Abu Faris Ahmad Soleh, Majelis Dakwah Pusat Jama’ah Muslimin (Hizbullah)
إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَـغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِالله ِمِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَـيِّـَئاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, أَرْسَلَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيرًا بَيْنَ يَدَىِ السَّاعَةِ, مَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَـقَدْ رَشَدَ, وَمَنْ يَعْصِهِمَا فَاِنَّهُ لَا يَضُرُّ اِلَّا نَفْسَهُ وَلَا يَضُرُّ اللهَ شَيْءً أَعُوْذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ اَللَّهُمَّ صَلِّ وّسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَ التـَّابِعِيْنَ وَاتَّـابِعُ التـَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِ حْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ. فَـإِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَـابُ اللهِ , وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّالْأُمُوْرِ مُحْدَثاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعُةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِىالنَّارِ
الله اكبر, الله اكبر, لا إله إلا الله والله اكبر. الله اكبر ولله الحمد
Sesungguhnya segala puji bagi Allah Yang telah menurunkan sebaik-baik kitab yaitu Al-Qur’an. Dialah Yang telah mengutus sebaik-baik utusan yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alihi wasallam. Dialah, Allah Yang Maha Esa, Yang telah mensyari’atkan sebaik-baik aturan dan sistem hidup yang sempurna yaitu Dinul Islam. Yang dengan itu semua, berakallah orang-orang yang mengikutinya walau mereka tadinya jahil, tidak mengerti hak dan batil, tidak mengetahui keimanan dan kekufuran serta tidak faham mana Aqidah Tauhid dan mana bid’ah dholalah serta kemusyrikan.
Dengan cahaya serta petunjuk-Nya yang diturunkan, mulialah orang-orang yang mengimaninya, meski mereka tadinya pengekor kemusyrikan, tunduk dan bersimpuh di hadapan batu bisu serta berjalan dengan merangkak di pelataran berhala buta sebagai pemakmur kejahiliyahan. Dan jayalah orang-orang yang berpegang teguh dengannya sehingga mereka menjadi pemimpin dan teladan dalam ketaqwaan, padahal mereka tadinya dalam ketidaktahuan, kehinaaan dan kesesatan.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq, tidak ada sesuatu yang menjadi tujuan segala ibadah serta tidak ada tempat memohon dari segala hajat dan kebahagiaan imma fid dunya imma fil akhirah, kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala, Yang Esa, Yang tidak ada serikat bagi-Nya. Bagi-Nya segala pujian dan bagi-Nya segala kerajaan, baik kerajaan langit maupun kerajaan bumi dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya, yang dibangkitkan membawa risalah dan aturan langit untuk diterapkan di muka bumi dengan pertolongan-Nya. Dialah nabi yang luhur budi dan berperangai terpuji, rasul berakhlak agung serta teladan umat beriman.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا(21)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab [33] : 21).
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada penutup para nabi, al-Amin terpercaya, yang perkataannya benar dan dibenarkan, yang tak pernah berdusta dan tidak pula mendustai, yaitu Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wasallam-. Juga kepada para shahabatnya yang setia dan terkemuka, para ahlinya yang mulia, para istrinya –ummahatul mukminin- yang dibersihkan, dan orang-orang yang selalu berjuang, mengamalkan dan mendakwahkan risalah suci yang diembannya, baik dengan tetesan air matanya yang mengundang kesegaran dan kesejukan, dengan tetesan keringatnya yang bermanfaat dan mengundang semangat, dengan tetesan tintanya yang mengundang rahmat dan cinta serta dengan darah segarnya untuk memperkokoh kemuliaan dan memperkuat kebenaran.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Yaa ma’syaral muslimin, bertaqwalah kepada Allah, karena tidak ada bekal yang berguna di saat seseorang lari dari saudaranya nanti, tidak ada harta yang bermanfaat saat seseorang menjauh dari ibu bapaknya kelak, tidak ada kekayaan dan jabatan yang berfaidah saat seseorang menghindar dari shahabat dan anak-anaknya, kecuali dengan taqwa kepada Allah.
فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ(33) يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ(34) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ(35) وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ(36)
“Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya.” (QS. ‘Abasa [80] : 33-36).
Dari itu ta’atilah Allah dan Rasul-Nya di mana dan kapan saja, barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya maka sungguh ia telah beruntung dengan keuntungan yang besar. Dan barangsiapa yang tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan dipalingkan oleh tipu daya syetan. Siapa yang tidak bisa diluruskan dengan kebenaran maka ia akan dibengkokkan oleh kebatilan. Siapa yang tidak bisa ditunjuki dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah maka ia akan disesatkan oleh bid’ah dan khurafat. Barangsiapa yang tidak mau dirahmati dengan Al-Jama’ah dan persatuan maka ia akan diadzab dengan firqah dan perpecahan.
