Makkah, MINA – Perlu waktu satu tahun bagi Mochammad Khamim Setiawan, pemuda asal Pekalongan Jawa Tengah, untuk menempuh perjalanan ke tanah suci dengan jalan kaki.
Keberanian dan keteguhannya terhadap keyakinan, mampu menghadang risiko dan bahaya.Baginya itu semua kaya akan spiritualitas.
“Kapan pun dia menginginkan sesuatu, dia akan berusaha dengan sepenuh hati untuk mendapatkannya sendiri, tidak ada yang dapat menghentikannya. Dia adalah orang yang memiliki keyakinan kuat,” kesaksian Syaufani Solichin (74 th), tentang petualangan spiritual anaknya ke Makkah.
Baca Juga: Pak Jazuli dan Kisah Ember Petanda Waktu Shalat
Media Saudi ramai memperbincangkan petualangan spiritual “Aim”, begitu teman dan keluarganya memanggilnya. Termasuk media terkemuka Saudi Gazette.
Aim berangkat setahun lalu, 28 Agustus 2016, dengan membawa tas ransel, satu salinan Al-Quran, beberapa kemeja, dua pasang celana dan sepatu, selusin pasang kaus kaki , beberapa pakaian dalam, kantong tidur dan tenda. Sebuah lampu portable, ponsel, bendera mini Indonesia, pemandu peta GPS dan uang tunai sebesar hanya Rp3 juta.
Mengenakan T-shirt bertuliskan “Saya dalam perjalanan ke Makkah dengan berjalan kaki dan menaruh keyakinan penuh pada Tuhan.”
Ia memulai perjalanannya yang berani dari kampung halamannya di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, pada pukul 10 malam, pada 28 Agustus 2016.
Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia
Awalnya, keluarganya meragukan kemampuannya untuk mencapai tujuan mimpinya karena harus menempuh jarak jauh lebih dari 9.000 kilometer.
Dia bahkan dibujuk oleh saudaranya untuk mengurungkan rencananya. Namun mereka gagal membujuknya untuk berubah pikiran.
Khamim memilih lebih banyak berpuasa pada siang hari selama perjalanan, dan bepergian pada malam hari dengan bantuan lampu senternya. Ia memanfaatkan siang hari untuk beristirahat di masjid, bangunan umum, rumah penduduk setempat, atau bahkan di dalam hutan di beberapa negara yang dilaluinya. .
Ia mampu menempuh jarak 50 km saat dalam keadaan prima. Namun, saat ia merasakan sakit di lututnya, ia hanya bisa berjalan 10 sampai 15 km sehari.
Baca Juga: Al-Razi, Bapak Kedokteran Islam yang Mencerdaskan Dunia
Pemuda itu pernah jatuh sakit dua kali dalam perjalanannya, yaitu saat dia berada di Malaysia dan India.
Dia tidak mengonsumsi suplemen khusus untuk mempertahankan stamina tubuhnya. Namun hanya mengkonsumsi makanan halal dan mengandalkan madu dicampur air untuk menjaga stamina tubuhnya terhadap cuaca buruk.
Bahaya Mengancam
Secara umum, tidak ada banyak kesulitan yang dia alami dalam safarnya. Namun ia menceritakan, setidaknya ia menjumpai tiga pertemuan dengan ular berbisa di hutan Malaysia.
Baca Juga: Abdullah bin Mubarak, Ulama Dermawan yang Kaya
“Tapi secara ajaib, sebelum ular-ular menggigit saya, mereka malah mati duluan,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Saya tidak pernah minta-minta, tapi saya selalu bertemu dengan orang baik yang memberi saya makanan dan bekal lainnya. Saya pernah disambut di sebuah kuil Budha di Thailand. Penduduk desa di Myanmar juga memberi makan saya,” lanjutnya.
Ia juga mengaku belajar dan bertemu dengan cendekiawan Muslim dari berbagai negara di masjid Jamaah Tabligh Di India, dan berkenalan dengan pasangan Kristen Irlandia yang mengendarai sepeda di Yangon.
Pernah, saat dia berjalan sendiri pada malam hari, dia menghadapi beberapa situasi yang tidak menyenangkan, seperti saat berada di India.
Baca Juga: Behram Abduweli, Pemain Muslim Uighur yang Jebol Gawang Indonesia
Dia bertanya kepada beberapa orang lokal tentang rute ke Arab Saudi, tapi dia malah dapat jawaban yang sesat.
“Dan itu membuatku menempuh jarak lebih jauh lagi,” kenangnya.
Namun meskipun demikian, banyak orang bersimpati dengannya, terutama saat melintasi Malaysia, India dan Dubai.
Mereka memberinya makanan halal dan tidak mudah rusak. Dia pun mampir ke Kedutaan Rapublik Indonesia di setiap negara yang dia masuki untuk memproses visa negara yang akan dia masuki.
Baca Juga: Suyitno, Semua yang Terjadi adalah Kehendak Allah
“Saya berhenti di sana bukan karena meminta pertolongan, tapi hanya untuk melakukan kewajiban administraif mengurus visa,” kata Aim.
Bukan Tak Mampu
Mochammad Khamim Setiawan, begitu bertekad untuk berjalan kaki ke Makkah untuk melakukan ibadah haji, bukan karena dia kekurangan uang. Dia memiliki bisnis yang bagus di rumahnya.
“Saya percaya melakukan haji bukan hanya demonstrasi solidaritas antar sesama umat Islam. Cara saya untuk menunjukkan kesalehan saya kepada Allah Yang Maha Kuasa adalah dengan belajar tentang Islam dari berbagai cendekiawan Muslim dan bertemu orang-orang dengan agama yang berbeda untuk belajar budaya mereka dan mempromosikan toleransi,” imbuhnya.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
“Saya sedang berusaha melakukan jihad yang lebih besar, mendisiplinkan diri dan memenangkan perjuangan spiritual melawan dosa,” tambahnya.
Pada tanggal 19 Mei 2017 ia tiba di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Semestinya dia dijadwalkan memasuki Makkah pada 30 Agustus, satu hari sebelum hari Arafah. Namun ia tiba lebih awal dari jadwal yang ia buat.
Dia pun merekam video perjalanannya saat singgah di setiap negara yang dimasukinya, dan memperbaruinya di media sosial pribadinya. Sehingga keluarga dan teman-temannya di rumah bisa mengetahui perjalanannya. Subhaanallaah. (A/RS2/P1)
Baca Juga: Transformasi Mardi Tato, Perjalanan dari Dunia Kelam Menuju Ridha Ilahi
Mi’raj News Agency (MINA)