Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keutamaan Bulan Dzulhijah

Bahron Ansori - Sabtu, 3 September 2016 - 17:25 WIB

Sabtu, 3 September 2016 - 17:25 WIB

598 Views

Oleh Dudin Shobaruddin, MA., Ketua Sekolah Tinggi SQABM

Imaam Yakhsyallah Mansur telah menetapkan bahwa 1 Dzulhaijah tahun ini jatuh pada hari Sabtu 3 September 2016. Keputusan diambil setelah mengumpulkan semua informasi terutama dari pemerintah Indonesia dan Saudi Arabia. Dengan keputusan tersebut berarti Idul Adha jatuh pada Senin 12 September 2016.

Karena itu, ada beberapa amalan utaman yang harus diketahui oleh setiap Muslim terutama di 10 hari pertama bulan Dzulhijah atau bulan Haji ini.

  1. Keutamaan Sepuluh yang Pertama

Dalam Al-Quran allah berfirman:

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

{ وَالْفَجْرِ * وَلَيَالٍ عَشْرٍِ } [ الفجر: 1-2 ]

“Demi Fajar,,dan Demi malam yang Sepuluh.” (Qs. al-Fajar:1-2).

Menurut tafsir Ibnu Katsir, dengan mengambil perkataan dari Inu Abbas bahwa ayat yang dimaksud dengan sumpah Allah malam yang sepuluh adalah sepuluh yang pertama dalam bulan Dzulhijah. Kemudian dijelaskan lagi oleh Allah dalam ayat yang lain dengan firman-Nya:

{ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ } [ الحج: 28 ]

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

“Dan mereka mengingat (dzikir) kepada Allah dalam hari-hari tertentu.” (Qs. al-Haj:28).

Maksud ayat ini seperti pendapat Ibnnu Abbas yang dinukil oleh Imam Bukhari, adalah  hari yang sepuluh pertama dalam bulan Haji ini. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa tiada hari yang paling utama dalam dunia ini kecuali hari yang kesepuluh pertama dalam bulan Dzulhijah.

Ibnu hajar al-Asqalani dalam Kitabnya Fathul Baari 2/534, memberi komentar tentang kemuliaan hari yang sepuluh pertama ini karena adanya komponen amalan para hamba Allah yang menyeluruh, mulai dari solat, sedekah, puasa dan haji. Hal ini tidak bisa diperoleh di bulan-bulan yang lainya.

Dalam Majmu Fatawa (23: 154) Ibnu Taimiyah  pernah ditanya antara mana yang lebih utama sepuluh Ramadan yang pertama dengan sepuluh yang petama dibulan Dzulhijah, maka jawabnya adalah malam yang pertama bulan Dzulhijah lebih utama, dan malam sepuluh terakhir Ramadlan lebih utama dibanding dengan sepuluh yang pertama bulan Haji ini.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Menurut sebagian ulama seperti Ibnu Qayyim al-Jauzi, jika kita perhatikan dengan lebih teliti amalan yang amat dicintai Allah adalah di hari sepuluh pertama ini, karena disini ada Hari Arafah (Wukuf), hari Tarwiyah, hari Nahar (Idul Adha), sedangkan hari sepuluh terakhir Ramadlan adalah adanya malam-malam yang dihidupkan oleh baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam karena adanya satu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu malam Lailatul Qadar.

Para ulama memberikan perhatian khusus pada sepuluh hari pertama di bulan haji ini, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Anjuran Beramal di Sepuluh Hari Pertama

Ada beberapa hadis yang menganjurkan untuk banyak beramal pada bulan Dzulhijah ini, yang mempunyai keutamaan tersendiri dibanding dengan bulan-bulan yang lain. Salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas yang menceritakan dari Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wasallam, tiada amalan yang paling utama di hari ini (sepuluh pertama bulan Dzulhijjah), para sahabat bertanya, “Tidak jihad dijalan Allah? Rasul menjawab: Tidak, kecualai seseorang yang keluar berjihad yang mengorbankan jiwa dan hartanya yang tiada sesuatu apapun.(HR. Bukhari : 969).

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Dalam riwayat Tirmidzi yang redaksi hampir sama, tapi dengan menggunakan lafaz; “Tiada amal sholeh yang lebih dicintai…” lebih dari delapan hadis yang memiliki pengertian yang sama dengan memberikan pengertian betapa besarnya arti beramal sholeh pada bulan Dzil Hijjah ini. Bahkan hadis-hadis tersebut dishahihkan oleh pakar hadis abad dua puluh, Syaikh Nasiruddin Al-Albany.

