Banda Aceh, 14 Rabi’ul Akhir 1438/13 Januari 2017 (MINA) – Di antara keistimewaan ajaran Islam adalah seruan kepada penganutnya untuk mempertahankan persatuan di antara umat Islam dan melarang keras terhadap perpecahan yang terjadi di tengah umat ini.
Persatuan dan persaudaraan Muslim adalah sumber kekuatan umat Islam yang sangat ditakuti musuh-musuh di luar Islam. Perpecahan atau bergolong-golongan merupakan penyebab lemahnya umat Islam di hadapan umat lain.
Demikian antara lain disampaikan Ustaz KH. Drs. Yakhsyallah Mansur MA., Imam Jamaah Muslimin (Hizbullah) saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke Rabu (11/1/2017) malam, demikian keterangan pers yang diterima MINA.
“Mengapa dalam agama ini begitu penting yang namanya hidup berjamaah dan kesatuan umat, karena hanya dengan persatuan dan persaudaraan muslim, umat akan menjadi kuat dan ditakuti musuh. Karenanya, musuh Islam akan terus berusaha habis-habisan memecahbelah persatuan umat ini agar kita menjadi lemah dan tidak berdaya,” ujar KH Yakhsyallah yang juga Pembina Utama Pondok Pesantren Al- Fatah, Cileungsi, Bogor.
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama
Perlu diketahui, Jamaah Muslimin (Hizbullah) merupakan wadah kesatuan Muslimin yang di tetapi kembali pada 20 Agustus 1953 lalu bertepatan dengan 10 Dzulhijjah 1372, bukan organisasi, partai, perserikatan dan bentuk lain yang sifatnya politis, melainkan berbentuk Jama’ah.
Ia menegaskan, perintah menjaga persatuan umat Islam sangat jelas dalam Al-Quran sebagaimana ditegaskan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Surat Ali Imran ayat 103 yang artinya, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada agama Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan. Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara. Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
Kalimat “jangan kalian berpecah belah” berarti Allah memerintahkan kita selalu bersatu dan melarang berpecah belah, karena perpecahan itu suatu kehancuran. Bisa juga berpecah di sini bergolong-golongan mengikuti hawa nafsu dengan berbagai macam tujuan duniawi yang menyebabkan banyaknya golongan-golongan dalam agama ini. Sebaliknya persatuan adalah keberhasilan karea berpegang teguh pada tali Allah yang kuat yaitu Kitabullah.
KH Yakhsyallah mengungkapkan, semua inti syariat dan ajaran Islam dalam berbagai bentuk ibadah kepada Allah itu muaranya kepada persatuan umat seperti ibadah shalat, puasa, zakat dan haji.
Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa
“Dalam shalat yang kita lakukan sehari-hari sangat jelas sekali bentuk persatuan umat Islam. Banyak doa-doa yang kita baca dalam shalat yang ditujukan untuk orang banyak seperti “Ihdinas Siratal Mustqim” yang berarti tunjukilah kami jalan yang luru, bukan “Ihdini” yang berarti tunjukilah saya,” ungkapnya.
Begitu juga dengan ibadah lainnya yang saling mendoakan sesama muslim. Karenanya, dengan berbagai ibadah yang kita lakukan tersebut menjadi sangat aneh dan tidak logis orang Islam itu menjadi bermusuhan, berpecah belah dan krisis ukhuwah.
Ustadz Yaksyallah juga menyampaikan paling tidak ada empat hal yang menjadi penyebab terjadinya perpecahan di tengah umat Islam, apalagi jika seseorang muslim itu kurang ilmu agamanya.
Pertama, karena faktor politik (siyasah) atau berbeda pilihan dalam suatu urusan seperti dalam sebuah pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah yang memecah belah umat.
Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka
Kedua, soal Mazhab, masalah pilihan furuiyah yang bukan keyakinan seperti pemahaman yang dimiliki Imam Maliki, Syafi’i, Hambali dan Imam Hanafi memilih suatu pemahaman dengann dalil yang kuat.
“Soal pilihan mazhab ini sangat berpotensi memecah umat Islam. Seharusnya tak perlu diributkan. Makin luas ilmu dan pemahaman seorang muslim, maka makin mudah untuk dapat menerima perbedaan dalam ibadah dengan dalilnya masing-masing yang kuat,” terangnya.
Ketiga, masalah Ashabiyah yaitu suku atau bangsa. Padahal tidak ada kelebihan seseorang manusia antara orang Arab dengan Indonesia, orang Aceh dengan suku Jawa kecuali taqwanya kepada Allah.
Keempat, bangga dengan pendapatnya serta tidak menerima pendapat orang lain juga bisa memecah belah umat. “Ada suatu pendapat yang ya, tapi tidak perlu ngotot karena kebenaran mutlak itu milik Allah. Seperti perkataan Imam Syafi’i, “Pendapat saya benar, tapi masih mungkin salah. Pendapat orang lain salah, tapi masih mungkin benar”.
Selama di Aceh, KH.Yakhsyallah Mansur juga mengisi kajian bisnis di komunitas pengusaha Indonesian Islamic Bisnis Forum (IIBF) Aceh, kuliah shubuh di Masjid Jami Al-Makmur, Lampriek, dan meninjau 50 relawan kemanusiaan dari Al-Fatah yang berada di Pidie Jaya. (L/R01/RS3)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Imaam Yakhsyallah Mansur: Ilmu Senjata Terkuat Bebaskan Al-Aqsa