anak perempuan" width="550" height="402" />Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur MINA (Mi’raj Islamic News Agency)
Pada jaman jahiliyah masyarakat merasa sangat terhina atas lahirnya anak perempuan. Bahkan terpikirkan untuk menguburnya hidup-hidup saja anak perempuan itu.
Allah menggambarkannya di dalam ayat:
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُم بِٱلۡأُنثَىٰ ظَلَّ وَجۡهُهُ ۥ مُسۡوَدًّ۬ا وَهُوَ كَظِيمٌ۬ (٥٨)يَتَوَٲرَىٰ مِنَ ٱلۡقَوۡمِ مِن سُوٓءِ مَا بُشِّرَ بِهِۦۤۚ أَيُمۡسِكُهُ ۥ عَلَىٰ هُونٍ أَمۡ يَدُسُّهُ ۥ فِى ٱلتُّرَابِۗ أَلَا سَآءَ مَا يَحۡكُمُونَ (٥٩)
Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini
Artinya: “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar gembira dengan kelahiran anak perempuan, merah padamlah wajahnya dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan diri dari orang banyak karena buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memelihara anak itu dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya hidup-hidup di dalam tanah? Ketahuilah, betapa buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS An-Nahl [16] : 58-59).
Padahal ajaran Islam sangat memuliakan anak perempuan. Allah yang telah menganugerahkan anak perempuan bahkan telah menjanjikan surga bagi orang tua yang memelihara dan menjaga anak-anak perempuannya dalam ibadah kepada Allah. Kelak dengan amalan itu akan dapat menjadi penghalang api neraka bagi hamba-Nya yang berbuat kebaikan kepada anak perempuannya.
Sebagaimana disebutkan di dalam hadits dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha :
جَاءَتْنِى امْرَأَةٌ وَمَعَهَا ابْنَتَانِ لَهَا فَسَأَلَتْنِى فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِى شَيْئًا غَيْرَ تَمْرَةٍ وَاحِدَةٍ فَأَعْطَيْتُهَا إِيَّاهَا فَأَخَذَتْهَا فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهَا شَيْئًا ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ وَابْنَتَاهَا فَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فَحَدَّثْتُهُ حَدِيثَهَا فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « مَنِ ابْتُلِىَ مِنَ الْبَنَاتِ بِشَىْءٍ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ »
Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina
Artinya: “Ada seorang wanita yang datang menemuiku (‘Aisyah) dengan membawa dua anak perempuannya. Dia meminta-minta kepadaku, tapi aku tidak mempunyai apa pun kecuali satu buah kurma. Lalu aku berikan sebuah kurma tersebut untuknya. Wanita itu menerima kurma tersebut dan membaginya menjadi dua untuk diberikan kepada kedua anaknya, sementara dia sendiri tidak ikut memakannya. Kemudian wanita itu bangkit dan keluar bersama anaknya. Setelah itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam datang dan aku ceritakan peristiwa tadi kepada beliau, maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ‘Barangsiapa yang diuji dengan anak-anak perempuan, kemudian dia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang dari siksa api neraka’.” (HR Muslim).
Dalam riwayat lain dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga menyebutkan kedekatannya dengan para orang tua yang memelihara anak-anak perempuannya dengan baik kelak.
مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ أَصَابِعَهُ
Artinya: “Barangsiapa yang memelihara dua anak perempuan hingga dewasa, maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku” (Anas bin Malik berkata: Nabi menggabungkan jari jemari beliau). (HR Muslim).
Baca Juga: Muslimah dan Masjidil Aqsa, Sebuah Panggilan untuk Solidaritas
Imam An-Nawawi menjelaskan, hadits-hadits tersebut menunjukkan keutamaan para orang tua yang berbuat baik kepada anak-anak perempuannya, memberikan nafkah, dan bersabar terhadap mereka dan dalam segala urusannya.
Masih berkenaan dengan keutamaan membesarkan dan mendidik anak perempuan, ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan sabdanya yang artinya, “Barangsiapa yang memiliki tiga orang anak perempuan, lalu dia bersabar atas mereka, memberi mereka makan, minum, dan pakaian dari hartanya, maka mereka menjadi penghalang baginya dari api neraka kelak pada hari kiamat.”
Begitulah karena memang untuk mendidik dan membesarkan anak perempuan sesuai dengan kodrat dan syariat memerlukan pengorbanan dan kesabaran yang lebih dibandingkan dengan mendidik dan membesarkan anak laki-laki.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjelaskan bagaimana para orang tua mesti bersabar dan penuh kelembutann dalam mengarahkan anak-anak perempuannya atau terhadap wanita (isteri) juga.
Baca Juga: Penting untuk Muslimah, Hindari Tasyabbuh
Seperti disebutkan di dalam hadits:
إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ فَإِنْ تُقِمْهَا كَسَرْتَهَا فَدَارِهَا فَإِنَّ فِيهَا أَوَدًا وَبُلْغَةً
Artinya: “Sesungguhnya seorang wanita diciptakan dari tulang rusuk, apabila engkau meluruskannya (dengan keras) maka engkau tentu akan mematahkannya. Maka bersikaplah lembut kepadanya, sesungguhnya padanya terdapat kebengkokan dan kehidupan yang sepadan”. (HR Ad-Darimi).
Memperlakukan kaum perempuan itu memang seperti saat kita bernafas, saat kita menghirup udara, tulang rusuk akan meregang sempit. Lalu bila kita menghembuskan napas, maka ia akan mengembang mengikuti bentuk aslinya dan memberikan kelegaan. Maknanya, perlu nafas panjang dan hati-hati menghadapi perilaku kaum hawa agar jiwanya tetap lega.
Baca Juga: Peran Muslimat dalam Menjaga Kesatuan Umat
Karena itu, ada kalanya kita harus membimbing perempuan yang kita sayangi sesuai pada norma-norma yang ada, agar hidup kita dan dia kelak dapat menghirup keselamatan. Kita juga perlu memberikan kelapangan jalan, agar ia mengikuti kodrat dan nalurinya sebagai perempuan yang ingin dicintai dan disayang.
Karena itu, marilah kita didik dan kita arahkan anak-anak perempuan dan kaum perempuan semacam isteri, dengan arahan yang benar, contoh yang baik, perkataan yang lembut, perilaku yang santun, dan segala kebaikan. Sehingga kaum perempuan tetap pada asalnya, yakni makhluk yang taat dan setia dalam kebaikan.
Jaga betul anak-anak perempuan kita dari perbuatan maksiat, apalagi sampai melakukan hal-hal yang diharamkan dalam agama Islam. Karena kita sebagai orang akan ikut menanggung dosanya akibat kelalaian kita.
Mari jaga anak-anak perempuan kita hingga dewasa dan saatnya diserahkan kepada sang suami yang akan melanjutkan arahan dalam memperibadati Allah Ta’ala.
Baca Juga: Derita Ibu Hamil di Gaza Utara
Sebab kelak memang ada saatnya sebagai orang tua harus melepas anak perempuannya yang sudah dibesarkan dari kecil berpuluh-puluh tahun. Lalu diserahkan dan dibawa oleh suaminya, pasangan hidupnya, untuk melanjutkan perjalanan hidupnya dalam mengabdi kepda Allah.
Terasa ada separuh jiwa yang terbang, seolah melayang terbang entah ke mana. Tetapi begitulah hidup harus dihadapi. Sampai suatu saat kelak semua anak-anak pergi satu per satu, dan tinggallah kembali orang tua berdua menjadi kakek nenek sama seperti ketika awal menikah berdua. Namun yang terpenting adalah semuanya dalam ibadah dan takwa kepada-Nya.
Semoga kita mendapatkan jaminan itu. Aamiin. (P4/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Kiat Menjadi Muslimah Penuh Percaya Diri