Apa-apa yang dikehendaki Allah terjadi pasti terjadi, meski semua makhluk berkumpul dan bersatu padu serta mereka bersepakat menolak kejadiannya, dan apa-apa yang tidak dikehendaki Allah kejadiannya pasti tidak terjadi walau seluruh makhluk penghuni langit dan bumi, dari bangsa jin dan manusia bersekutu untuk mewujudkan kejadiannya. Dan Allah berkuasa atas segala sesuatu. Kemudian sesudah itu….
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
الله اكبر, الله اكبر, لا إله إلا الله والله اكبر. الله اكبر ولله الحمد
Ayyuhal Ikhwan Hafizhakumullah…..
Kini di seantero bumi, terdengar takbir menggema dan menembus sukma, suara tahlil membahana memecah jagat raya dan menyadarkan jiwa. Lantunan tahmid mengangkasa, menghiasi seluruh sudut langit, menyusup, meresap dan mengendap dalam dada setiap hamba. Pasca shalat idul Adh-ha pun, muslimin yang berkemampuan akan segera menyemblih hewan kurbannya. Inilah tanda bahwa masih banyak hamba yang mengagungkan Allah dan memuja-Nya, memuji Allah dan membesarkan-Nya serta mentauhidkan Allah dan menyebarkan syiar-syiar-Nya.
الله اكبر, الله اكبر, لا إله إلا الله والله اكبر. الله اكبر ولله الحمد
Ayyuhal Ikhwan A’azzakumullah…..
Allah ‘Azza wa Jalla berkalam dalam Al-Qur’an:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ, إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ(1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ(2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ(3)
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni`mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (QS. Al-Kautsar [108] : 1-3).
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan dalam ayat ini bahwa Dia telah memberikan al-kautsar kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian mufassir mengartikan bahwa al-kautsar adalah telaga di dalam surga yang dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai penghormatan bagi Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dan ummatnya. Sebagian lagi menafsirkan bahwa yang dimaksud al-kautsar itu adalah ni’aman katsiratan, ni’mat yang banyak atau al-khairu al-katsiru, kebaikan yang banyak. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan nikmat yang banyak kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam di dunia maupun di akhirat seperti kenabian, al-Qur’an, al-hikmah, banyaknya pengikut, dan syafaat serta yang semisalnya. Telaga al-Kautsar dalam Surga, adalah nikmat diantara nikmat-nikmat itu.
Ayat ini pula menjadi salah satu dasar tentang Tauhid Rububiyah bagi Allah Jalla wa ‘Alla. Yaitu, meyakini bahwa Allah adalah Pencipta, Pemberi rizki dan pengatur seluruh makhluk atau seluruh alam.
الله اكبر, الله اكبر, لا إله إلا الله والله اكبر. الله اكبر ولله الحمد
Ayyuhal Ikhwan Rafa’akumullah…..
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Banyak manusia membelanjakan hartanya di jalan maksiat kepada Allah, foya-foya dan hura-hura. Kekayaannya dipakai untuk memuaskan hawa nafsunya tanpa aturan. Mereka tidak pernah memperhatikan anak yatim, tidak pula menganjurkan serta memberi contoh menyisihkan makanan untuk fakir miskin bahkan mereka rakus memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil). Mereka mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.
كَلَّا بَل لَا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ(17) وَلَا تَحَاضُّونَ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ(18) وَتَأْكُلُونَ التُّرَاثَ أَكْلًا لَمًّا(19) وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا(20)
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS. Al-Fajr [89] : 17-20).
Mereka kikir dan merasa cukup. Mereka mendustakan adanya balasan surga dan kebaikan dari Allah. Sehingga mereka dimudahkan untuk terus berma’siat kepada Allah karena perbuatannya itu serta sulit untuk menuju jalan ahlul haq dan jauh dari teladan nabi. Kalaupun berinfak, mereka memilih harta terburuk dan dilakukan dengan riya’ jauh dari keikhlasan. Ikhlas di satu lembah sedangkan mereka beserta hartanya ada di lembah lain, antara mereka dan hartanya tidak akan pernah menyatu kembali, kecuali di dalam api neraka yang menyala-nyala.
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى(8) وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى(9) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى(10)
“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (QS. Al-Lail [92] : 8-10).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Diantara merekapun, banyak yang membelanjakan hartanya untuk menguatkan kemusyrikan, menyokong kekufuran serta membiayai kerusakan baik kerusakan moral maupun kerusakan pemikiran. Bahkan semua potensi yang dimilikinya dipakai untuk mengabdikan diri kepada Thagut, kepada berhala, baik berhala kuno terbuat dari batu maupun neopagan yang menjauhkan diri dari ketaatan kepada-Nya. Sementara perjuangan untuk meninggikan Kalimah Tauhid, membebaskan Masjid Al-Aqsha Al-Mubarak yang dicaplok Zionis Yahudi laknatullah ‘alaihim, serta upaya meringankan manusia yang berada dalam bencara, luput dari perhatian dan kepedulian mereka.
الله اكبر, الله اكبر, لا إله إلا الله والله اكبر. الله اكبر ولله الحمد
Ayyuhal Ikhwan Hadakumullah…..
Sebagai muslim, konsekuensi dari pengakuan bahwa Allah adalah Pencipta, Pemberi rizki dan Pengatur dirinya maka ia hanya diperintah beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja dengan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain. Maka shalat yang dilakukan dan hewan kurban yang dipotong hanya hanya diperuntukkan bagi Allah semata, tidak karena dan untuk yang lainnya.
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ(2)
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.” (QS. Al-Kautsar [108] : 2).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ(1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ(2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ(3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ(4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ(5)
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan” (QS. Al-Fatihah [1] : 1-5).
Hal ini, yaitu kurban dan shalat serta ibadah yang lainnya merupakan aplikasi dari tuntutan Tauhid Uluhiyah atau Tauhid Ibadah, yaitu i’tiqad bahwa tidak ada tuhan yang wajib diibadahi dengan benar kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Dan ayat-ayat itupun sebagai dalil wajibnya setiap muslim hanya beribadah kepada Allah saja.
أَ الله اكبر, الله اكبر, لا إله إلا الله والله اكبر. الله اكبر ولله الحمد
Ayyuhal Ikhwan Rahimakumullah…..
Di sebagian belahan bumi ini, muslimin di bumi Palestina dan ikhwan kita itu, wahai ummat yang disatukan oleh Islam, masih dijajah zionis Yahudi. Masjid Al-Aqsha yang merupakan syi’ar Islam masih juga dikotori dan dihinakan bangsa kera itu. Sementara di belahan bumi lain, sebagian manusia sedang diuji oleh Allah dengan deraan bencana: banjir bandang, letusan gunung berapi serta guncangan dahsyat bumi atas qudrat dan iradat Allah ‘Azza wa Jalla. Peristiwa-peristiwa itu banyak menelan korban manusia dan mengantarkan ke pintu kematian, yang menunjukkan bahwa manusia tidak memiliki daya dan kekuatan untuk menolak setip bencana yang telah ditetapkan. Di sisi lain hal itu merupakan peringatan agar manusia segera kembali kepada pimpinan Allah dan Rasul-Nya serta agar diketahui siapa yang paling baik amalnya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(1) الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ(2)
“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk [67] : 1-2).
Ahsanu ‘Amala menurut Fudhail bin Iyadh adalah siapa yang paling sesuai dengan sunnah, paling sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta paling ikhlas amalnya, paling benar dalam mengarahkan tujuan pengabdiannya itu hanya untuk Allah semata.
الله اكبر, الله اكبر, لا إله إلا الله والله اكبر. الله اكبر ولله الحمد
Ayyuhal Mujtami’inal Kiraam………
Selain permasalahan Al-Aqsha yang belum terselesaikan, kitapun sadar dengan keadaan muslimin yang hidup terkotak-kotak, dipenjara dengan warna bendera, dibelenggu oleh territorial yang memudahkan musuh-musuh Allah dan musuh-musuh muslimin menyantapnya bagaikan hidangan di atas meja.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kabar Gembira bagi yang Mentaati Allah dan Rasul-Nya
Cinta dunia telah menjadikan kita buta, kedudukan dan jabatan telah menjadikan kita lupa daratan hingga melalaikan kita dari meraih rahmat Allah dan kemenangan dari-Nya. Bahkan diantara kita menganggap kematian adalah sesuatu yang menakutkan, seolah kita tidak akan menemuinya. Padahal itu adalah ketetapan pasti dari Ilahi.
Persoalan-persoalan dan krisis yang terjadi pada tubuh muslimin, hanya bisa diselesaikan dengan aqidah yang benar dan persatuan yang kokoh, kalimatut tauhid menuntut pula tauhidul kalimah yang dihiasi ukhuwwah imaniyah serta ta’awun ‘alal birri wat taqwa.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا(2)
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.” (QS. Ath-Thalaaq [65] : 2).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan,
Baca Juga: Khutbah Jumat: Keutamaan Rapatnya Shaf dan Shaf Pertama dalam Shalat Berjamaah
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ,………
وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ.
