Oleh: Imaam Syaikh Yakhsyallah Mansur
بِسْمِ اللّهِ · بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ….. (البقرة [٢]:١٨٥)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).….” (Al-Baqarah [2]: 185)
Prof. Wahbah Az-Zuhaili dalam tafsir Al-Wajiz menjelaskan ayat di atas, bahwasanya bulan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengistimewakan bulan Ramadhan dengan turunnya Al-Qur’an, di dalamnya pada malam lailatul qadar, atau dengan turunnya Al-Qur’an dalam satu jumlah dari lauhil mahfudz ke langit dunia sebagai petunjuk bagi manusia dari kesesatan dan ayat-ayat muhkamat yang memberi penjelasan berupa hidayah Tuhan yang kuat, jelas dan terang bagi akal sehat, yaitu pemisah antara yang haq dan bathil.
Sebagian ulama berpendapat, mereka menetapkan bahwa Al-Quran diwahyukan pertama kali kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu alahi Wasalam pada Lailatul Qadar, yaitu malam yang penuh kemuliaan, yang juga merupakan malam penuh berkah, dan ini terjadi pada 17 Ramadhan, bertepatan dengan bertemu dan pecahnya perang antara pasukan Islam dan tentara kafir Quraisy di Badar (penjelasan Surah Al-Anfal [8] ayat 41).
Mengkhatamkan Al-Quran yang paling utama adalah di dalam shalat, sebagaimana kebiasaan para sahabat, tabi’in dan generasi sesudahnya. Mereka terbiasa mengkhatamkan Al-Quran dalam shalat tarawih. Namun, bagi yang belum bisa mengkhatamkan Al-Quran dalam shalatnya, bisa mengkhatamkan Al-Quran di luar shalat, seperti dalam tilawah, mengaji bersama secara berhalaqah, majelis One Day One Juz, dan sarana atau media lainnya.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Para Sahabat Nabi dan ulama salaf terdahulu seakan berlomba-lomba mengkhatamkan Al-Quran. Mereka selalu sibuk dengan tilawah Al-Quran, baik siang dan malam mengingat dahsyatnya mukjizat dan keutamaan Al-Qur’an . Bahkan mereka mengkhatamkannya dalam salat malamnya.
Diriwayatkan bahwa Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu kadang kala mengkhatamkan seluruh Al-Quran hanya dalam satu rakaat salat witir. Abdullah bin Zubair radhiallahu ‘anhu sering mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu malam.
Kemudian Sa’id bin Jubair radhiallahu ‘anhu mengkhatamkan Al-Qur’an dalam dua rakaat salat di dalam Ka’bah. Tsabit Al-Banani radhiallahu ‘anhu mengkhatamkan Al-Quran dalam sehari semalam. Abu Harrah juga melakukan demikian.
Dalam hadits Shahihain, sahabat Anas bin Malik ketika menjelang khatam Al-Quran, beliau mengajak keluarganya, teman-teman dan saudaranya untuk membuat satu majelis. Mereka kemudian bersama-sama membaca beberapa surah akhir, dimulai dari Ad-Dhuha hingga An-Naas sebagai tanda bahwa mereka telah mengkhatamkan Al-Quran 30 juz. Selanjutnya mereka berdoa kepada Allah.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Mengapa Anas mengumpulkan keluarganya, juga mengundang rekan-rekannya untuk membuat majelis khatam Al-Quran? Karena dalam majelis tersebut, rahmat Allah disurahkan, doanya mustajabah. Bagi mereka yang memiliki hajat, dipersilahkan untuk berdoa sepuasnya dalam majelis itu.
Selanjutnya Imam An-Nawawi mengutip sebuah hadits yang berbunyi:
مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ ثُمَّ دَعَا، أَمَّنَ عَلَى دُعَائِهِ أَرْبَعَةُ آلَافِ مَلَكٍ
“Barangsiapa membaca Al-Quran kemudian ia berdoa, maka ada empat ribu malaikat yang mengaminkan doanya.”
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Dalam hadits riwayat Ad-Darimi juga dianjurkan mengkhatamkan Al-Quran dengan membuat sebuah majelis yang dihadiri oleh beberapa orang. Bagi yang belum mengkhatamkan Al-Quran pun dianjurkan menghadirinya.
Di bulan Ramadhan, sahabat Ibnu Abbas menugaskan seseorang untuk memantau siapa di antara anggota jamaah yang mengkhatamkan Al-Quran. Ketika ada jamaah yang menjelang khatam Quran, Ibnu Abbas datang kepadanya. Beliau sangat ingin menyaksikan dan duduk bersama seseorang yang mampu mengkhatamkan Al-Quran di bulan itu mengingat besarnya fadhilah (keutamaannya).
