Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keutamaan Surah Al Ikhlas

Bahron Ansori - Kamis, 20 April 2017 - 13:07 WIB

Kamis, 20 April 2017 - 13:07 WIB

847 Views

Oleh Bahron Ansori, jurnalis MINA

Sebab diturunkannya surat Al Ikhlas karena kaum musyrikin menanyakan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam  tentang Nasab Allah, maka turunlah surat al Ikhlas. “Diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab berkata bahwasanya orang-orang musyrikin berkata kepada nabi Shallallahu ‘Alaihi wasallam, “Wahai Muhammad sebutkan kepada kami tentang nasab Rabbmu.”

Maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan surat ini yang artinya, “Katakanlah (wahai Muhammad) Dia lah Allah Yang Maha Esa, Allah tempat meminta segala sesuatu, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada sesuatu yang setara denganNya.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, Al Hakim, ini lafadz yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dihasankan oleh Syaikh Albani).

Keutamaan Surat al Ikhlas

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Pertama, dirawayat Abi Darda, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam  bersabda, “Apakah salah seorang di antara kalian tidak sanggup membaca 1/3 dari Al Quran dalam satu malam?” Para sahabat menjawab, “Bagaimana mungkin seseorang bisa membaca Al Quran 1/3 hanya dalam waktu satu malam?” Nabi menjawab, “Qulhuwallahu ahad/surat al Ikhlas setara dengan 1/3 Al Quran.” (HR. Muslim)

Apa makna membaca surat al Ikhlas setara dengan membaca 1/3 Al Quran? Apakah kalau kita  membaca al Ikhlas tiga kali lau bisa setara dengan menghatamkan Al Quran? Atau kalau kita membaca 1/3 Al Quran tiga kali pahalanya sama dengan pahala membaca Al Quran secara keseluruhan? Kata para ulama, maksudnya bukan begitu.

Namun yang benar, membaca surat al Ikhlas sama dengan pahalanya membaca 1/3 Al Quran karena kandungan Al Quran dibagi menjadi tiga yakni; tauhid (akidah), kisah-kisah, dan hukum-hukum (al ahkam). Inilah kandungan Al Quran secara keseluruhan. Surat al ikhlas dari ayat pertama sampai terakhir semuanya berkaitan dengan tauhid/akidah, maka inilah yang menunjukkan mengapa surat al Ikhlas itu jika dibaca sekali maka nilai pahalanya setara dengan 1/3 Al Quran.

Kedua, dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ada seseorang berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku cinta kepada surat al ikhlas.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya kecintaanmu kepada surat al Ikhlas akan memasukkanmu ke dalam surga Allah Subhanahu Wa Ta’ala.” (HR. Tirmidzi, dishohehkan oleh sheikh albani rh)

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Masya Allah, keutamaan membaca surat al Ikhlas sangat besar. Tentu hal ini pula yang mendorong kita seharusnya bersemangat mencintai surat al Ikhlas sehingga bisa memasukkan kita ke dalam surga-Nya. Bukti cinta kita kepada surat al Ikhlas mengharuskan kita mempelajari kandungannya dan tentu saja berusaha mengamalkannya dalam kehidupan ini, sebab itu merupakan konsekuensi dari surat al Ikhlas.

Ketiga, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa yang membaca surat al Ikhlas 10 kali, maka Allah akan bangunkan baginya Istana untuknya di surga.” (HR. Ahmad, dishohikan oleh sheikh albani rh)

Tapi sudah tentu bukan sekedar di baca tapi juga harus ditadabburi maknanya dan diamalkan dalam kehidupan.

Keempat, dari A’isyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam mengutus seseorang kepada sekelompok pasukan, dan ketika orang itu mengimami yang lainnya di dalam sholatnya, ia membaca, dan mengakhiri (bacaannya) dengan قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ, maka tatkala mereka kembali pulang, mereka menceritakan hal itu kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, lalu beliau pun bersabda, “Tanyalah ia, mengapa ia berbuat demikian?”

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Lalu mereka bertanya kepadanya. Ia pun menjawab, “Karena surat ini (mengandung) sifat ar Rahman, dan aku mencintai untuk membaca surat ini,” Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Beritahu dia, sesungguhnya Allah pun mencintainya.” (HR al Bukhari, 6/2686 no. 6940; Muslim, 1/557 no. 813).

