Oleh: Ali Farkhan Tsani, Pengasuh Ma’had Tahfidz Al-Quran Nurut Jannah, Banten, Redaktur Senior MINA
Setahun bergulir tak terasa, bulan berkah itu pun kini datang di depan mata. Hari-hari ini akhir bulan Rajab, untuk selanjutnya memasuki awal bulan Sya’ban, menjelang hadirnya bulan suci Ramadhan.
Sya’ban merupakan bulan ke-8 dalam Kalender Hijriyah. Selengkapnya urutan bulan-bulan tersebut adalah: Muharram, Shafar, Rabi’ul Awal, Rabi’ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawwal, Dzulqa’dah dan Dzulhijah.
Ahli bahasa Arab menyebutkan, sya‘ban berasal dari kata sya‘aban yang bermakna terpancarnya keutamaan. Sya‘ban juga bisa berasal dari kata as-syi‘bu artinya sebuah jalan di gunung, yang tidak lain adalah jalan kebaikan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Lainnya mengatakan, sya‘ban berasal dari kata asy-sya‘bu yang artinya menambal, yaitu saat Allah menambal atau menghibur hamba-Nya.
Makna-makna tersebut mengacu pada berpencarnya atau banyaknya cabang-cabang kebaikan pada bulan mulai ini, sebagai hiburan bagi orang-orang beriman.
Ibnu Hajar al-Atsqalani dalam Kitab Fathul Bari menyebutkan, Sya’ban menandakan penduduk jazirah Arab pada bulan tersebut berpencar-pencar (yatasya’abun) mencari sumber mata air setelah bulan Rajab.
Karena itu, umat Islam memanfaatkan kehadiran bulan Sya’ban ini sebagai hari-hari untuk menemukan dan melakukan banyak ibadah dan amal kebaikan. Di antaranya adalah dengan memperbanyak puasa sunah di dalamnya. Ibaratnya sebagai warming up (pemanasan) sebelum nanti memasuki bulan puasa Ramadhan.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Karena demikian pula Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mencontohkan amaliyah pada bulan Sya’ban.
Di antaranya disebutkan dalam hadits dari isteri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, yang menyebutkan:
فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ
Artinya: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Banyak di antara umat Islam yang mencari bekal kehidupan, menambah jam kerja, lembur dan mencari penghasilan ekstra. Untuk nanti agar pada bulan Ramadhan, tersedia cukup perbekalan menikmati berkahnya Ramadhan.
Terutama menjelang akhir-akhir Ramadhan, di mana lebih khuysu’ menata diri dengan i’tikaf di masjid. Tidak lagi memikirkan soal uang lebaran, biaya mudik dan perbekalan libur lebaran. Namun khusyu bermunajat dan memperbanyak ibadah. Sebab semua persiapan Hari Raya Idul Fitri itu sudah tersedia dan sudah disiapkan pada bulan Sya’ban.
Bulan Sya’ban disebut juga dari kata “sya’aba” artinya muncul, yaitu di antara dua bulan, Rajab dan Ramadhan. Kemunculan di tengah-tengah antara kedua bulan itu, seringkali membuat umat lalai terhadap kebaikan-kebaikan di dalamnya.
Ini seperti disebutkan di dalam hadits dari Usamah bin Zaid, ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya, “Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan sebagaimana engkau berpuasa pada bulan Sya’ban.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun menjawab:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Artinya: “Itulah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan di mana amal-amal diangkat menuju Tuhan semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.” (HR An-Nasa’i dan Ahmad).
Adapun di antara rahasia atau hikmah mengapa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam banyak berpuasa di bulan Sya’ban adalah karena puasa Sya’ban adalah ibarat ibadah rawatib (ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib). Sebagaimana shalat rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan karena dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah puasa Sya’ban.
Dlam pelaksanaannya nanti, bulan Sya’ban akan terasa terus berjalan dengan cepat di antara manusia-manusia yang berbuat lambat dalam kebaikan. Ramadhanpun akan datang, entah kita siap atau tidak siap menjemputnya. Tergantung dari niat, kesungguhan dan keistiqamahan kita.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Semoga bulan Sya’ban yang akan dan sedang kita jalani tahun ini, mengantarkan kita pada kesiapan diri menghadapi indahnya berkah bulan suci Ramadhan, penghulu segala bulan. Di antaranya dengan mulai melaksanakan puasa sunah, atau meningkatkannya, menggiatkan tadarus Al-Quran, berdoa dan berdzikir, berinfaq dan berjihad di jalan Allah serta berbagai amal kebaikan. Sehingga kita memperoleh keberkahan dalam bulan Sya’ban ini. Sebagaimana doa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan.”
Aamiin Yaa Robbal ‘Aalaamiin. (A/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang