Oleh Rudi Hendrik, jurnalis MINA
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
وَجَعَلۡنَـٰهُمۡ أَٮِٕمَّةً۬ يَہۡدُونَ بِأَمۡرِنَا وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡهِمۡ فِعۡلَ ٱلۡخَيۡرَٲتِ وَإِقَامَ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَآءَ ٱلزَّڪَوٰةِۖ وَكَانُواْ لَنَا عَـٰبِدِينَ
Artinya, “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebaikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah.” (QS. Al-Anbiyaa’ [21] ayat 73).
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wafat pada 8 Juni 638 Masehi atau 12 Rabiul Awal 11 H, otomatis sistem kepemimpinan nubuwwah atau kenabian pun berakhir. Selanjutnya adalah sistem kepemimpinan berformat khilafah yang dipimpin oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhum pada masanya masing-masing. Meski berformat khilafah yang pemimpinnya di sebut Khalifah, tapi sistem kepemimpinan itu tetap tertuntun sesuai manhaj kenabian.
Setelah masa Khulafaur Rasyidin berakhir, kepemimpinan umat Islam terus berlanjut dalam sistem kekhilafahan. Namun, meski pemimpin umat disebut Khalifah, tapi pada hakekatnya adalah seorang raja. Meski demikian, umat Islam masih hidup dalam pola satu kepemimpinan dunia. Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah, serta beberapa kerajaan lain hingga akhirnya kerajaan Islam yang terakhir, yaitu kerajaan Turki Utsmaniyyah.
Khilafah Islamiyyah merupakan kekuatan umat Islam yang amat menggentarkan pihak Barat. Khalifah adalah pengganti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam mengatur dan memerintah negeri Islam, sekaligus sebagai pemimpin bagi umat Islam secara keseluruhan.
Setelah beberapa abad menguasai dua pertiga dunia, khilafah kerajaan secara resmi dibubarkan pada 3 Maret 1924 Masehi, bertepatan dengan 27 Rajab 1342 Hijriyah oleh Mustafa Kemal Atartuk. Kerajaan Islam terakhir yang mampu bertahan sehingga jatuhnya khilafah adalah Kerajaan Utsmaniyyah.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Maka setiap tanggal 3 Maret umat akan mengenang berakhirnya kekhilafahan, yaitu kepemimpinan umat Islam yang selama beraba-abad mampu memberi masa-masa keemasan dan kejayaan umat ini setelah masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Bisa terciptanya masa keemasan dan kejayaan umat Islam di beberapa era, tidal lepas dari kuatnya praktik Islam berdasarkan contoh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Silih bergantinya khilafah runtuh hingga yang terakhir pada tanggal 3 Maret 1924, dikarenakan keluarnya umat dari tuntunan kenabian dan pelemahan yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam dalam waktu yang lama, salah satunya adalah yang dilakukan Mustafa Kemal Atartuk.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ ٱلنَّاسِ عَدَٲوَةً۬ لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱلۡيَهُودَ وَٱلَّذِينَ أَشۡرَكُواْۖ
Artinya, “Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik….” (QS. Al-Maidah [5] ayat 82).
Meski Mustafa Kemal Atartuk dipuja sebagai “Bapak Bangsa” negara Turki, tapi ia merupakan dalang dan pengkhianat di balik kejatuhan kerajaan Utsmaniyyah dan pembubaran Khilafah khususnya.
Kemal Atartuk dilahirkan di Salonica pada 12 Maret 1881. Salonica merupakan kota orang Yahudi yang mempunyai penduduk sejumlah 140.000 orang. Sebanyak 20.000 dari mereka merupakan orang Yahudi Aldunama, yaitu kaum Yahudi yang berpura-pura memeluk agama Islam.
Kemal Atartuk dibesarkan oleh pendidikan Barat dan kemudian sangat membenci bangsa Arab. Di sekolah Barat-nya, ia diberi gelar “Kemal” oleh guru-gurunya yang berarti pandai dalam pelajaran dan matematika.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Pada tahun 1898 ketika berusia 17 tahun, dia memasuki Sekolah Tentara Monaster dan pada 1899, dia masuk Sekolah Tentara Istanbul. Di sini dia mulai aktif di bidang politik dan memasuki gerakan-gerakan rahasia. Pada tahun 1902 dia mendapat pendidikan di Akademi Staf Komando Militer dan lulus pada tahun 1905.
Kemal Atartuk merupakan tokoh militer yang melakukan konspirasi bersama pihak Barat untuk menjatuhkan kekhilafahan dan menjadikan Turki sebuah Republik yang berdasarkan ideologi sekuler.
Banyak peristiwa yang terjadi sebelum kejatuhan Khilafah secara resmi pada 3 Maret 1924. Seperti peperangan Yunani-Turki, peperangan yang diatur Sekutu untuk meruntuhkan Khilafah. Konspirasi pun dimainkan oleh Perancis dengan dalih membantu Turki hingga menang dari Yunani. Perancis sebelumnya mengirim dua orang wakil ke Turki untuk menawarkan Konsep Freemasonary. Kemenangan Turki pun mengorbitkan kedudukan Kemal Atartuk.
Kemudian ada peristiwa Muktamar Luzan I, Muktamar Luzan II, Perjanjian Esmut Inono dan Lord Qiruzon, dan Muktamar Luzan 1923. Semua peristiwa itu diadakan dalam rangka menyepakati pembubaran Khilafah pada 3 Maret 1924 dan mengukuhkan Republik Turki yang sudah dibentuk sebagai negara anti-Islam dan Arab.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Di masa kosongnya kepemimpinan seorang khalifah, sejumlah ulama berusaha melahirkan kembali sistem kepemimpinan khilafah. Namun, di masa jayanya musuh-musuh Islam dan berpecah-belahnya muslimin dunia, kekuatan kafir tetap sekuat tenaga akan mencegah bangkitnya khilafah baru.
Namun, perjalanan era-era kekhilafahan telah terekam oleh nubuwwah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
حُذَيْفَةُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
Sahabat Hudzaifah radhiyallah ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Akan datang kepada kalian masa Kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya jika Dia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa khilafah ‘ala minhaajin nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Dia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang zalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Dia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa raja diktator (pemaksa), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah akan menghapusnya jika Dia berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa khilafah ‘ala minhajin nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian).” Setelah itu, beliau diam. (HR. Imam Ahmad).
Meski kini khilafah tidak ada, tapi nubuwwah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menegaskan bahwa ada khilafah terakhir yang akan menjadi era keemasan umat Islam di masa akhir. Khilafah terakhir itu adalah khilafah yang mengikuti sistem khilafah Khulafaur Rasyidin, yaitu khilafah yang berjalan di atas manhaj kenabian.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Membangun khilafah semodel Khulafaur Rasyidin tentunya tidak mudah dan tidak sekonyong-konyong, karena sistem kepemimpinan nan agung itu telah terkubur beradab-abad lamanya di bawah tumpukan perubahan sistem kepemimpinan masa kini. (A/RI-1/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat