Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khaulah binti Azwar, Wanita Pedang Allah

Bahron Ansori - Selasa, 9 Agustus 2016 - 22:59 WIB

Selasa, 9 Agustus 2016 - 22:59 WIB

943 Views

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Ketika terjadi pertempuran sengit antara tentara Islam yang dipimpin oleh Khalid ibnu Walid dengan tentara Romawi, terjadi suatu peristiwa yang menakjubkan, yaitu munculnya seorang pejuang misterius yang menyerbu ke tengah barisan musuh dengan begitu berani, meluncur dengan kudanya meninggalkan para tentara berkuda yang lain di belakang dan melompat ke tengah medan perjuangan.

Pejuang misterius itu telah merobek musuh dengan pedang dan tombak yang dibawanya. Dengan sekali tebas, tiga orang musuh jatuh tersungkur ke atas bumi. Panglima Khalid ibnu Walid kagum dengan pejuang misterius itu. Ia bertanya-tanya, siapakah pejuang yang begitu gigih dan berani menentang musuh?

Pejuang itu tinggi semampai, berpakaian serba hitam, yang kelihatan hanya kedua belah matanya yang sangat tajam pandangannya. Di pinggangnya terselip pisau belati dengan baju besinya yang hampir tidak kelihatan karena tertutup oleh pakaian jubahnya. Khalid segera memacu kudanya dengan diikuti oleh tentara-tentara muslimin yang lain ke tempat pejuang misterius yang sedang menggasak musuh dan membuat pihak lawan gempar dan bimbang. Tentara Islam bangga sekali dengannya, begitu juga panglima Khalid ibnu Walid.

Baca Juga: Satu Tahun Genosida di Gaza, Rakyat Palestina tidak Bersama Saudaranya

Mereka kagum, takjub bercampur syukur karena dikaruniakan pejuang yang berani seperti itu.Khalid mengikuti pejuang misterius yang sudah memperlihatkan contoh itu, diikuti oleh orang-orang Islam lainnya. Ditariknya tali kekang kuda dan dihunuslah tombak untuk melindungi dan memberikan bantuan kepada pejuang misterius itu.Pejuang itu terus berperang dan menghabiskan semua musuhnya sehingga dapat kembali ke tengah pasukan tentara Islam dengan pakaiannya yang berlumuran darah.

“Allahu akbar!” pekik Khalid.

“Allahu akbar!” pekik tentara Islam semuanya, maka medan pertempuran dan peperangan itu bergetar dengan pekikan takbir. Mereka menghampiri pejuang misterius itu.

“Demi Allah yang telah melindungi seorang pejuang yang telah membela agamaNya dan menentang orang musyrik habis-habisan. Tolong bukalah tutup wajahmu,” kata mereka.

Baca Juga: Parfum Mawar Untuk Masjid Al-Aqsa

Tetapi pejuang misterius itu tidak peduli dan tidak menjawab, dia terus menyerbu ke tengah-tengah pasukan kafir itu, bagaikan nyala api atau angin puting beliung di tengah-tengah pasukan musuh. Khalid terus mengejarnya, sambil mendekat ia meminta, “Hai, siapa engkau sebenarnya?”

“Aku adalah Khaulah binti Azur. Aku melihat kakakku, Dhirar, tertangkap. Lalu aku datang untuk menolongnya dan  dia yang berperang karena Allah,” jawabnya. Semua tentara Islam, tidak menyangka bahwa pejuang misterius itu adalah seorang wanita. Ketangkasan dan keberaniannya telah mengalahkan 1.000 orang lelaki kafir.

Khaulah terus berjuang tanpa henti-hentinya bersama-sama tentara Islam yang lainnya hingga berakhirlah pertempuran itu dengan kemenangan mutlak di tangan tentara Islam. Namun Khaulah pulang dengan perasaan sedih, karena tidak memperoleh berita tentang saudaranya. Ia bertanya kepada setiap orang Islam tentang saudara kandungnya, namun tidak ada yang bisa menjawabnya. Kesedihan itu tidak dapat ditampung lagi, lalu menangislah ia.

Tiba-tiba dengan takdir Allah datang serombongan pasukan Romawi menuju arah mereka. Khaulah, Khalid dan seluruh pasukan tentara Islam pun bersiap sedia. Tetapi rombongan itu menjatuhkan senjata mereka. Mereka meminta damai. Permintaan itu diterima tanpa syarat. Khalid bertanya kepada ketua rombongan itu tentang Dhirar bin Azur.

Baca Juga: Keseharian Nabi Muhammad SAW yang Relevan untuk Hidup Modern

Ketua itu berkata bahwa Dhirar telah berhasil menewaskan seorang putera raja dan sejumlah besar pasukan mereka, lalu mereka menghadapinya bersama-sama. Dhirar akhirnya ditangkap dan dikirim kepada raja mereka. Dhirar ditawan dan sedang dibawa ke Homs, dengan pengawalan seratus tentara berkuda. Dengan segera Khalid memanggil Rafi’ bin Umairah, karena dia paham betul tentang kondisi padang pasir di samping ia seorang yang bijak dalam mengatur siasat dan teknik pertempuran.

Khaulah mendengar berita tentang rencana penyerangan itu, lalu dengan segera ia memakai baju besi, memasang pedangnya dan menggenggam tombaknya lalu meminta kepada panglima Khalid agar dia diizinkan ikut bersama.Dengan membaca Bismillah, pasukan itu berangkat. Mereka mengambil jalan pintas dan akhirnya bertemulah mereka dengan pasukan musuh.

Ketika rombongan itu sudah dekat, tampaklah di mata Khaulah sosok kakaknya, Dhirar, sedang dikawal ketat oleh tentara musuh.Maka wanita itu pun bertakbir. Takbirnya itu disambut oleh pasukan berkuda yang lain, maka bergemalah lembah itu dengan takbir.

“Allahu akbar!”Maka kemenangan pun berhasil mereka raih. Khaulah segera mendapatkan Dhirar dan melepaskan belenggu yang mengikatnya, sementara tentara-tentara Islam merampas semua yang mereka bawa dan kemudian pulanglah mereka kepada Khalid ibnu Walid.

Baca Juga: Satu Tahun Badai Al-Aqsa, Membuka Mata Dunia

Keberanian Khaulah sekali lagi terbukti ketika menyertai perang Sahura. Khaulah dan beberapa orang wanita berhasil ditawan oleh musuh. Mereka dikurung dan dikawal rapi beberapa hari lamanya tanpa senjata untuk melepaskan diri. Tetapi Kahulah bukanlah seorang wanita lemah yang mudah diperdayakan. Pikirannya bergerak cepat dan senantiasa berusaha mencari jalan untuk melepaskan diri. Menurutnya, tidak ada cara lain yang paling tepat selain membakar semangat sahabat-sahabatnya agar dapat bertindak cepat sebelum musuh dapat berbuat jahil kepada mereka.

Begitulah kisah seorang mujahidah Islam yang gagah berani berjuang karena Allah. Sehingga dia mendapat gelar tertinggi dari Allah. Jika Khalid ibnu Walid mendapat gelar Pedang Allah di kalangan laki-laki, maka Khaulah binti Azur adalah Pedang Allah dari kalangan wanita. Khaulah meninggal dunia di akhir pemerintahan Usman bin Affan. (P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Transformasi Mardi Tato, Perjalanan dari Dunia Kelam Menuju Ridha Ilahi

Rekomendasi untuk Anda

Kolom