Oleh: Ali Farkhan Tsani, Da’i Jama’ah Muslimin (Hizbullah)
Salah satu kewajiban utama dari setiap Muslim adalah hidup berjama’ah dan menjauhi perpecahan.
Hidup berjama’ah (bil jama’ah) itu adalah haq, sebuah kebenaran, dan tidaklah memandang jumlah. Sebab boleh jadi pengikut Al-Jama’ah itu jumlahnya memang sedikit.
Kebenaran adalah kebenaran walaupun bersendirian. Sedangkan kesalahan adalah kesalahan walaupun didukung banyak orang.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Bahkan Allah menyatakan bahwa keadaan umum manusia itu pada umumnya berada dalam kesesatan, kejahilan dan jauh dari iman yang benar. Seperti Allah sebutkan di dalam ayat:
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
Artinya: “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS Al-An’am [6]: 116).
Pada ayat lain Allah menyebutkan:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
المر تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ وَالَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يُؤْمِنُونَ
Artinya: “Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al Qur’an). Dan Kitab yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar; akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya).” (QS Ar Ra’du [13]: 1).
Tentang urgensi hidup berjama’ah ini, disebutkan oleh Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam dalam sabdanya, di antaranya:
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
مَنْ أَرَادَ مِنْكُمْ بَحْبُوْحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ وَهُوَ مِنَ الإِثْنَيْنِ أَبْعَدُ
Artinya: “Barangsiapa dari kalian menginginkan tinggal di tengah-tengah syurga, maka hendaklah berpegang teguh kepada Al-Jama’ah, karena syaitan bersama seorang (sendirian) dan dia dari dua orang, dengan lebih jauh.” (HR At-Tirmidzi, Ahmad dan Al-Hakim).
Memang, bisa saja jika Allah menghendaki umat manusia dijadikan umat yang satu, satu Al-Jama’ah. Namun, justru mereka manusialah yang senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Allah. Seperti firman-Nya:
وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ ٱلنَّاسَ أُمَّةً۬ وَٲحِدَةً۬ۖ وَلَا يَزَالُونَ مُخۡتَلِفِينَ . إِلَّا مَن رَّحِمَ رَبُّكَۚ وَلِذَٲلِكَ خَلَقَهُمۡۗ وَتَمَّتۡ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَأَمۡلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ أَجۡمَعِينَ
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-1] Amalan Bergantung pada Niat
Artinya: “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Allah menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan. Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya”. (QS Hud [11]: 118-119).
Seperti juga Allah sebutkan pada ayat lainnya:
وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ لَأَمَنَ مَن فِى ٱلۡأَرۡضِ ڪُلُّهُمۡ جَمِيعًاۚ أَفَأَنتَ تُكۡرِهُ ٱلنَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُواْ مُؤۡمِنِينَ
Artinya: “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di muka bumi seluruhnya.” (QS Yunus [10]: 99).
Baca Juga: Enam Langkah Menjadi Pribadi yang Dirindukan
Perselisihan dan penyimpangan selalu terjadi di antara manusia dalam agama mereka, dalam keyakinan mereka, dalam ikutan mereka dan dalam pandangan mereka.
“Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu.” Maksudnya adalah kecuali orang-orang yang dirahmati Allah, yaitu mereka yang mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, mereka yang senantiasa memegang teguh ajaran Allah dengan berjama’ah (bersatu padu) dan tidak mudah dipecah belah.
Berkaitan dengan ayat tersebut, Hasan Al-Bashri mengatakan, “Seluruh umat manusia berselisih dalam beraneka ragam agama kecuali yang dirahmati oleh Allah, karena orang yang dirahmati tidak akan berselisih.”
Allah menegaskan di dalam ayat:
Baca Juga: BSP 2024, Solidaritas dan Penghormatan Bagi Pahlawan di Tengah Genosida
وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَهُمۡ أُمَّةً۬ وَٲحِدَةً۬ وَلَـٰكِن يُدۡخِلُ مَن يَشَآءُ فِى رَحۡمَتِهِۦۚ وَٱلظَّـٰلِمُونَ مَا لَهُم مِّن وَلِىٍّ۬ وَلَا نَصِيرٍ
Artinya: “Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat [saja], tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong”. (QS Asy-Syura [42]: 8).