Adab Mengkhatamkan Al-Quran
Dalam mengkhatamkan Al-Quran, kita perlu memperhatikan adab-adabnya, sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu alahi Wasalam, para sahabat dan para ulama.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Pertama, usahakan mengkhatamkan Al-Quran di awal siang atau awal malam. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Ad-Darimi dari Ibrahim, ia berkata;
إِذَا قَرَأَ الرَّجُلُ الْقُرْآنَ نَهَارًا، صَلَّتْ عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةُ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ قَرَأَهُ لَيْلًا، صَلَّتْ عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةُ حَتَّى يُصْبِحَ قَالَ سُلَيْمَانُ: فَرَأَيْتُ أَصْحَابَنَا يُعْجِبُهُمْ أَنْ يَخْتِمُوهُ أَوَّلَ النَّهَارِ، وَأَوَّلَ اللَّيْلِ
“Jika seseorang membaca Al-Quran di waktu siang, maka malaikat mendoakannya hingga sore hari. Jika dia membaca Al-Quran di waktu malam, maka malaikat mendoakannya hingga waktu Shubuh. Sulaiman berkata; ‘Saya melihat teman-teman kami sangat antusias mengkhatamkan Al-Quran di awal siang dan awal malam.”
Kedua, berpuasa pada hari mengkhatamkan Al-Quran. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi dalam kitab Al-Azkar berikut;
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
وَيُسْتَحَبُّ صِيَامُ يَوْمِ اْلخَتْمِ اِلَّا اَنْ يُصَادِفَ يَوْمًا نَهَى الشَّرْعُ عَنْ صِيَامِهِ وَقَدْ صَحَّ عَنْ طَلْحَةَ بنِ مُصَرِّفْ وَاْلمُسَيِّبْ بنِ رَافِع وَحُبَيْبِ بنِ اَبِيْ ثَابِتٍ التَّابِعِيْنَ اُلكُوْفِيْنَ رحمهم الله اَجْمَعِيْنَ اَنَّهُمْ كَانُوْا يُصْبِحُوْنَ صِيَامًا فِي اْليَوْمِ الذِيْ يَخْتَمُوْنَ فِيْهِ
“Disunnahkan berpuasa di hari mengkhatamkan Al-Quran kecuali bertepatan dengan hari yang dilarang oleh syara’ untuk berpuasa. Sungguh benar bahwa Thalhah bin Musharrif, Al-Musayyib bin Rafi’ dan Hubaib bin Abi Tsabit dari kalangan tabiin Kufah, mereka semua berpuasa di hari di mana mereka mengkhatamkan Al-Quran.”
Maka, ketika bulan Ramadhan, sangat cocok untuk dapat mengkhatamkan Al-Quran karena umat Islam sedang melaksanakan puasa yang menjadi kewajibannya.
Ketiga, mengumpulkan keluarga, baik anak, saudara, dan lainnya, untuk menyaksikan khataman Al-Quran. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Al-Darimi, dari Tsabit, dia berkata;
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
كَانَ أَنَسٌ إِذَا خَتَمَ الْقُرْآنَ، جَمَعَ وَلَدَهُ وَأَهْلَ بَيْتِهِ فَدَعَا لَهُمْ
“Anas bin Malik ketika mengkhatamkan Al-Quran, beliau mengumpulkan anaknya dan keluarganya. Kemudian beliau untuk mereka.”
Keempat, berdoa setelah mengkhatamkan Al-Quran. Ini berdasarkan hadis riwayat Imam Al-Darimi dari Hakam, dia berkata;
بَعَثَ إِلَيَّ مُجَاهِدٌ قَالَ: إِنَّمَا دَعَوْنَاكَ أَنَّا أَرَدْنَا أَنْ نَخْتِمَ الْقُرْآنَ وَإِنَّهُ بَلَغَنَا أَنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ عِنْدَ خَتْمِ الْقُرْآنِ
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
“Mujahid mengirim utusan kepadaku seraya berkata; ‘Sesungguhnya kami mengundang kamu karena kami ingin mengkhatamkan Al-Quran, dan telah sampai kepada kami bahwa doa dikabulkan saat mengkhatamkan Al-Quran.”
Keutamaan Khatam Al-Quran di Bulan Ramadhan
Sudah menjadi kebiasaan orang-orang shalih sejak zaman terdahulu, mengkhatamkan Al-Quran sekaligus mempelajarinya memang tepat dilakukan di bulan Ramadhan agar lebih memahami isinya sehingga setelah bulan Ramadhan diberi hidayah untuk tetap selalu membacanya. Keutamaan dan pahala mulia yang terkandung di dalamnya sangatlah banyak sehingga orang Mukmin akan merasa rugi jika tidak mendapatkannya. Berikut ini beberapa keutamaannya:
- Menyempurnakan Ibadah Puasa
Surah Al Baqarah ayat 185 di atas menunjukkan bahwa Ramadhan adalah bulan Al-Quran diturunkan. Maka, dalam bulan ini, membaca, mempelajari, dan mentadaburi Al-Quran menjadi ibadah yang menjadi penyempurna ibadah puasa itu.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Sejak zaman Rasulullah hingga generasi sesudahnya, kebiasaan umat Islam berlomba-lomba untuk bertadarus, mempelajari dan memahami maknanya serta mengambil hikmah-hikmahnya di bulan Ramadhan.
Jika dibandingkan dengan zaman terdahulu, di zaman modern seperti saat ini, umat Islam lebih mudah mendapatkan akses untuk dapat belajar Al-Quran. Maka hendaknya kita lebih serius dalam mempelajarinya.
