“Setiap ibadah umat Islam, baik itu ibadah mahdhah, langsung dengan Allah, maupun ibadah muamalah, hubungan antarmanusia, memiliki hubungan sangat erat dengan pemeliharaan lingkungan hidup,” ujar Penulis Buku Fiqih Lingkungan itu kepada wartawan Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency) di Jakarta, Selasa (11/6).
Ia mencontohkan, ibadah wudhu. Setiap muslim diwajibkan menggunakan air bersih dan suci. Air itu diperoleh dari mata air yang bersih juga.
“Ini berkaitan dengan pelestarikan pohon dan hutan agar ketersediaan air bersih terjaga serta ketersediaan air bersih di lingkungan kita,” tambahnya.
Baca Juga: Kota Semarang Raih Juara I Anugerah Bangga Berwisata Tingkat Nasional
Contoh lain, menurutnya adalah ketika dalam ibadah haji. Para jamaah dilarang memetik dedaunan dan tumbuhan selama musim haji.
“Bisa dibayangkan jika satu jamaah memetik satu daun, ada empat juta jamaah, kelestarian lingkungan hidup tentu jadi rusak,” katanya.
Ia yang juga aktif dalam program pemberdayaan ekonomi umat, menambahkan, ada tiga sumber daya alam yang tidak boleh dikuasai oleh individu atau kelompok tertentu, yaitu air, tanaman atau hutan, dan api atau energi.
“Selama ini, ketiga sumber itu 90 persen dikuasai swasta dan kelompok tertentu, mestinya Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Akibatnya, rakyat Indonesia tidak memperoleh kesejahteraan yang merata,” paparnya.
Baca Juga: Banjir Rob Jakarta Utara Sebabkan 19 Perjalanan KRL Jakarta Kota-Priok Dibatalkan
Dalam masalah pangan, ia mengatakan, mesti ada diversifikasi pertanian atau usaha penganekaragaman jenis tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah jenis tanaman.
Ia mencotohkan, misalnya penanaman tanaman sorgum, sejenis gandum, sebagai produk makanan alternative padi. Di samping sebagai btanaman yang tidak perlu banyak air, juga kandungan gizinya tidak kalah dengan beras.
“Namun harus disertai dengan kebijakan pemerintah dan swasta yang berpihak pada masyarakat. Jangan sampai setelah produksi, tidak diterima oleh paberik besar karena dianggap kurang memenuhi kuota produksi.
Gambaran lain, ia mencontohkan betapa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menekankan, jika umat Islam tahu esok kiamat, sementara ia memegang sebiji kurma, maka tanam biji kurma itu.
Baca Juga: Banjir Rob Rendam Sejumlah Wilayah di Pesisir Jakarta Utara
“Ini menunjukkan Islam sangat menganjurkan penghijauan tanaman, bukan pengrusakan seperti yang sekarang terjadi,” katanya.
Disinggung mengenai kebijakan impor berbagai produk pertanian dan peternakan, juru dakwah itu menyebutkan, perlu pemberdayaan masyarakat pesantren sebagai basis pemberdayaan sumber daya alam Indonesia.
Bagaimanapun pesantren punya tradisi yang baik dan pola kemandirian. Tinggal bagaimana diberdayakan oleh pemerintah dan swasta yang memiliki kemampuan, paparnya. (L/P04/P01/P015/R1).
Mi’raj News Agency( MINA)
Baca Juga: Presiden Prabowo Beri Amnesti ke 44 Ribu Narapidana