Ibnu Hajar al-Asqolani mengomentari tentang hadis di atas, bahwa adanya keutamaan jihad di bulan Haji ini dibanding bulan lain tentu memiliki tujuan tersendiri, yaitu adanya keutamaan sebagian tempat dan waktu.  Sepuluh hari pertama bulan Haji dibanding dengan  hari-hari lain memberi faedah bagi siapa yang mau bernazar seperti shaum atau amalan apa pun untuk dilaksanakan pada bulan ini dengan menentukan hari seperti Hari Arafah, karena riwayat yang paling shohih adalah hari yang paling utama dalam yang sepuluh itu. Sekiranya seseorang ingin menentukan dalam setiap minggu maka pilihlah hari Jum’at berdasarkan hadis Nabi, “Sebaik-baik hari bila terbitnya matahari ialah hari Jum’at.” (Muslim).

Adapun keutamaan amal shalih yang sangat dianjurkan pada hari pertama di bulan ini antara lain sebagai berikut.

Pertama, shaum (puasa). Sangat dianjurkan untuk berpuasa (shaum) pada hari yang sepuluh pertama bulan ini, yang tentu tidak termasuk tanggal sepuluhnya. Yang berarti dari tanggal satu sampai tanggal 9 Dzulhijah. Menurut Imam Ibnu Rajab, di antara shahabat Nabi yang biasa melakukannya adalah Abdullah bin Umar ra.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Diriwayatkan oleh Aisyah radiyallahu’anha, katanya, “Saya tidak pernah melihat sama sekali Nabi berpuasa pada hari yang sepuluh.” Menurut Imaam Nawawi dalam syarhnya tentang hadis ini bahwa ada sebahagian yang kabur memahami hadis tentang shaum yang sepuluh ini. Yang dimaksud dengan shaum yang sepuluh ini adalah Sembilan hari dari awal Dzulhijah.

Kedua, qiyamullail. Dianjurkan juga di sepuluh hari awal Dzulhijah ini mendirikan solat malam, sebab berdoa selepas solat malam itu akan diijabah oleh Allah Ta’ala. Imaam syafei dan ulama lainnya sangat menekankan amalan solat malam pada sepuluh hari awal bulan ini.

Diriwayatkan dari Ibn Abbas bila beliau masuk pada hari yang sepuluh di bulan ini, ia sangat bersunguh-sungguh  beramal seakan-akan yang lain tidak mampu melakukannya. Dalam riwayat lain beliau berkata, “Jangan kamu matikan lampu pada hari sepuluh yang awal ini (Dzulhijah), yaitu benar-benar fokus untuk beribadah.” (Ibn Rajab, Lataiful Ma’arif 524). Artinya, banyak berjaga malam untuk beribadah, bukan untuk yang lainya seperti yang banyak dilakukan kaum Muslimin saat ini, lebih banyak menonton TV dan lain-lain.

keutamaan-puasa-arafah-300x225.jpg" alt="fadilah keutamaan puasa arafah" width="300" height="225" />Ketiga, dzikrullah. Berdasarkan firman Allah Ta’ala di dalam surat Al Haj: 28, yang artinya,Dan mereka mengingat nama Allah pada hari-hari yang ditentukan. Yaitu hari sepuluh pertama pada bulan haj ini. Maksudnya bukan berarti pada bulan atau hari lain tidak berdzikir, tapi hal ini memberikan motivasi agar beramal lebih dari hari-hari biasanya. Orang-orang yang pergi haji mereka tidak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur dan memuji serta takbir akan keagungan Allah, terutama bertalbiyah.

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

Dalam riwayat Bukhari diriwayatkan, “Adalah Ibn Umar, Abu Hurairah keluar ke pasar pada hari yang sepuluh ini seraya bertakbir, lalu orang lain pun ikut takbir. Dalam riwayat yang lain Umar pun juga berbuat demikian dengan bertakbir, para penduduk masjid mendengarnya, mereka pun ikut bertakbir. Orang-orang dipasar pun ikut sama bergemuruh turut bertakbir, termasuk kaum muslimah pun tak mau ketinggalan bahkan sampai pada hari-hari tasyrik di Masjid-masjid. Hal ini tentu demi hidupnya syiar Islam dalam mengagungkan Allah Ta’ala.” (Ibn Rajab 524). Umat Islam melakukan perintah Allah dalam membesarkan dan mengagungkan-Nya.

