya.
Ia menjelaskan ada tiga sumber yang telah membuat hidup berubah saat ini. Pertama, adalah perubahan ikilm, kedua adalah revolusi industri 4.0 dan ketiga adalah pandemi Covid-19.
“Ketiga sumber tersebut mendatangkan masalah dan tantangan, ” tutur Rektor IPB University itu.
Adanya perubahan di kehidupan sekarang ini, sambung Arif Satria, salah satunya pandemi Covid-19 telah membuat semua serba tidak pasti dan varian baru terus bermunculan.
Baca Juga: Mendikti Sampaikan Tiga Arah Kebijakan Pendidikan Tinggi Indonesia
Kejadian pandemi ini bukanlah peristiwa biasa karena dampaknya sangat luas secara global dan sistemik. Seluruh sektor kehidupan terkena dampak pandemi ini.
“Bagi orang yang beriman, maka sejumlah masalah dan tantangan tersebut akan dianggap sebagai ujian. Ujian adalah cara Allah agar kita naik kelas. Tidak ada pelaut ulung yang lahir di lautan yang tenang, ” ujarnya.
“Ujian adalah cara Allah untuk menempa keimanan dan kehebatan kita. Untuk itulah kita diperintahkan untuk senantiasa belajar dari kisah-kisah Nabi dan masyarakat terdahulu yang diceritakan dalam Al Quran yaitu dalam QS Yusuf ayat 111,” lanjutnya.
Arif menambahkan ada dua dimensi ujian, yaitu ujian ketaqwaan dan ujian kehidupan. Keduanya saling berkaitan di kehidupan di dunia ini.
Baca Juga: Kedutaan Besar Sudan Sediakan Pengajar Bahasa Arab untuk Pondok Pesantren
“Ujian ketaqwaan hampir dialami semua nabi. Idul Adha adalah sebuah peristiwa besar yang diabadikan dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail AS. Ujian ketaqwaan begitu besar, namun ujian itu bisa dilewati, ” tuturnya.
Ujian pertama, adalah ketika Nabi Ibrahim harus berhadapan dengan ayah dan kaumnya yang musyrik, bahkan sampai dihukum dengan dibakar hidup-hidup kisah itu tercantum dalam Surat Al Anbiya ayat 51 hingga 69 . Ujian kedua yaitu ketika Allah memerintah untuk menyembelih putra tercintanya yang sudah lama dinanti, Isma’il.
“Kisah itu terdapat di dalam Surat Ash Shaffat ayat 102 hingga 107,” tuturnya.
Sementara itu ujian kehidupan sambung Ketum ICMI yang juga Rektor IPB University tersebut, berkaitan dengan kenikmatan kehidupan. Ada yang diuji dengan nikmat yang minimal dengan kekurangan di berbagai aspek, baik rezeki, kesehatan, tahta, kekuarga, dan kehidupan sosial.
Baca Juga: Konferensi Internasional Muslimah Angkat Peran Perempuan dalam Pembangunan Berkelanjutan
“Inilah yang sering disebut orang awam sebagai ujian. Seolah ujian hanya yang berkaitan dengan penderitaan. Padahal ada juga ujian berupa kelimpahan nikmat hidup sebagaimana dialami Nabi Sulaiman, ” katanya. (R/R5/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tingkatkan Literasi Al-Aqsa, AWG Gelar Sosialisasi di PPTQ Khadijah Pesawaran Lampung