Khan Al-Ahmar Menjadi Tujuan bagi Aktivis Internasional Bela Palestina

Oleh : Alaa Hantash

Sejak Pengadilan Tinggi Israel memberikan lampu hijau bagi militer Israel untuk menghancurkan desa Badui dan dengan paksa menggusur hampir 200 penduduknya pada bulan September lalu, ratusan orang Palestina dan aktivis solidaritas internasional dengan konsisten siang dan malam berada di sana untuk mempertahankan keberadaan dusun Badui itu.

Para aktivis menghabiskan malam di halaman sekolah desa, yang hanya dibangun dari ban dan lumpur saja. The Wall and Settlements Resistance Commission yang melihat siaran langsung di media sosial saat itu terkait para aktivis yang mengabiskan malam di halaman sekolah desa, tergerak untuk menyediakan infrastruktur bagi para aktivis agar bisa beristirahat, komisi itu menyediakan kasur dan selimut tebal yang ditempatkan di halaman rumput buatan yang tertutup.

Rubin, seorang warga negara Belanda yang tinggal di Inggris, bergabung dengan Gerakan Solidaritas Internasional untuk menentang kebijakan pendudukan Israel terhadap rakyat Palestina. Dia telah tidur di desa itu hampir setiap malam selama tiga bulan terakhir untuk mendukung warga Palestina dalam menghadapi ancaman besar dari pengusiran paksa dan pemindahan oleh pasukan Israel.

“Sebagai seorang manusia dan aktivis hak asasi manusia, saya merasa bersemangat ikut berjuang bersama rakyat Palestina melawan pendudukan Israel. Motivasi utama saya adalah untuk menunjukkan solidaritas dengan rakyat Palestina dan ikut merasakan langsung situasi di lapangan. Selain itu, saya juga didorong oleh keinginan untuk belajar tentang budaya dan adat istiadat Palestina, serta mengetahui lebih banyak tentang realitas pendudukan, blokade Gaza, permukiman, pemrotes sipil tak bersenjata yang dieksekusi di dekat pagar perbatasan Gaza dan anak-anak yang ditempatkan di penjara Israel,” ujarnya.

Rubin percaya bahwa hanya masalah waktu saja, apa yang dilakukan oleh pendudukan Israel terhadap warga Palestina akan runtuh nantinya. Ia pun menceritakan pengalamannya saat menyaksikan para aktivis saling bahu-membahu menolong warga Palestina melawan tindakan Israel.

“Saya memiliki pengalaman unik di Khan Al-Ahmar. Saya telah menyaksikan para dari semua agama dan kebangsaan berdiri bahu-membahu dengan warga Palestina untuk melawan Israel. Saya tidak hanya menyaksikan ini di desa badui, tetapi juga di setiap aksi damai atau aktivitas yang saya ikuti, baik di Al-Tuwani, di perbukitan Hebron selatan, Ras Karkar, Bilin, Kafr Qaddum, Bardala, Al-Jaftlak dan Hebron,” katanya.

Rubin menyoroti penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh pasukan Israel yang menindas para demonstran dalam protes damai.

“Di semua lokasi ini, pasukan Israel menanggapi para demonstran yang damai dengan cara yang bertentangan, pasukan Israel selalu pura-pura dan mencoba untuk memasarkan opini publik dunia. Sebagai contoh, tindakan biadab dan tidak bermoral pasukan Israel menembak seorang anak yang melemparkan batu ke arah mereka,” ungkapnya.

Aktivis dan warga Palestina yang memblokade diri di lokasi sering menghadang ke depan buldoser militer Israel yang membuka jalan sebelum pembongkaran itu direncanakan. Mereka sering berhadapan dengan kekerasan ekstrem dari pasukan Israel.

Daniel, seorang aktivis Spanyol telah menunjukkan komitmennya terhadap kasus Khan Al-Ahmar. Dia adalah mantan kepala pro-Palestina Asociación Unadikum – asosiasi yang turut aktif dalam membela hak-hak rakyat Palestina dan melawan pendudukan serta apartheid Israel.

“Sejak masa kecil, saya dibesarkan untuk mencintai Palestina dan selalu melihat benderanya. Maka saya di sini, di Khan Al-Ahmar untuk menyuarakan dukungan saya kepada rakyat Palestina melawan pendudukan Israel yang melanggar hukum internasional dan mempraktekkan pembersihan etnis serta diskriminasi ras terhadap penduduk asli Palestina,” katanya.

“Kami berusaha membela hak asasi manusia di Palestina dan di seluruh dunia. Kehadiran kami di Palestina adalah cara untuk mendukung hak-hak warganya. Kami mengajak sebanyak mungkin aktivis untuk ikut mengalami situasi langsung di lapangan, yang nantinya juga bisa menyampaikan gambaran nyata tentang apa yang sedang terjadi,” tambahnya.

Selain Daniel, aktivis asal Spanyol Dalia juga menyinggung bias media mainstream terhadap warga Palestina yang memutarbalikkan suatu fakta juga manipulasi dengan bebas pers dalam konteks perjuangan Palestina melawan pendudukan Israel.

“Kami telah menindaklanjuti kasus Khan Al-Ahmar melalui media alternatif. Itu karena media mainstream gagal untuk menutupi praktik-praktik Israel terhadap Palestina, termasuk pembunuhan, pembongkaran rumah dan pembangunan permukiman, dan menggambarkan perlawanan Palestina sebagai “terorisme”. Hal itu tidak adil, karena nyatanya  Israel terus mengusir warga Palestina dari tanah  mereka selama bertahun-tahun tanpa harus bertanggung jawab,” katanya.

Dia mendesak komunitas internasional untuk mengambil langkah-langkah efektif dalam mendukung Palestina dan ia berharap agar pemerintah seluruh negara dapat mendahulukan hak asasi manusia atas kepentingan politik dan ekonomi.

Aktivis Italia Enos mengatakan, kehadirannya di Khan Al-Ahmar adalah bentuk unjuk rasa mendukung kebebasan Palestina.

“Khan Al-Ahmar merupakan desa yang menghalangi rencana berbahaya Israel untuk membagi Tepi Barat dan mencegah pembentukan negara Palestina, hal itu mewakili ketabahan Palestina. Karena jika pasukan Israel menghancurkan desa itu maka akan menimbulkan ancaman bagi negara Palestina,” katanya.

Philip, seorang aktivis Perancis mengatakan, selalu mendengar tentang solusi dua negara, akan tetapi yang ia lihat di lapangan nyatanya langkah-langkah dan kebijakan Israel yang justru bertujuan untuk membunuh solusi tersebut.

“Kami selalu mendengar tentang solusi dua negara tetapi apa yang kami lihat di lapangan dari langkah-langkah dan kebijakan Israel bertujuan untuk membunuh solusi ini. Inilah yang kami lihat dan alami di Khan Al-Ahmar. Mengusir warga Palestina dari daerah Badui itu adalah masalah yang sangat berbahanya,” ungkapnya.

Khan Al-Ahmar telah menjadi tujuan bagi aktivis solidaritas internasional. Mereka menentang kekuasaan sewenang-wenang oleh otoritas pendudukan Israel terhadap rakyat Palestina dan mereka juga datang ke desa itu untuk melawan serta berdiri bersama-sama dengan warga Palestina dalam menyuarakan hak-haknya. (AT/ais/RI-1)

sumber: english.wafa.com

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.