Kelima, dari Muadz bin Abdillah bin Khubaib berkata, “Pernah suatu hari kami keluar di malam hari dengan kondisi hujan yang sangat lebat. Kami mencari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk sholat bersama. Lalu kami ketemu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan bliau berkata, “Katakanlah.”

Saya (Muadz) menjawab, “Aku tidak mengatakan sesuatu apa pun.” Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Katakanlah.” Muadz, “Aku tidak mengatakan sesuatu apa pun.” Muadz tidak tahu apa maksd Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya begitu.

Kemudina Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya lagi, “Katakanlah.” Muadz menjawab, “Apa yang harus aku katakan wahai Rasulullah?” Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Bacalah surat al Ikhlas, al Falaq dan an Nash pada pagi dan petang hari tiga kali tiga kali, maka itu akan mencukupimu dari segala sesuatu.” (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh sheikh Albani rh)

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Hal ini (surat al Ikhlas) merupakan wiridnya seorang muslim. maka keutamaan membacanya Allah akan mencukupkan dari segala yang kita butuhkan.    zikir pagi dan petang adalah zikir yang sudah ada tuntunannya langsung dari Nabi saw.

Kelima, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata, “Aku pernah bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. lalu Nabi mendengar seseorang membaca surat al Ikhlas dan bersabda, “Pasti.”

Aku bertanya, “Apa yang dimaksd pasti itu ya Rasulullah?”

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Pasti orang itu masuk ke dalam Surga Allah Ta’ala.” (HR. Tirmidzi, dishohehkan oleh sheikh albani rh)

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

Mengapa Dinamakan Surat al ikhlas?

Ada dua cara penamaan surat dalam Al Quran, pertama, penamaan surat berdasar salah satu kata dalam surat tersebut. Ini yang banyak kita jumpai dalam Al Quran. Seperti surat al-Baqarah, karena ada kata tersebut di beberapa ayat: 67, 68, dan 69 di surat tersebut. Dinamakan surat Ali Imran, karena di ayat 33 & 35 terdapat kata tersebut. Demikian pula surat-surat lainnya, seperti an-Nisa, al-Lahab, al-Falaq, an-Nas, dll. Semua kata itu ada dalam surat tersebut.

Kedua, penamaan surat berdasarkan maknanya. Tidak banyak surat yang penamaannya berdasarkan maknanya. Hanya ada beberapa saja. Di antara yang terkenal adalah surat al-Ikhlas dan surat al-Fatihah.

Jika diperhatikan, dari ayat pertama hingga ayat keempat dalam surat al Ikhlas, tidak ada satu pun yang menyinggung kata al-Ikhlas. Demikian pula dalam surat al-Fatihah. Dari ayat pertama hingga ayat ketujuh, tak ada kata al-Fatihah. Tapi mengapa dinamakan surat al-Ikhlas? Dan mengapa pula dinamakan surat al-Fatihah?

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Kemudian, tentang mengapa dinamai surat al Ikhlas? Kata “Ikhlas” merupakan turunan dari kata kha-la-sha yang artinya murni atau bersih. Dari akar kata ini, ada dua alasan yang disampaikan oleh Imam Ibnu Utsaimin, dinamakan surat al Ikhlas karena dua hal sebagai berikut.

Pertama, karena dalam surat tersebut Allah secara khusus menceritakan tentang diri-Nya. Sehingga di dalam surat ini, tidak ada keterangan apa pun selain keterangan tentang Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan sifat-sifat-Nya.

Kedua, surat ini mengajarkan tentang prinsip ikhlas bagi orang yang membacanya, sehingga dia bisa terhindar dan menjauhi kesyirikan. Bila dia baca dengan meyakini kandungan dan isinya yang mencakup tiga macam tauhid, tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma wa shifat. [Fatawa Nur ’ala ad-Darb, volume 5, no. 2].

Demikian di antara beberapa keutamaan membaca surat al Ikhlas dari beberapa hadis shahih. Semoga Allah Ta’ala memudahkan kita untuk merutinkan membaca surat al Ikhlas, memahami semua yang terkandung di dalamnya, dan mengamalkan dalam kehidupan ini, sehingga kita layak kelak mendapatkan surga Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Wallahua’lam. (RS3/RI-1)

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Khadijah
Indonesia
Kolom
MINA Preneur
Indonesia