- Pahala Ibadah Sunnah Terbaik
Dalam sebuah kisah, suatu hari terdapat seorang sahabat yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alahi Wasalam mengenai amalan yang paling dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Al-hal wal murtahal.” Orang ini bertanya lagi, “Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu yang membaca Alquran dari awal hingga akhir. Setiap kali selesai ia mengulanginya lagi dari awal.” (HR Tirmidzi).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
- Pahala Seperti Shalat Sepanjang Malam
Sungguh luar biasa, membaca AL-Quran dengan rutin tiap malam akan dianggap seperti melakukan shalat sepanjang malam, apalagi jika hal tersebut dilakukan sepanjang hari di bulan Ramadhan hingga khatam, tentu lebih luar biasa.
“Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam” ( HR. Ahmad)
- Pahala Seperti Sebaik-baik Manusia
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari).
Bulan Ramadhan akan menjadikan seseorang jauh lebih baik dari sebelumnya jika mampu istiqomah dalam beramal terlebih jika selalu beramal membaca kitab suci Al-Quran hingga menjadi sebaik-baik manusia di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala.
- Mendapatkan Syafaat di Hari Kiamat
Keutamaan khatam Al-Quran di bulan suci Ramadhan yang lainnya yaitu mendapatkan syafaat di hari kiamat kelak. Dalam sebuah hadis Rasulullah Shallallahu alahi Wasalam bersabda,
“Bacalah Al Quran. Sebab, ia akan datang memberikan syafaat pada hari Kiamat kepada pemilik (pembaca, pengamal)-nya,” (HR. Ahmad)
Dengan menyibukkan diri membaca Al Quran, memahami, dan berusaha mengamalkannya, maka akan mendapatkan syafaat di hari kiamat. Tidak hanya di bulan suci Ramadian saja, namun juga di hari-hari biasa juga akan mendapatkan keutamaan syafaat di hari kiamat.
- Dimohonkan Ampun Oleh Malaikat
Keutamaan khatam Al Quran di bulan suci Ramadhan yang pertama yaitu, dimohon ampun oleh malaikat. Ketika membaca Al Quran dan mengkhatamkannya, terdapat 60 ribu malaikat yang akan memohonkan ampun pada Allah SWT untuk orang yang mengkhatamkan Al Quran tersebut. Hal ini tentu disebutkan dalam hadis yang berisi sebagai berikut:
“Ketika seorang hamba mengkhatamkan Al-Quran, maka di penghujung khatamnya, sebanyak 60 ribu malaikat akan memohonkan ampun untuknya” (HR. ad-Dailami).
Mengkhatamkan Al-Quran Secara Tematik
Mengkhatamkan Al-Quran umumnya dilakukan dengan membaca surah-surah Al-Quran dengan tertib mulai dari surah Al-Fatihah hingga surah Al-Nas. Ini dilakukan baik khataman Al-Quran secara sendirian maupun bersama-sama. Namun ada sebagian orang yang mengkhatamkan Al-Quran tanpa membaca urutan, melainkan membacanya pertema (tematik).
Pertanyaannya, bolehkan mengkhatamkan Al-Quran secara tematik?
Menurut Imam Nawawi, mengkhatamkan Al-Quran secara berurutan dan tertib dari surah Al-Fatihah hingga surah Al-Nas hukumnya adalah sunnah, bukan wajib, baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Tidak ada keharusan membaca surah-surah Al-Quran secara berurutan dan tertib saat mengkhatamkan Al-Quran.
Oleh karena itu, mengkhatamkan Al-Quran secara acak, tanpa membaca surah-surah Al-Quran secara berurutan dan tertib, hukumnya boleh. Misalnya membaca surah Al-Fatihah lalu surah Ali Imran, lalu surah Al-Baqarah dan seterusnya hingga tuntas. Model seperti ini hukumnya boleh. Hanya saja, menurut para ulama, yang dianjurkan adalah membaca secara tertib ketika mengkhatamkan Al-Quran dari surah Al-Fatihah hingga surah Al-Nas, baik di dalam shalat maupun di luar shalat.
Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi dalam kitab “At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Quran”
قال العلماء : اَلاْخِتِيَارُ اَنْ يَقْرَأُ عَلَى تَرْتِيْبِ المُصْحَفَ فَيَقْرَأُ اْلفَاتِحَةَ ثُمَّ الْبَقَرَةَ ثُمَّ اَلِ عِمْرَانَ ثُمَّ مَا بَعْدَهَا عَلىَ التَّرْتِيْبِ وَسِوَاءِ قَرَأَفِي الصَّلَاةِ اَوْ فِي غَيْرِهَا
“Para ulama berkata, ‘Yang dipilih hendaknya membaca Al-Quran sesuai tertib mushaf dengan cara membaca surah Al-Fatihah, lalu surah Al-Baqarah, lalu surah Ali Imran, kemudian surah-surah setelahnya secara tertib, baik membaca di dalam shalat maupun di luar shalat.”
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
(A/P2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)