Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keutamaan Ikhlas dalam Hidup Sehari-hari

Bahron Ansori Editor : Arif R - 3 menit yang lalu

3 menit yang lalu

3 Views

ilustrasi

IKHLAS adalah niat yang tulus dan murni hanya karena Allah, tanpa ada tujuan lain selain untuk mencari keridhaan-Nya. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, ikhlas berarti melakukan segala aktivitas dengan hati yang bersih dan tidak mengharapkan pujian, balasan, atau keuntungan duniawi.

Ikhlas merupakan salah satu sifat yang sangat ditekankan dalam Islam, karena Allah menyukai orang-orang yang beramal dengan ikhlas. Allah berfirman dalam Al-Quran, “Dan mereka tidak disuruh kecuali untuk menyembah Allah dengan ikhlas dalam beragama.” (Qs. Al-Bayyinah: 5).

Setiap amal yang dilakukan dengan niat ikhlas akan mendapatkan pahala dari Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali melakukan pekerjaan yang seolah-olah biasa, seperti bekerja, belajar, atau merawat keluarga. Namun, jika kita niatkan setiap aktivitas tersebut untuk mencari keridhaan Allah, maka setiap tindakan kita menjadi bernilai ibadah. Ikhlas tidak hanya terbatas pada ibadah ritual, tetapi juga mencakup setiap aspek kehidupan.

Ikhlas dalam setiap amal mendatangkan keberkahan. Dalam hadis Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh dan rupa kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim). Keberkahan akan hadir ketika seseorang melakukan sesuatu dengan hati yang ikhlas karena Allah, bukan karena mengharapkan pujian atau penghargaan dari orang lain.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-31] Sikap Zuhud terhadap Dunia

Ikhlas juga meningkatkan kualitas ibadah seseorang. Ketika seseorang beribadah dengan ikhlas, maka ibadah tersebut menjadi lebih khusyuk dan mendalam. Ikhlas akan membersihkan niat dan menjauhkan seseorang dari sifat riya’ (pamer), yang dapat merusak amal. Dengan niat yang tulus, ibadah kita menjadi lebih bermakna dan diterima di sisi Allah.

Riya’ adalah beramal untuk mendapatkan pujian dari orang lain, sedangkan ujub adalah merasa bangga atas amal yang telah dilakukan. Kedua sifat ini bertentangan dengan prinsip ikhlas. Dengan niat yang ikhlas, kita dapat menghindari riya’ dan ujub dalam beramal. Allah berfirman, “Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang itu apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ikhlas dalam Menjalani Ujian Hidup

Dalam menghadapi ujian hidup, ikhlas juga menjadi kunci untuk memperoleh ketenangan hati. Ketika seseorang menerima takdir dengan ikhlas, dia akan merasa lebih tenang dan tawakal kepada Allah. Ikhlas dalam menghadapi ujian hidup menunjukkan bahwa seseorang percaya sepenuhnya kepada kebijaksanaan Allah. Ini juga sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Tidak ada takdir yang menimpa seorang Muslim, kecuali Allah menghapuskan dosa-dosanya dan memberi pahala kepadanya.” (HR. Muslim).

Baca Juga: Bahaya Sifat Sombong dalam Islam

Ikhlas juga berpengaruh pada kualitas hubungan sosial seseorang. Ketika kita berinteraksi dengan orang lain dengan niat ikhlas, hubungan tersebut menjadi lebih tulus dan penuh kasih sayang. Ikhlas menghindarkan kita dari sifat munafik dan menjadikan hubungan sosial lebih harmonis. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik dengan niat yang ikhlas, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ikhlas dalam beramal merupakan cermin dari kekuatan iman seseorang. Iman yang kuat akan mendorong seseorang untuk beramal dengan niat yang tulus tanpa mengharapkan balasan duniawi. Dengan terus beramal ikhlas, seseorang dapat menjaga keimanannya agar tetap teguh dan tidak tergoyahkan oleh godaan dunia.

Ikhlas menjadi syarat diterimanya ibadah di sisi Allah. Allah berfirman dalam Al-Quran, “Dan mereka diperintahkan tidak lain kecuali agar menyembah Allah dengan ikhlas dalam beragama.” (Qs. Al-Bayyinah: 5). Ibadah yang dilakukan tanpa ikhlas, misalnya untuk riya’ atau karena tekanan sosial, tidak akan diterima oleh Allah. Oleh karena itu, penting untuk selalu memurnikan niat dalam setiap ibadah yang dilakukan.

Berdoa dengan ikhlas adalah cara yang sangat efektif untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam doa yang ikhlas, kita menyerahkan seluruh hati dan harapan kita hanya kepada-Nya. Allah berjanji untuk mengabulkan doa hamba-Nya yang ikhlas, seperti dalam firman-Nya, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (Qs. Al-Ghafir: 60).

Baca Juga: Tadabbur Surat Thaha Ayat 124: Kehidupan Sempit Akibat Berpaling dari Peringatan Allah

Ikhlas juga dapat mendorong seseorang untuk melakukan kebaikan tanpa mengharapkan imbalan atau pujian dari orang lain. Orang yang ikhlas berbuat baik hanya karena Allah, bukan untuk mendapatkan sesuatu di dunia. Hal ini akan menghasilkan tindakan yang tulus dan bermanfaat bagi orang lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap amal yang baik adalah sedekah.” (HR. Muslim).

Ikhlas juga berfungsi sebagai penawar bagi hati yang sedang bersedih. Ketika seseorang menerima ujian hidup dengan ikhlas, ia akan merasa lebih ringan dan terhindar dari stres yang berlebihan. Ikhlas membantu seseorang untuk melihat sisi positif dari setiap kejadian, meskipun dalam kesulitan sekalipun. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika Allah mencintai seorang hamba, Dia akan mengujinya.” (HR. Bukhari).

Dalam kehidupan keluarga, ikhlas menjadi dasar penting untuk menjaga keharmonisan. Suami, istri, dan anak-anak yang berinteraksi dengan niat ikhlas akan menciptakan keluarga yang penuh kasih sayang dan saling mendukung. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kita untuk saling mencintai karena Allah dan selalu berusaha menjaga keharmonisan dalam keluarga.

Setiap amal yang dilakukan dengan niat ikhlas akan mendapatkan pahala dari Allah, meskipun amal tersebut tampak kecil. Allah sangat menghargai amal yang dilakukan dengan niat yang tulus, bahkan lebih besar pahalanya dibandingkan amal yang dilakukan untuk riya’. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah hanya menerima amal yang ikhlas.” (Qs. Al-Mulk: 12).

Baca Juga: Membangkitkan Semangat Al-Aqsa dalam Jiwa Anak-Anak Muslim

Pada akhirnya, ikhlas adalah kunci untuk mencapai kedamaian hati. Ketika seseorang mampu berbuat ikhlas dalam setiap aspek hidup, hatinya akan tenang, bebas dari kerisauan dan kecemasan. Ikhlas adalah jalan menuju ketenangan batin dan kedamaian sejati, yang hanya bisa diperoleh dengan mendekatkan diri kepada Allah dan menjadikan-Nya sebagai tujuan utama dalam setiap amal.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

Baca Juga: Boikot Produk Zionis, Langkah Nyata Membela Palestina

Rekomendasi untuk Anda