Oleh : Ali Farkhan Tsani
Kajian Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 185
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Artinya : “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS Al-Baqarah [2] : 185).
Ibnu Katsir menguraikan, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memuji bulan Ramadhan di antara bulan-bulan lainnya.
شَهْرُ رَمَضَانَ
“Bulan Ramadhan”
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memilihnya di antara semua bulan sebagai bulan yang padanya diturunkan Al-Quran yang agung.
“Ramadhan” berasal dari kata :
رَمَضَ – يَرْمُضُ – رَمَضَانَ
Artinya : panas membakar.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Panas membakar bisa berasal dari sinar matahari. Sejarahnya, orang-orang Arab dahulu ketika memindahkan nama-nama bulan dari bahasa lama ke bahasa Arab, mereka namakan bulan-bulan itu menurut masa yang dilaluinya. Datangnya bulan Ramadhan masa itu bertepatan dengan masa panas akibat sengatan terik matahari. Apalagi bagi pejalan kaki di atas padang pasir. Maka dinamakan bulan Ramadhan.
Ramadhan bermakna panas membakar juga didasarkan karena perut orang-orang yang berpuasa tengah terbakar pada bulan itu akibat menahan makan dan minum seharian. Panas membakar bulan Ramadhan bisa juga berarti karena bulan Ramadhan memberikan energi untuk membakar dosa-dosa yang dilakukan manusia. Oleh karena itu, pada bulan Ramadhan yang mulia ini umat Islam dibakar, ditempa, serta digembleng dengan berbagai amaliyah Ramadhan, agar hawa nafsu tertundukkan dan lumuran dosa-dosanya terkikis habis. Hingga seusai Ramadhan tercapailah derajat taqwa di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
1. Keutamaan Ramadhan
Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Salman Al-Faris Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wasallam berkhutbah pada akhir bulan Sya’ban :
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
يَا اَيُّهَاالنَّاسُ قَدْ اَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيْمٌ مُبَارَكٌ شَهْرٌ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ شَهْرٍ
“Wahai segala manusia ! Telah dinaungi kamu sekalian oleh bulan yang diberkati, dan bulan yang di dalamnya terdapat Lailatul Qadar, malam yang lebih baik daripada seribu bulan”
شَهْرٌجَعَلَ اللهُ صِيَامُهُ فَرِيْضَةً وَقِيَامٌ لَيْلَتِهِ تَطَوَّعًا
“Bulan yang diwajibkan Allah berpuasa di dalamnya, dan beribadah pada malam harinya dijadikan suatu tathawwu’ (amalan yang disukai).”
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
مَنْ تَقَرَّبَ اِلَى اللهِ فِيْهِ بِخِصْلَةٍ مِنَ الْخَيْرِ كَانَ كَمَنْ اَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ وَمَنْ اَدَّى فَرِيْضَةً فِيْهِ كَانَ كَمَنْ اَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ
“Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan satu kebaikan, adalah ia seperti seorang yang telah menunaikan satu kewajiban di bulan lain. Dan barangsiapa menunaikan satu kewajiban di bulan Ramadhan adalah ia seperti seorang yang menunaikan tujuh puluh kewajiban di bulan lain.”
وَهُوَشَهْرُ الصَّبْرِ وَالصَّبْرُ ثَوَابُهُ الْجَنَّةُ وَالشَّهْرُ الْمُوَاسَاةُ وَشَهْرٌ يُزَادُ فِيْ رِزْقِ الْمُؤْمِنِيْنَ
“Dan dia)Ramadhan( adalah bulan shabar. Dan shabar itu balasannya tidak lain adalah syurga. Dan bulan (Ramadhan) itu ialah bulan (di mana Allah) memberikan berbagai pertolongan, dan bulan (di mana Allah) menambahkan rezki orang-orang yang beriman.”
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
مَنْ فَطَّرَ فِيْهِ صَائِمًا كَانَ مَغْفِرَةً لِذُنُوْبِهِ وَعَتْقَ رَقْبَتِهِ مِنَ النَّارِ وَكَانَ لَهُ مِثْلُ اَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ اَنْ يَنْقُصُ مِنْ اَجْرِهِ شَيْئٌ قَالُوا يَا رَسُوْ لَ اللهِ لَيْسَ كُلَّنَا يَجِدُ مَا يُفَطِّرُ الصَّائِمَ فَقَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْطِى اللهُ هَذَا الثَّوَبُ مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا عَلَى تَمْرَةٍ اَوْ عَلَى شُرْبَةٍ مَاءٍ اَوْ مَذْقَةِ لَبَنٍ
“Barang siapa yang memberikan makanan berbuka kepada seseorang yang berpuasa (waktu berbuka), yang demikian itu ampunan bagi dosanya dan kemerdekaan bagi dirinya dari api neraka. Dan adalah pahala baginya seperti yang diperoleh orang yang berpuasa itu sendiri, dengan tidak mengurangi pahala orang tersebut sedikitpun”. Para sahabat bertanya, “Bukankah tidak semua kami mempunyai kesanggupan untuk memberikan makan kepada orang yang berpuasa ?” Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam menjawab, “Allah memberikan pahala itu kepada orang yang memberikan makanan kepada orang yang melakukan puasa, sekalipun pemberian itu hanya sebiji kurma atau seteguk air susu”.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati