Umat islam sedang menyambut kedatangan tamu yang agung yaitu Bulan Ramadhan. Puasa Ramadhan hukumya wajib untuk Muslim dan Muslimah. Hal ini karena puasa adalah ibadah yang menjadi keharusan atau rukun keislamannya. Seorang muslim akan dicatatkan pahala jika menjalankannya dan diberi dosa apabila ditinggalkan.
Sebagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: QS Al-Baqarah [2]: 183.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian shaum sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa”. (QS Al-Baqarah [2]: 183).
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Puasa terasa tidak lengkap tanpa kehadiran sahur. Kita yang umumnya terbiasa makan tiga kali sehari tentu membutuhkan sahur ketika memiliki niat untuk berpuasa. Tanpa sahur, kekuatan fisik kita selama berpuasa akan lebih mudah lelah dibandingkan dengan puasa didahului dengan sahur.
Ijma’ ulama menetapkan bahwa orang yang hendak berpuasa disunnahkan makan sahur. Namun jika ternyata ia tidak sahur, maka tidak berdosa. Dan para ulama juga menyepakati bahwa berpuasa dengan makan sahur lebih utama dari berpuasa tanpa makan sahur.
Pengertian Sahur
Kata “sahur” bermula dari kata “sahar” dalam bahasa Arab. Artinya, akhir malam atau waktu menjelang subuh. Sementara pengertian Sahur secara istilah yaitu melakukan aktifitas makan dan atau minum pada waktu sebelum subuh diniatkan untuk berpuasa pada hari itu.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Yusuf al-Qaradhawi dalam bukunya, Fiqih Shiyam, Puasa Menurut Alquran dan As-Sunnah, menjelaskan, sahur ialah memakan sesuatu pada waktu malam sebelum Subuh, yakni setelah tengah malam sampai sebelum fajar.
Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dalam sejumlah hadits telah menyebutkan keutamaan sahur. Kumpulan hadits keutamaan sahur pun banyak kita temui.
Hadits keutamaan sahur salah satunya diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayat Imam Ahmad, Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَصُومَ فَلْيَتَسَحَّرْ بِشَىْءٍ
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
“Barangsiapa ingin berpuasa, maka hendaklah dia bersahur,” (H.R. Ahmad).
Dalam hadis di atas Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menganjurkan umatnya untuk melakukan sahur meski sekadar seteguk air saja. Ulama besar Imam An Nawawi RA pernah berkata, makan sahur akan membantu orang yang berpuasa agar lebih kuat dalam menjalankan ibadah.
Bertapa pentingnya makan sahur, sebagimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menganjurkan melaksanakan sahur sebelum berpuasa ini bukan hanya tanpa alasan, akan tetapi banyak memiliki keutamaan yang kita dapat. Berikut hadits keutamaan sahur bagi hendak yang berpuasa.
Pertama. Makan sahur mengandung keberkahan. Yang dimaksud barokah adalah turunnya dan tetapnya kebaikan dari Allah pada sesuatu. Barokah bisa mendatangkan kebaikan dan pahala, bahkan bisa mendatangkan manfaat dunia dan akhirat. Namun patut diketahui bahwa barokah itu datangnya dari Allah yang hanya diperoleh jika seorang hamba mentaati-Nya. Anas bin Malik Radiyallahu Anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السُّحُورِ بَرَكَةً
Artinya: “Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah.” (HR Bukhari).
Kedua. Malaikat bersalawat atas orang bersahur
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah berkata, Allah SWT dan para malaikat bersalawat atas orang-orang yang bersahur, sebagaimana sabdanya:
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
السُّحُورُ أَكْلَةٌ بَرَكَةٌ فَلَا تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جَرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ
“Bersahur itu adalah suatu keberkahan, maka janganlah kamu meninggalkannya, walaupun hanya dengan seteguk air, karena Allah dan para malaikat bersalawat atas orang-orang yang bersahur (makan sahur),” (HR Ahmad).
Imam Ibnu Hibban memberikan bab untuk hadis ini dengan judul: “Ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Permohonan Ampun Para Malaikat Bagi Orang-Orang yang Makan Sahur.”
Dalam hadis ini ada sebuah pelajaran yang sangat jelas, yaitu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sangat gigih membuat umatnya gembira dengan shalawat Allah Subhanhu Wa Ta’ala kepada mereka dan permohonan ampun bagi mereka dari para Malaikat dengan sebab makan sahur.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Syaikh Ahmad ‘Abdurrahman al-Banna memberikan komentar bagi hadis ini dengan ungkapan: “Shalawat Allah kepada mereka adalah kasih sayang-Nya kepada mereka, sedangkan shalawat para Malaikat kepada mereka adalah permohonan ampun untuk mereka, maka siapa saja yang tidak sahur, ia terhalang dari rahmat Allah Azza wa Jalla dan dari permohonan ampun para Malaikat untuk mereka pada waktu tersebut.”
Ya Allah, janganlah engkau menjadikan kami orang-orang yang terhalang dari kasih sayang-Mu dan orang-orang yang terhalang dari permohonan ampun para Malaikat untuk kami. Kabulkanlah wahai Rabb Yang Mahamendengarkan do’a.
Ketiga. Pembeda puasa orang Islam dengan Yahudi dan Nasrani.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda.
فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
“Sesungguhnya perbedaan antara puasa kita dan puasa ahli kitab adalah makan sahur.” (HR Muslim).
Hadis diatas menunjukkan pembeda puasa orang Islam dengan Yahudi dan Nasrani. Bedanya terletak pada hukum dan waktunya. Para ahli kitab terdahulu memulai ibadah puasa sesudah bangun tidur. Mereka tidak boleh makan, tidak boleh minum dan tidak boleh bersetubuh.
Ini berbeda dengan puasa kaum Muslimin dimana ada sunnah makan sahur sebelum menjalankan ibadah puasa. Seperti dikabarkan Amru bin Ash ra yang diriwayatkan Muslim dan Abu Daud, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:’’Beda antara puasa kami dengan puasa Ahli Kitab adalah makan sahur’.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melakukan sunnah makan sahur yang tidak dilakukan oleh Ahli Kitab yang terdahulu. Ini yang membedakan puasanya kaum Muslimin dengan puasanya kaum Ahli Kitab terdahulu.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Keempat. Waktu yang mustajab berdoa
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman: “Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepadaKu, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Itulah beberapa keutamaan sahur dan masih banyak lagi keutamaan sahur yang kita dapatkan. Semoga dapat memotivasi untuk melakukan makan sahur selama bulan Ramadan sehingga kita mendapatkan keberkahannya.
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
(A/R8/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati