Oleh : Ali Farkhan Tsani
Staf Da’i Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Kompleks Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, serta Redaktur Tausiyah Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
الْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ،.
الحَمْدُ لِلّهِ,الَّذِيْ صَدَقَ وَعْدَهُ ,وَنَصَرَ عَبْدَهُ ,وَأَعَزَّ جُنْدَهُ ,وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لَاإِلهَ إِلاَّالله وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ ,مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ, وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ, وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّالله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االداَّعِيْ إِلىَ الصِّراَطِ المُسْتَقِيْمِ.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَماَّ بَعْدُ. فَيَااَيُّهَا الْعَائِدُوْنَ وَالْفَائِزُوْنَ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطّانِ الرَّجِيْم بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ اَمَنوُااتَّقُواالله حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ وَقَالَ أَيْضًا يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَـٰكُم مِّن ذَكَرٍ۬ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَـٰكُمۡ شُعُوبً۬ا وَقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَڪۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَٮٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ۬ , وَقَالَ وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِي. فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ. فَذَرْهُمْ فِي غَمْرَتِهِمْ حَتَّى حِينٍ
وَقَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
صدق الله صدق الله العلي العظيم وصدق رسوله النبي الكريم و نحن على ذلك من الشهادين و الشكر ين و الحمد لله رب العلمين
Pendahuluan
Ma’asyiral muslimin wal muslimat, rahimakumullah.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah, Sang Pemilik alam semesta, pemelihara langit cakrawala, dan bumi beserta seluruh isinya. Kasih sayang-Nya tak terkira dan tak terhingga, serta tak terkira jumlahnya. Karunia-Nya mengiringi kita semua, derap langkah kaum muslimin seluruh dunia, berkumpul bersama menghadiri shalat Idul Adha, seraya berharap ridha-Nya. Seluruh makhluk-Nya memuji kepada-Nya:
يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَمَا فِى ٱلۡأَرۡضِۖ لَهُ ٱلۡمُلۡكُ وَلَهُ ٱلۡحَمۡدُۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ
Artinya : “Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang di langit dan apa yang di bumi; hanya Allah-lah yang mempunyai semua kerajaan dan semua puji-pujian; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Q.S. At-Taghabun [64: 1).
Sementara jutaan jama’ah haji di tanah suci Makkah Al-Mukarramah, sedang menunaikan rukun Islam kelima, sebagai kewajiban bagi yang memiliki kemampuan menunaikannya.
…..وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلۡبَيۡتِ مَنِ ٱسۡتَطَاعَ إِلَيۡهِ سَبِيلاً۬ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلۡعَـٰلَمِينَ
Artinya : “…..mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu [bagi] orang yang memiliki kemampuan mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari [kewajiban haji], maka sesungguhnya Allah Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari semesta alam”. (Q.S. Ali Imran [3]: 97).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
وَأَذِّن فِى ٱلنَّاسِ بِٱلۡحَجِّ يَأۡتُوكَ رِجَالاً۬ وَعَلَىٰ ڪُلِّ ضَامِرٍ۬ يَأۡتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ۬
Artinya : “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh”. (Q.S. Al-Hajj [22]: 27).
Untuk itu, sekaligus kami mengingatkan kepada kaum muslimin yang sudah memiliki kemampuan pergi ke tanah suci, namun belum melaksanakannya, maka segeralah mendaftarkan diri untuk berangkat. Sebab jika tidak, maka ingatlah ancaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :
إِنَّ الله , عَزَّ وَجَلَّ , يَقُولُ : إِنَّ عَبْدًا أَصْحَحْتُ لَهُ جِسْمَهُ ، وَأَوْسَعْتُ عَلَيْهِ فِي الْمَعِيشَةِ تَمْضِي عَلَيْهِ خَمْسَةُ أَعْوَامٍ لاَ يَفِدُ إِلَيَّ لَمَحْرُومٌ.
Artinya : “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa jalla berfirman, “Sesungguhnya seorang hamba yang telah Aku sehatkan badannya, Aku luaskan rezekinya, tetapi berlalu dari lima tahun dia tidak menghadiri undangan-Ku (menunaikan haji), maka sungguh dia orang yang benar-benar terhalangi (dari kebaikan)”. (H.R. Ibnu Hibban).
Wasiat Takwa kepada Allah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Hadirin hadirat rahimakumullaah.
Selanjutnya, khatib menyampaikan wasiat takwa kepada Allah. Marilah kita pelihara kualitas takwa tanpa putus asa dan keluh kesah. Dalam suka maupun duka kita bertakwa, bahagia maupun sengsara, miskin atau kaya tetap pula bertakwa. Sendiri atau bersama-sama, sejak muda hingga tua, tetap dalam takwa kepada-Nya.
Hal ini karena, derajat kemuliaan kita manusia di sisi Allah, adalah semata-mata karena takwanya. Bukan kekayaan harta yang dikumpulkannya, bukan pula penampilan fisik atau baju baru yang dipakainya, juga tidak karena tingginya pangkat jabatan yang didudukinya. Akan tetapi semata-mata karena takwanya, keistiqamahannya menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.
Sesuai dengan firman-Nya :
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَـٰكُم مِّن ذَكَرٍ۬ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَـٰكُمۡ شُعُوبً۬ا وَقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَڪۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَٮٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ۬
Artinya: ”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. “. (Q.S. Al-Hujurat [49]: 13).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun mengingatkan :
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa kalian dan pada harta benda kalian, akan tetapi Allah memperhatikan hati kalian dan amal-amal kalian”. (H.R. Muslim).
Demikian pula orang-orang yang berqurban pada Hari Raya Idul Adha ini, yang dinilai Allah semata-mata adalah karena takwanya, bukan soal darah atau daging hewan qurban itu. seperti firman-Nya :
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَـٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقۡوَىٰ مِنكُمۡۚ كَذَٲلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمۡ لِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَٮٰكُمۡۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
Artinya : “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai [keridhaan] Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”. (Q.S. Al-Hajj [22]: 37).
Bahkan soal kewajiban haji ini, sampai-sampai Khalifah Umar bin Khattab berkata tegas :
مَنْ أَطَاقَ الْحَجَّ فَلَمْ يَحُجَّ، فَسَوَاءٌ عَلَيْهِ يَهُودِيًّا مَاتَ أَوْ نَصْرَانِيًّا
Artinya : “Barangsiapa yang mampu haji namun dia tidak berangkat haji, sama saja, dia matinya yahudi atau mati nasrani”.
Oleh karena itu, marilah jangan sampai kita bermaksiat, berpaling dan menjauh dari perintah Allah. Sebab jika semakin hari semakin kita menjauh dari petunjuk-Nya, maka yang didapt justru hanyalah hidup. Sebagaimana peringatan Allah :
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكَا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ أَعْمَى
Artinya : “Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (Q.S. Thaha [20] : 114).
الله اكبر, الله اكبر, لااله الاالله اكبر, الله اكبر ولله الحمد
Wukuf di Padang Arafah
Jamaah kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia
Jum’at tanggal 9 Dzulhijjah 1435, seluruh jamaah haji menunaikan wuquf di padang Arafah, sebagai puncak prosesi ibadah haji.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Wukuf di Arafah merupakan rukun haji yang paling utama dan tidak dapat ditinggalkan atau digantikan dengan amalan yang lain. Karenanya, beribadah haji tanpa wukuf di Arafah tidaklah sah hajinya atau batal hajinya. Bahkan orang sakit parah sekalipun, oleh Panitia Haji diberangkatkan menggunakan ambulan ke padang Arafah yang luas, di sebelah timur luar kota Mekkah tersebut.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menegaskan di dalam sabdanya :
اَلْحَجُّ عَرَفَةُ
Artinya : “Haji adalah wukuf di ‘Arafah.” (Hadits Shahih Ibnu Majah, At-Tirmidzi, An-Nasa-i, Ibnu Majah dan Abi Dawud).
Wukuf menurut Bahasa artinya berhenti, berdiam diri, tidak bergerak. Menurut istilah adalah berhentinya jamaah haji di padang Arafah sejak tergelincirnya matahari pada tanggal 9 Dzulhijah hingga sore.
Arafah secara bahasa juga dapat diartikan : mengerti, paham, mengenal. Paling tidak ini terkait dengan awal mula penggunaan kata tersebut.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
Dalam satu riwayat disebutkan, tatakala Malaikat Jibril membimbing Nabi Ibrahim menjalankan ibadah haji. Maka, ditunjukkanlah tempat-tempat mulia di tanahg suci Mekkah al-Mukarramah, satu per satu.
Ketika sampai di suatu tempat yang luas, Malaikat Jibril bertanya,”Arafta?”. (Apakah engkau mengerti, paham, mengenal?). Nabi Ibrahim menjawab, “Ya”. Kemudian nama itu disebut Arafah.
Ada juga riwayat lain yang menyebutkan, nama Arafah terkait dengan sejarah Nabi Adam dan isterinya Hawa yang terpisah berjauhan. Ada yang menyebut, Nabi Adam di kawasan negeri India dan Hawa di daerah Jeddah.
Setelah bertahun-tahun berjalan saling mencari, akhirnya mereka berdua pun dipertemukan kembali di Padang Arafah. Maka, tempat itu disebut Arafah, artinya pengenalan.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus
Hingga kini sebagai tanda, maka dibuatlah tiang di atas bukit Rahmah (Jabal Rahmah). Hingga saat ini dan seterusnya kelak pula, jutaan anak cucu Nabi Adam dari berbagai penjuru dunia berkumpul pada tanggal 9 Dzulhijjah di Arafah untuk berkumpul, berdiam, seraya memanjatkan doa kepada Allah Sang Pencipta dan pemelihara alam semesta.
Di Padang Arafah ini pula Rasulullah menyampaikan Khutbatul Wada’, atau khutbah perpisahan, yakni tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriyah. Karena tahun berikutnya beliau wafat dipanggil Allah. Khutbah yang menggetarkan nilai-nilai kemanusiaan, betapa beliau sangat menghargai harga diri seorang muslim yang tidak boleh tertumpah darah darinya, dan betapa sesama muslim adalah bersaudara.
Khutbah Haji Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
Berikut pesan-pesan beliau :
1.Tentang keharaman darah umat Islam
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ إِلَى أَنْ تَلْقَوْا رَبَّكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِى شَهْرِكُمْ هَذَا فِى بَلَدِكُمْ هَذَا.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kabar Gembira bagi yang Mentaati Allah dan Rasul-Nya
Artinya : “Wahai manusia, sesungguhnya darah kalian dan harta kalian haram atas kalian hingga kalian bertemu Tuhan kalian (hari Kiamat) seperti keharaman hari kalian ini, di bulan kalian ini, di negri kalian ini”.
أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ …. ؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ
“Ingatlah, bukankah aku telah menyampaikan … ? Ya Allah saksikanlah”.
فَمَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ أَمَانَةٌ فَلْيُؤَدِّهَا إِلَى مَنِ ائْتَمَنَهُ عَلَيْهَا
“Maka barangsiapa yang mendapat titipan amanah, maka hendaklah ditunaikan kepada yang memberinya amanah tersebut.”
2.Tentang pelarangan riba dan dendam sengketa
وَإِنَّ رِبَا الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوعٌ، وَإِنَّ أَوَّلَ رِبًا أَبْدَأُ بِهِ رِبَا عَمِّي عَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ.
“Dan riba jahiliyah dibatalkan dan riba jahiliyah yang pertama kali aku batalkan adalah riba pamanku Abbas bin Abdil Mutthalib”.
وَإِنَّ دِمَاءَ الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوعَةٌ، وَإِنَّ أَوَّلَ دَمٍ أَبْدَأُ بِهِ دَمُ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ
“Dan dendam pertumpahan darah jahiliyah juga dibatalkan, dan sesungguhnya dendam pertumpahan darah jahiliyah yang pertama kali aku batalkan adalah darah Amir bin Rabi’ah bin Al-Harits bin Abdil Mutthalib”.
وَإِنَّ مَآثِرَ الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوعَةٌ غَيْرَ السَّدْنَةِ، وَالسِّقَايَةِ، وَالْعَمْدُ قَوَدٌ، وَشَبَّهَ الْعَمْدَ مَا قُتِلَ بِالْعَصَا وَالْحَجَرَ وَفِيهِ مِائَةُ بَعِيرٍ، فَمَنْ زَادَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ.
“Dan sesungguhnya pilih kasih (hak istimewa) zaman jahiliyah dibatalkan selain hak melayani (mentadbir Ka’bah), dan memberi minum (air zamzam) kepada orang Haji, dan pembunuhan yang sengaja harus diqishah dan yang menyerupainya adalah pembunuhan menggunakan kayu atau batu, dan di dalam urusan itu bisa digantikan dengan denda 100 unta, barang siapa (wali yang dibunuh) minta tambah maka dia termasuk orang jahiyah”.
3.Tentang peringatan tipudaya syaitan
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ يَئِسَ أَنْ يُعْبَدَ فِي أَرْضِكُمْ هَذِهِ، وَلَكِنَّهُ قَدْ رَضِيَ أَنْ يُطَاعَ فِيمَا سِوَى ذَلِكَ مِمَّا تُحْرِقُونَ مِنْ أَعْمَالِكُمْ
“Wahai manusia! Hari ini setan telah putus asa untuk dapat disembah di bumi kalian (Mekah) ini. Tetapi, ia akan bangga jika ditaati (diikuti) pada perbuatan selain itu (menyembah setan) dari perkara yang kalian anggap remeh dari amal kalian!”.
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّمَا النَّسِيءُ زِيَادَةٌ فِي الْكُفْرِ يُضَلُّ بِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا يُحِلُّونَهُ عَامًا وَيُحَرِّمُونَهُ عَامًا، لِيُوَاطِئُوا عِدَّةَ مَا حَرَّمَ اللهُ فَيُحِلُّوا مَا حَرَّمَ اللهُ
“Wahai manusia! Sesungguhnya perbuatan menunda-nunda adalah menambah di dalam kekafiran, orang-orang kafir disesatkan oleh perbuatan itu, mereka menghalalkan (pada bulan haram) setahun dan mengharamkannya setahun (dengan tujuan) agar mencocoki hitungan (bulan) yang diharamkan oleh Allah maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah”.
وَإِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ، “إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ” ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ، وَوَاحِدٌ فَرْدٌ: ذُو الْقَعْدَةِ، وذُو الْحِجَّةِ، وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرٌ، اَلَّذِي بَيْنَ جُمَادَىْ وَشَعْبَانَ.