Allah memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Caranya adalah dengan berjama’ah, bersatu, menjauhi perselisihan dan pertikaian. Sebab berjama’ah itu akan mendatangkan rahmat Allah, sementara berpecah-belah hanya akan mendatangkan azab, siksaan dan ujian.
Sebagaimana disebutkan di dalam hadits:
Baca Juga: Catatan 107 Tahun Balfour dan Setahun Perjuangan Thufanul Aqsa
مَنْ لَمْ يَشْكُرْ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرْ الْكَثِيرَ وَمَنْ لَمْ يَشْكُرْ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرْ اللَّهَ التَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللَّهِ شُكْرٌ وَتَرْكُهَا كُفْرٌ وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ
Artinya: “Barangsiapa tidak pandai bersyukur atas nikmat yang sedikit, maka dia tidak dapat bersyukur atas nikmat yang banyak. Barangsiapa tidak pandai bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, maka dia tidak bisa bersyukur kepada Allah. Membicarakan nikmat Allah adalah syukur dan meninggalkannya adalah kufur. Berjama’ah adalah rahmat dan perpecahan adalah adzab.” (HR Ahmad).
Karena memang pada hakikatnya umat Islam ini adalah umat yang satu. Satu Tuhannya, Allah. Satu Nabi terakhirnya, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Satu kitab sucinya, Al-Quran. Satu kiblat shalatnya, Baitullah.
Adapun perbedaan umumnya adalah pada soal pemahaman fiqih ibadah (mazhab), pemikiran (politik), dan persoalan teknis lainnya. Selama secara prinsip aqidah masih sama, berpedoman pada Al-Quran dan As-Sunnah, maka hakikatnya mereka adalah umat yang satu.
Baca Juga: Memaknai Iqra
Tinggal keutuhan yang satu itu, diikat dengan kepemimpinan yang satu, dengan Imaam yang satu. Yakni pemimpin umat Islam yang memimpin umat Islam keseluruhan dunia tanpa sekat politik dan reginonal. Bersifat rahmatan lil ‘alamin (QS Al-Anbiya ayat 107).
Allah menegaskan di dalam beberapa ayat-Nya:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
Artinya : “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu berfirqah-firqah (bergolong-golongan), dan ingatlah akan ni’mat Allah atas kamu tatkala kamu dahulu bermusuh-musuhan maka Allah jinakkan antara hati-hati kamu, maka dengan ni’mat itu kamu menjadi bersaudara, padahal kamu dahulu nya telah berada di tepi jurang api Neraka, tetapi Dia (Allah) menyelamatkan kamu dari padanya; begitulah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu, supaya kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali ‘Imran [3]:103).
Baca Juga: Mengembangkan Sumber Pangan Lokal Berbasis Komunitas
إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ
Artinya: “Sesungguhnya ini umatmu umat yang satu, dan aku adalah Rabmu, maka sembahlah Aku.” (Al-Anbiya [6] :92).
Begitulah, Islam adalah satu-satunya agama yang ajaranya mengajak pada persaudaraan dan terwujudnya persatuan dan kesatuan umat serta mengecam perpecahan dan perselisihan.
Karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai pembawa risalah Islam selalu mengarahkan umatnya untuk menjaga kesatuan umat (Al-Jama’ah) dan menjauhi perselisihan dan perpecahan (Al-Firqah).
Baca Juga: Mengislamkan Pikiran, Hati, Dan Perilaku
Semoga Allah Ta’ala melimpahkan rahmat dan kasih sayangnya kepada kita, sehingga Allah jadikan jiwa kita, umat Islam, cinta pada persatuan dan kesatuan, serta menjauhi segala pertikaian, kedengkian dan permusuhan. Aamiin Yaa Robbal ‘aalamiin. (A/RS2/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)