Ketiga, taubat pada Allah. Adalah amalan yang sangat dianjurkan Allah dan Rasul-Nya tidak mengenal tempat dan waktu. Bagaimanapun adalah kesempatan besar bagi kita yang berada pada hari yang kesepuluh pertama dibulan Haj ini untuk menyesali segala perbuatan yang menyalahi Allah dan Rasul (maksiat). Bertekad untuk tidak mengulanginya lagi, dengan upaya semaksimal mungkin agar selalu berada pada kebaikan. Ada pun jika kesalahan itu terjadi pada Bani Adam maka wajib minta maaf kepadanya.

Seperti dalam firman Allah Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

“Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kamu dengan taubat yang nasuh (yang sebenarnya)…”

Perlu diketahui, bahwa perbuatan dosa akan menjadi penghalang segala rahmat dan karunia Allah. Semoga kita terbebas dari segala dosa dan noda.

Keempat, memperbaharui niat. Memperkuat azam dengan lebih agar masa depan senantiasa berada pada naungan dan lindungan Allah dengan melakukan segala perintah Allah semaksimal mungkin, seperti menunaikan Solat berjamaah di Masjid tepat waktu, bersodaqah, berzakat abagi yang nisab, berbakti pada orang tua, khidmat pada msyarakat, membiasakan untuk membaca al-Qura’an, memperbanyak do’a, dan lain-lain yang sinonim dengan kebaikan yang dilakkukan dengan tulus ikhlas..

  1. Puasa Arafah

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam secara khusus memotivasi umatnya agar bisa melaksanakan Shaum atau Puasa Arafah. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam terlah bersabda tentang keutamaan Puasa di hari Arafah ini. Diriwayatkan oleh Abi Qatadah al-Ansari ra bersabda:

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ، وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ.

“Shaum Arafah dihitung dapat menghapuskan dosa setahun sebelumnya dan satu tahun sesudahnya. (Muslim No. 1162), juga diriwayatkan oleh Tirmidzy (No.749), Ibn Majah (1756).

Betapa dahsyat manfaat yang akan diterima bagi setiap Muslim yang bisa melaksanakan shaum di hari Arafah itu. Allah Ta’ala akan menghapus dosa satu tahun sebelum dan sesudahnya.

Imam Nawawi memberikan komentar terkait hadis di atas, Shaum Arafah ini berarti memberikan kifarat (tebusan) untuk dua tahun. Bagaimanapun katanya, yang dimaksud dosa ini, adalah dosa kecil, seperti halnya wudlu yang dapat menghapus dosa. Sekiranya hal ini untuk dosa-dosa kecil, maka berharap dapat meringankan dosa-dosa yang besar (Syarah Shahih Muslim 4: 308).

Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin

Adapun yang terlibat dosa yang besar atau disebut Kabaair maka tentu harus dengan Taubat Nasuha, seperti yang disebutkan di atas. Sekiranya ada pertanyaan bagaimana menghapus dosa satu tahun yang akan datang sedangkan dia belum melaluinya? Seorang ulama Al-Mubarakfuri berkata, “Maksudnya Allah akan menjaganya dari dosa dan noda, atau dia akan dikaruniakan-Nya rahmat.”  (Tuhafatul Ahwadzy 3: 171).

        3Hari Nahar

Hari Nahar adalah hari yang ke sepuluh  dari bulan Dzulhijah atau disebut juga dengan Idul Adha (Hari Raya Qurban). Disebut hari Nahar karena umat Islam bersenang-senang dengan menyembelih dan menikmati hidangan daging Qurban. Adapun jemaah haji pada hari ini melakukan prosesi melempar Jumrah Aqabah yaitu satu dari tiga jamarat terbesar sebanyak 7 kali. Setelah itu, para hujaj boleh bertahallul awal dengan mencukur rambut kemudian boleh melepaskan Ihrahmnya, dan bersenag-senganlah setelah itu.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersaba:

Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa

إِنَّ أَعْظَمَ اْلأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ، ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ. [ صحيح / صحيح سنن أبي داود، (1765)

“Seagung-agungnya hari adalah hari Nahar kemudian hari Qir.” (HR. Abu Daud No. 1765).

Hadis ini juga terdapat dalam Shahih Jamius shogir oleh Syaikh al-Albani (1/242). Menurutnya, Hari Qir, ialah hari ke sebelas dari bulan Haji dimana para hujja berkumpul di Mina setelah bertahallul untuk menyempurnakan ibadah hajinya.

Semoga disepuluh hari pertama bulan Dzulhijah ini kita bisa menyambutnya dengan memaksimalkan segala amal ibadah yang telah dicontohkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabatnya serta para salafus shalih, aamiin.(K05/R02)

(Disarikan dari berbagai sumber, Maktabah Syamilah)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
MINA Health
Khadijah
Kolom