Dengan berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, nenek moyang kita, para shahabat ridwanullahi ‘alaihim telah bercerai dengan tipu daya dunia. Mereka ada di satu kaki bukit dan tipu daya dunia ada di kaki bukit yang lain.
Mereka, para shahabat as-sabiqunal awwalun telah memaksa dan mendidik dirinya hingga ia menjadi tentara dan pembela risalah Islam serta panji-panjinya. Mereka telah menancapkan bendera Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah, mereka menajamkan penanya dalam mengalahkan hujjah ajaran batil dan mereka telah mengasah saif (pedang) dan silah (senjata) mereka dalam menghancurkan kesombongan dan kebatilan. Mereka telah mengingatkan dan memperingatkan istri-istri mereka hingga mereka menjadi shahabiyah-shahabiyah yang mulia, yang rela suami-suaminya sebagai penebus risalah dan tonggak Khilafah, karena mereka yakin, mereka akan berkumpul dengan suami-suami mereka yang syuhada di dalam surga. Mereka ridlo dan bahagia jika harta, jiwa dan anak-anak mereka sebagi qurban bagi kejayaan Khilafah. Merekapun rela kebahagiaannya dibagi dengan saudari-saudarinya demi kemuliaan agamanya.
Itulah mereka dengan segala keistimewaannya dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menganugrahkan kepada kita unutuk bisa menapaki jejak-jejak mulianya. Amin.
الْحَمْدَ ِللهِ حَمْداً يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَةٌ يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِكَ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ ……
“Ya Allah Yang Maha Pemalu… Yang takkan pernah membiarkan hamba-hamba-Nya mengangkat kedua tangan mereka lalu menurunkannya lagi dalam do’a, tanpa mengabulkan do’anya….
Ya Allah ya Rabbana, di pagi hari ini kami bersikpuh di hadapan-Mu, mengakui segala kelalaian dan kesalahan kami, kami rukuk untuk mengharap ma’af-Mu, kami sujud kepada-Mu untuk memohon ampunan dan ridlo-Mu. Ya Rabb tidak ada yang mampu mengampuni dosa-dosa kami yang banyak, tidak ada yang bisa memaafkan kesalahan-kesalahan kami yang tak terhitung kecuali Engkau wahai Yang Maha Pengampun…
Ya Allah Yang Maha Pengasih di antara yang pengasih, kasihilah kami saat kami terbujur kaku, disaat pakaian yang kami kenakan berwarna putih, saat tempat tidur dan bantal kami terbuat dari tanah, saat istri-istri kami menjadi janda atau suami-suami kami menjadi duda, saat anak-anak kami menjadi yatim, saat orang-orang yang kami cintai matanya berkaca-kaca, saaat saudara-saudara kami meneteskan air mata kesedihan….
Ya Allah bangunkan hati kami, hati para ulama dan zuama kami serta hati kaum muslimin dari tudur panjangnya sehingga kami semakin mendekat kepada-Mu ya Rabb….
Ya Allah jayakanlah Jama’ah Muslimin dan porak musuh-musuh kami juga musuh-musuh-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Gagah Perkasa…
Ya Allah tolonglah saudara-saudara kami, kaum muslimin di Palestina, di Libanon, di Irak, di Afghanistan dan di seluruh tempat di muka bumi ini…
Allahumma, terimalah kurban kami, shalat kami dan ibadah-ibadah kami lainnya sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Berterimakasih.”
أَللَّهُمَّ اَنْج اْلمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فِي بِلَدِ فَلَسْطِيْنَ خَاصَّةً وَفِي سَائِرِ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَمَّةً أَللَّهُمَّ اَنْجِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى اَعْدَاِئهِمْ أَللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْئَتَكَ عَلَى اْلكُفَّارِ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ أَللَّهُمَّ بَدِّدْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ وَشَتِّتْ كَلِمَتَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ أَللَّهُمَّ انْصُرِالْمُجَاهِدِيْنَ فِي غَزَةٌ وَ فِي كُلِّ مَكَانٍ وَاَيِّدْهُمْ بِالنَّصْرِ مِنْ عِنْدِكَ أَللَّهُمَّ اغْفِرْلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَاَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُبِهِمْ وَاجْعَلْ فِى قُلُوْبِهِمُ اْلاِيْمَانَ وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَأَوْزِعْهُمْ اَنْ يُوْفُوْابِعَهْدِكَ الّذِيْ عَاهَدْتَهُمْ عَلَيْهِ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ اِلَهَ الْحَقِّ وَاجْعَلْنَا مِنْهُمْ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَ سَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدَ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. (T/P004/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)