Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

KH Miftachul Akhyar: Empat Bekal Penting Kaum Santri Hadapi Bonus Demografi

Redaksi Editor : Rudi Hendrik - 57 detik yang lalu

57 detik yang lalu

0 Views

Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftahul Akhyar. (Foto: MUI)

Jakarta, MINA – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar, menegaskan pentingnya kaum santri menyiapkan diri menghadapi era bonus demografi Indonesia. Menurutnya, empat bekal utama harus dimiliki santri agar menjadi generasi produktif dan berperadaban mulia.

Hal itu disampaikan dalam Istighotsah dan Doa Santri untuk Negeri bertempat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa malam (21/10).

Dalam penjelasannya, KH Miftachul menyebut bonus demografi sebagai peluang sekaligus tanggung jawab. “Jumlah penduduk usia produktif yang meningkat adalah berkah, tetapi tanpa bekal yang tepat, bisa menjadi tantangan besar bagi bangsa,” ujarnya.

Empat bekal yang harus dimiliki santri menurut KH Miftachul Akhyar adalah: pertama, ilmu agama yang kuat – menjadi fondasi agar santri mampu menghadapi arus perubahan zaman tanpa kehilangan identitas keislaman.

Baca Juga: Peringati Hari Santri, Gus Yahya: Jaga Persatuan, Teladani Semangat KH Hasyim Asyari

Kedua, akhlak mulia – kejujuran, keadilan, dan kepedulian sosial harus menjadi karakter utama santri, agar bonus demografi membawa keberkahan, bukan masalah sosial.

Ketiga, kecakapan sosial dan kemasyarakatan – santri harus siap berinteraksi, bekerja sama, dan berkontribusi nyata dalam masyarakat luas, tidak hanya di lingkungan pesantren.

Keempat, kemandirian ekonomi – kemampuan menciptakan peluang usaha dan mandiri secara finansial, sehingga bonus demografi menjadi kesempatan untuk membangun bangsa, bukan sekadar mencari pekerjaan.

KH Miftachul menekankan, jika keempat bekal ini dijalankan bersama-sama, santri akan menjadi generasi yang siap menghadapi tantangan global sekaligus menjadi penggerak peradaban. Sebaliknya, jika hanya sebagian yang dikuasai, bonus demografi bisa berubah menjadi risiko sosial seperti pengangguran atau ketidakstabilan mental.

Baca Juga: Kado Spesial Hari Santri: Presiden Perintahkan Pembentukan Ditjen Pesantren di Kemenag

Ia mengajak para pengasuh pesantren dan komunitas santri untuk mengintegrasikan bekal tersebut ke dalam kurikulum, kegiatan, dan pola pengasuhan, sehingga pesantren tetap relevan dengan kebutuhan zaman.

“Santri bukan hanya menuntut ilmu, tetapi juga harus siap mengawal bangsa menuju masa depan yang beradab dan sejahtera,” tegasnya. []

 Mi’raj News Agency (MINA) 

Baca Juga: Kutuk Pelanggaran Gencatan Senjata Israel, AWG: Zionis Pengkhianat Kemanusiaan  

Rekomendasi untuk Anda