“Dan Sesungguhnya zaman itu beredar sejak Allah menjadikan langit dan bumi “Sesungguhnya hitungan bulan di sisi Allah adalah 12 bulan di dalam Kitab Allah (sejak) Allah menciptakan langit dan bumi diantaranya ada 4 bulan haram, 3 bulan berturut-turut dan yang satu bulan terpisah; Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, serta Rajab Mudhar yang terletak di antara bulan Jumadil (Akhir) dengan Sya’ban”.
أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ …. ؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ
“Ingatlahh bukankah aku telah menyampaikan …. ? Ya Allah saksikanlah”.
4.Tentang hak dan kewajiban suami isteri
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ لِنِسَائِكُمْ عَلَيْكُمْ حَقًّا، وَلَكُمْ عَلَيْهِنَّ حَقٌّ
“Adapun selanjutnya, wahai manusia, sesungguhnya bagi istri kalian mempunyai hak yag (wajib) atas kalian, dan kalian juga punya hak yang (wajib) atas mereka”.
لَكُمْ أَنْ لاَ يُوَاطِئْنَ فُرُشَهُمْ غَيْرَكُمْ، وَلاَ يَدْخُلْنَ أَحَدًا تَكْرَهُونَهُ بُيُوتَكُمْ إِلاَّ بِإِذْنِكُمْ، وَلاَ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ، فَإِنْ فَعَلْنَ فَإِنَّ اللهَ قَدْ أَذَنَ لَكُمْ أَنْ تَعْضُلُوهُنَّ وَتَهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعَ وَتَضْرِبُوهُنَّ ضَرْبًا غَيْرَ مُبَرِّحٍ، فَإِنِ انْتَهَيْنَ وَأَطَعْنَكُمْ فَعَلَيْكُمْ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ،
“Hak kalian adalah; Jangan sampai mereka (isteri) membolehkan orang menginjak alas tidur mereka selain kalian, dan mereka tidak boleh membawa masuk ke rumah kalian orang yang kalian benci melainkan atas izin kalian, dan mereka tidak boleh melakukan tindakan keji (tidak taat dan tidak setia) jika mereka melakukannya maka sesungguhnya Allah telah memberi izin kepada kalian untuk memisahi mereka di tempat tidur, dan memukul mereka dengan pukulan yang tidak mencederakan, jika mereka telah berhenti (bertaubat) dan taat kepada kalian, maka wajib atas kalian memberi rezki (nafkah) dan pakaian kepada mereka dengan sepantasnya.”
وَإِنَّمَا النِّسَاءُ عِنْدَكُمْ عَوَانٌ، لاَ يَمْلِكْنَ لأَنْفُسِهِنَّ شَيْئًا، وَإِنَّكُمْ إِنَّمَا أَخَذْتُمُوهُنَّ بِأَمَانَةِ اللهِ وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ فِي النِّسَاءِ وَاسْتَوْصُوا بِهِنَّ خَيْرًا.
“Dan sesungguhnya perempuan (isteri) di sisi kalian ibarat tawanan, mereka sedikitpun tidak berkuasa atas diri mereka sendiri, dan sesungguhnya kalian mengambil mereka dengan amanah Allah dan kalian menjadikan kemaluan mereka halal (untuk kalian) dengan kalimat Allah, bertaqwalah kalian kepada Allah di dalam urusannya perempuan (isteri), dan nasehatlah dengan baik kepada mereka.”
أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ ….؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ
“Ketahuilah bukankah aku telah menyampaikan ….? Ya Allah saksikanlah.”
5.Tentang sesame orang beriman adalah bersaudara
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ وَلاَ يَحِلُّ لامْرِئٍ مَالٌ لأَخِيهِ إِلاَّ عَنْ طَيِّبِ نَفْسٍ مِنْهُ
“Wahai manusia, Sesungguhnya orang-orang iman adalah bersaudara, dan tidak halal bagi seseorang harta saudaranya kecuali disertai enak (ridhanya) diri”.
أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ ….؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ
“Ketahuilah bukankah aku telah menyampaikan ….? Ya Allah saksikanlah”.
فَلاَ تَرْجِعَنَّ بَعْدِى كَافِرًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ
“Janganlah kalian setelah (wafat)ku kembali kafir, sebagian kalian memukul leher (membunuh) sebagian yag lain”.
6.Tentang perintah agar berpegang teguh pada Al-Quran dan As-Sunnah
فَإِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُ إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ : كِتَابَ اللهِ.
“Dan sungguh telah aku tinggalkan di kalangan kalian yang kalian tidak akan tersesat jika berpegang teguh dengannya yaitu : Kitab Allah (Al-Qur’an).”
Dalam riwayat Malik disebutkan :
تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
“Telah aku tinggalkan di kalangan kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat selagi berpegang teguh pada keduanya yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabinya.”
أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ ….؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ
“Ketahuilah bukankah aku telah menyampaikan ….? Ya Allah saksikanlah.”
7.Tentang kemuliaan manusia adalah karena takwanya
أَيُّهَا النَّاسُ، أَلاَ إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ، وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلاَ لاَ فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ، وَلاَ لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ، وَلاَ لأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ، وَلاَ أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلاَّ بِالتَّقْوَى.
“Wahai manusia, ingatlah sesungguhnya Tuhan kalian itu satu, bapak kalian itu satu, ingatlah tidak ada keutamaan orang Arab melebihi orang A’jam (non-Arab), dan tidak ada keutamaan orang A’jam melebihi orang Arab, dan tidak ada keutamaan orang kulit merah mengalahkan orang kulit hitam, tidak ada keutamaan orang kulit hitam mengalahkan orang kulit merah, melainkan dengan sebab takwa”.
أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ ….؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ. قَالُوا : نَعَمْ، قَالَ : فَلْيُبَلِّغْ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ
“Sudahkah aku menyampaikan… ? ya Allah saksikanlah, mereka menjawab; ya, beliau bersabda hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir.”
8.Tentang masalah waris dan wasiat
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ اللهَ قَدْ قَسَمَ لِكُلِّ وَارِثٍ نَصِيبَهُ مِنَ الْمِيرَاثِ، وَلاَ يَجُوزُ لِوَارِثٍ وَصِيَّةٌ، وَلاَ يَجُوزُ وَصِيَّةٌ فِي أَكْثَرَ مِنْ ثُلُثٍ، وَالْوَلَدُ لِلْفِرَاشِ وَلِلْعَاهِرِ الْحَجَرُ.
“Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah membagi bagi setiap ahli waris bagiannya masing-masing dari harta waris, dan tidaka ada wasiat bagi ahli waris, dan wasiat tidak boleh lebih dari 1/3, anak adalah untuk “alas” (ibu) sedangkan bagi pezina adalah batu (hukum ranjam).”
مَنِ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ أَوْ تَوَلَّى غَيْرَ مَوَالِيهِ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ، لاَ يُقْبَلُ مِنْهُ صَرْفٌ وَلاَ عَدْلٌ
“Barang siapa yang mengaku pada selain bapaknya atau mengaku hamba selain hambanya maka berat atasnya laknat Allah dan Malaikat serta manusia semuanya, tidak diterima darinya ibadah sunnah dan ibadah wajib”.
Setelah itu di tempat yang sama dan jarak waktu yang tidak lama baginda mendapat wahyu berupa ayat terakhir :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
Artinya : “Hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian dan aku sempurnakan atas kalian nikmat-nikmat-Ku, dan Aku ridha Islam sebagai agama kalian”. (Q.S. Al-Maidah [5]: 3).
Kira-kira tiga bulan setelah khutbah yang sangat monumental tersebut, beliau memenuhi panggilan Allah, kekasih sekaligus Tuhan yang telah mengutusnya sebagai rahmat bagi seluruh alam, shalawat dan salam semoga tetap atasnya.
اللهم صلى على محمد اللهم صلى على محمد اللهم صلى على محمد
الله اكبر, الله اكبر, لااله الاالله اكبر, الله اكبر ولله الحمد
Begitulah padang Arafah, dengan khutbah Rasul-Nya, serta pelajaran bahwa kelak di akhirat, manusia pun akan dikumpulkan di padang akhirat, satu per satu menghadap Allah, untuk mempertanggungjawabkan apa-apa yang telah dikatakannya dan apa-apa yang telah dikerjakannya sepanjang hidupnya di dunia.
يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى أَرْضٍ بَيْضَاءَ عَفْرَاءَ كَقُرْصَةِ النَّقِىِّ لَيْسَ فِيهَا عَلَمٌ لأَحَدٍ
Artinya : “Umat manusia akan digiring pada hari kiamat ke (padang mahsyar). Sebuah medan yang sangat luas. Tanahnya berwarna putih seperti kapas yang bersih. Tidak ada tanda (identitas) bagi seseorangpun”. (H.R. Bukhari dan Muslim).
Allah pun tidak akan menerim amal kita semua, kecuali dengan hati yang bersih. Sebagaimana firman-Nya:
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ – إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Artinya : “(Yaitu) pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih” (Q.S. Asy Syu’ara : 88).
الله اكبر ولله الحمد
Ma’asyiral muslimin wal muslimat
Khutbah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kini berkumandang kembali, mengingatkan kaum Muslimin bahwa kaum muslimin seluruh dunia yang menunaikan ibadah haji, berkumpul dalam gerak yang satu, thawaf mengitari Ka’bah yang satu, berpakaian ihram dengan warna yang satu putih, dan bertalbiyah dalam bahasa yang satu.
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ
Artinya : “Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan bagi-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu.”
Hal tersebut menunjukkan bahwa umat Islam memang adalah umat yang satu, bertuhankan Allah yang satu, Nabi yang satu Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, serta berkiblat yang satu, Ka’bah Baitullah.
Maka, Allah pun menandaskan di dalam firman-Nya :
وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِي. فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ. فَذَرْهُمْ فِي غَمْرَتِهِمْ حَتَّى حِينٍ
Artinya : “Dan sesungguhnya (agama) tauhid ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka menjadi terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu.” (Q.S. Al-Mu’minun [23]: 52-54).
Persatuan dan kesatuan umat Islam adalah kekuatan, sementara bertikai dan berpecah belah justru melemahkan perjuangan.
Seperti pada ayat lain Allah mengingatkan :
وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Artinya : “Dan ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Anfal [8]: 46).
Adapun permusuhan dan kebencian sesame kaum Muslimin, merupakan bisikan dan ajakan syaitan. Seperti Allah peringatkan di dalam kalam suci-Nya :
إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاء…
Artinya : “Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kalian …” (Q.S. Al-Maidah [5]: 46).
Bisikand an ajakan syaitan itu, kemudian dibisikan dan ditularkan kepada kawanan mereka, yang terdiri dari syaitan-syaitan manusia, dari kalangan kafirin (orang-orang kafir), munafiqin (orang-orang munafik), dan mulhidin (orang-orang yang menyimpang dan sesat). Na’udzubillahi min dzalik.
Cirinya mudah saja, Allah menyebut di dalam firman-Nya :
إِن تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِن تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُواْ بِهَا..
Artinya : “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya…..” (Q.S. Ali Imran [3]: 120).
الله اكبر ولله الحمد
Beberapa ayat dan hadits mengingatkan kita semua tentang pentingnya persatuan, kesatuan dan persaudaraan kaum Muslimin yang kokoh tak tergoyahkan oleh waktu, situasi, keadaan dan jaman. Di antaranya :
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٌ۬ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (Q.S. Al-Hujurat [49]: 10).
وَمَاأَرْسَلْنَاكَ إِلّاَرَحْمَةً لَلْعَالَمِيْنَ
Artinya : “Dan tidaklah Aku utus engkau (wahai Muhammad) kecuali menjadi rahmat bagi segenap alam”. (Q.S. Al-Anbiya [21]: 107).
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
Artinya : “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu berfirqah-firqah (bergolong-golongan), dan ingatlah akan ni’mat Allah atas kamu tatkala kamu dahulu bermusuh-musuhan maka Allah jinakkan antara hati-hati kamu, maka dengan ni’mat itu kamu menjadi bersaudara, padahal kamu dahulu nya telah berada di tepi jurang api Neraka, tetapi Dia (Allah) menyelamatkan kamu dari padanya; begitulah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu, supaya kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 103 ).
ثَلاَثَةٌلاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ رَجُلٌ عَلَى فَضْلِ مَاءٍ بِالطَّرِيقِ يَمْنَعُ مِنْهُ ابْنَ السَّبِيلِ وَرَجُلٌ بَايَعَ إِمَامًالاَ يُبَايِعُهُ إلاَّ لِدُنْيَاهُ إِنْ أَعْطَاهُ مَا يُرِيدُ وَفَى لَهُ وَإِلاَّ لَمْ يَفِ لَهُ وَرَجُلٌ يُبَايِعُ رَجُلاً بِسِلْعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ فَحَلَفَ بِاللَّهِ لَقَدْ أُعْطِيَ بِهَا كَذَا وَكَذَا فَصَدَّقَهُ فَأَخَذَهَا وَلَمْ يُعْطَ بِهَا
Artinya : “Tiga macam orang yang Allah tidak akan berkata kata kepada mereka pada hari kiyamat dan tidak akan membersihkan (memaafkan), dan bahkan bagi mereka siksa yang pedih. Mereka itu adalah: 1) Orang yang mempunyai kelebihan air di tengah jalan tetapi menolak permintaan orang yang dalam keadaan bepergian, 2) Orang yang berbai’at pada seorang Imaam, tetapi tidaklah ia berbai’at kecuali karena kepentingan dunia, jika diberi ia menepati bai’atnya, namun jika tidak diberi (ditolak tuntutannya) ia tidak menepatinya, 3) Orang yang menjual barang pada orang lain setelah ‘Ashar dan bersumpah dengan nama Allah, sungguh akan diberikan dengan ketentuan begini dan begini, lalu ia membenarkannya dan hendak mengambilnya, tetapi ia tidak memberikannya.” (HR Al-Bukhari dari Abu Hurairah).
Ayyuhal ikhwatul muslimun wal muslimat.
Karena kita semuanya sesama mukmin adalah umat yang satu, Allah kita yang satu, agama yang satu yakni Islam, kiblat yang satu yaitu Masjid Al-Aqsha yang kemudian dipindahkan ke Masjidil Haram, serta panutan uswah dan qudwah kita yang satu pula Rasulullah shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Lalu, bagaimanakah caranya bersatu dalam situasi dan kondisi abad kini, yang penuh dengan fitnah, keburukan, dan ketidakadilan di mana-mana? Jawabnya, seperti juga pernah ditanyakan oleh salah seorang sahabat mulia, Hudzaifah bin Yaman, yakni dengan mengamalkan dan menetapi Jama’ah Muslimin wa Imaamahum.
…فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ …..
Artinya: “…..Apakah yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan yang demikian?” Rasulullah bersabda: “Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka!”….. (Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim).
Ibnu Katsir di dalam Tafsir Al-Quranul ‘Adzim menjelaskan, “Bahwa Allah telah memerintahkan kepada umat Islam untuk berjama’ah dan melarang mereka dari perpecahan. Demikian pula termaktub di dalam hadits-hadits yang memerintahkan umat Islam untuk berjama’ah”.
الله اكبر, الله اكبر, لااله الاالله اكبر, الله اكبر ولله الحمد
Jihad bagi kembalinya Masjid Al-Asha
Jama’ah shalat ‘Idul Adha Rahimakumullah.
Setelah bersatu dan bersaudara, maka momentum Idul Adha juga diharapkan sanggup melipatgandakan ruhul jihad fi sabilillah dalam menegakkan kehormatan Islam dan muslimin. Sebab, tanpa adanya jihad fi sabilillah, maka begitulah nasib muslimin dihinakan, dilecehkan, dan dipinggirkan di mana-mana. Dunia penuh dengan ketidakadilan, penindasan, pelecehan, umat Islam bagai makanan di meja hidangan, dikeroyok dari berbagai penjuru. Terutama tampak sekali dari pemberitaan di media massa baik cetak, elektronik maupun dunia maya.
Di sinilah wajib bagi kita berjihad fi sabilillah, sebagai puncak ibadah.
أَلاَ أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الأَمْرِ كُلِّهِ وَعَمُودِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ ؟ قُلْتُ : بَلَى يَا رَسُولَ الله . قَالَ : رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ ، وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الجِهَادُ.
Artinya : “Sukakah aku kabarkan kepada engkau kepala segala urusan, tiangnya dan puncak ketinggiannya?” Saya (Muadz) berkata: “Pastilah, Duhai Rasulullah!” Jawab Rasulullah, “Kepala urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak ketinggiannya adalah Jihad.”(HR At-Tirmidzi).
Hadits ini menerangkan puncak ketinggian dalam Islam adalah jihad. Jihad juga adalah satu amalan yang menjanjikan kemuliaan kepada hamba-Nya yang mengamalkannya. Dengan Jihad Islam dan umatnya akan menjadi tinggi, terhormat, lagi mulia di hadapan seluruh umat yang lain di bumi ini. Sedangkan tanpa Jihad, Islam dan umatnya akan menjadi hina tanpa wibawa, terombang-ambing bagai buih di hempasan gelombang, bagai makanan di atas meja menjadi keroyokan.
لاَ يَدَعُ قَوْمٌ الْجِهَادَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ ضَرَبَهُمُ الله بِالْفَقْرِ
Artinya : “Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad fie sabilillah, melainkan Allah timpakan kefakiran terhadap mereka.” (HR Ibnu ‘Asakir).
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ ، وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ ، وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ ، سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ .
Artinya : “Bila kalian berjual‑beli dengan ‘inah (yakni riba dan penipuan), mengikuti ekor‑ekor sapi, menyukai bercocok tanam, dan kalian meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menimpakan kehinaan ke atas kalian yang tidak akan dicabut sehingga kalian kembali kepada agamamu.” (HR Ahmad dan Abu Dawud).
Hal ini seiring dan sejiwa dengan maklumat Jama’ah Muslimin (Hizbullah), wadah kesatuan umat Islam secara keseluruhan, sebagai perwujudan Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah, yang benar-benar secara realita berada di tengah-tengah medan jihad fil ardh, bersama kaum muslimin lainnya.
Hal ini seperti yang dimaklumatkan pada awal ditetapinya Jama’ah Muslimin (Hizbullah) pada Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah 1372 H. / 20 Agustus 1953 yang antara lain berbunyi, “Bahwa Jama’ah Muslimin (Hizbullah) tegak berdiri di dalam lingkungan kaum muslimin, di tengah-tengah antar golongan, menyeru kepada kebajikan, menyuruh bebuat baik dan mencegah perbuatan munkar. Menolak tiap-tiap fitnah penjajahan, kedzaliman suatu bangsa di atas bangsa lain dan mengusahakan ta’aruf antar bangsa”.
Jama’ah Muslimin (Hizbullah) itu sendiri terlahir dari kandungan kaum muslimin, bersama kaum muslimin, menuju mardhatillah. Jama’ah Muslimin (Hizbullah) juru bicara kaum muslimin dalam menyampaikan amar maruf nahi mungkar ke seluruh permukaan bumi. Jama’ah Muslimin (Hizbullah) juga merupakan tali pengikat dan penghubung di antara kaum muslimin seluruh dunia. Jama’ah Muslimin (Hizbullah)juga merupakan pemanggil seluruh manusia menuju masyarakat yang adil, makmur dan damai, yang rahmatan lil ‘alamin.
Dengan persatuan dan kesatuan (Jama’ah Muslimin), bersaudara saling beramal shalih, inilah tanda-tanda kejayaan kaum Muslimin. Sesuai dengan janji-Nya :
وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُوْنَنِيْ لاَ يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْئًا وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُوْنَ
Artinya : “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar [keadaan] mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang [tetap] kafir sesudah [janji] itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Q.S. An-Nuur [24] : 55).
الله اكبر, الله اكبر, لااله الاالله اكبر, الله اكبر ولله الحمد
Kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah.
Inilah insya Allah sebagian dari tanda-tanda kemenangan umat Islam dalam menghadapi hegemoni kuffar terutama Zionis Israel, terutama dalam bida media informasi dan komunikasi.
Allah menjanjikan di dalam firman-Nya :
إِنَّا فَتَحۡنَا لَكَ فَتۡحً۬ا مُّبِينً۬ا .لِّيَغۡفِرَ لَكَ ٱللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنۢبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعۡمَتَهُ ۥ عَلَيۡكَ وَيَہۡدِيَكَ صِرَٲطً۬ا مُّسۡتَقِيمً۬ا .وَيَنصُرَكَ ٱللَّهُ نَصۡرًا عَزِيزًا .
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan ni’mat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat [banyak].” (QS Al-Fath : 1-3).
Termasuk yang paling pokok adalah jihad bagi kembalinya Masjid Al-Aqsha ke pangkuan kaum Muslimin, dari cengkeraman Zionis Israel. Saat itu pun sudah dekat, sesuai dengan janji nubuwwah :
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُوْنَ الْيَهُوْدَ فَيَقْتُلُهُمُ الْمُسْلِمُوْنَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِىُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوِ الشَّجَرُ : “يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللهِ هَذَا يَهُودِىٌّ خَلْفِيْ فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ”، إِلاَّ الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ”.
Artinya : “Tidak akan terjadi Hari Kiamat sehingga kaum Muslimin memerangi kaum Yahudi lalu kaum Muslimin membunuh mereka. Sehingga orang yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon. Maka batu atau pun pohon itu berkata : “Wahai Muslim, Wahai Hamba Allah.. ini ada seorang Yahudi bersembunyi di belakangku, kemarilah bunuhlah dia!. Kecuali pohon gharqad, karena pohon tersebut diantara pohon-pohon (yang ditanam) orang-orang Yahudi”. (H.R. Muslim dari Abu Hurairah).
Kemenangan Kaum Muslimin, Allah janjikan di dalam ayat :
إِنۡ أَحۡسَنتُمۡ أَحۡسَنتُمۡ لِأَنفُسِكُمۡۖ وَإِنۡ أَسَأۡتُمۡ فَلَهَاۚ فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ ٱلۡأَخِرَةِ لِيَسُـۥۤـُٔواْ وُجُوهَڪُمۡ وَلِيَدۡخُلُواْ ٱلۡمَسۡجِدَ ڪَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ۬ وَلِيُتَبِّرُواْ مَا عَلَوۡاْ تَتۡبِيرًا
Artinya : “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam Masjid (Al-Aqsha), sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.” (Q.S. Al-Isra [17]: 7).
Kaum Muslimin yang mengajak berjihad demi kemuliaan kalimah Allah, bukan mengajak pada golongan, sekte, negara, dan kelompok tertentu.
عَنْ أَبِيْ مُوْسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ الرَّجُلُ يُقَاتِلُ حَمِيَّةً وَيُقَاتِلُ شَجَاعَةً، وَيُقَاتِلُ رِيَاءً فَأَيُّ ذَلِكَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ؟، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَاتَلَ لِتَكُوْنَ كَلِمَةَ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ
Artinya : Dari Abu Musa Radhiyallahu ‘Anhu berkata, bahwasanya seorang pemuda datang menghadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, (bagaimanakah jika) seseorang berperang karena kekesatriaannya, dan seseorang berperang berperang karena keberaniannya, dan seseorang berperang karena ingin mendapatkan pujian (riya’)?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “Barang siapa yang berperang karena ingin menegakkan kalimatullah, maka dia fi sabilillah”. (HR. Bukhari).
الله اكبر, الله اكبر, لااله الاالله اكبر, الله اكبر ولله الحمد
Demikianlah Jama’ah ’Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Akhir dari khutbah ini, secara khusus kepada kaum muslimat, Khatib pesankan kepada kalian pandai-pandailah bersyukur kepada Allah, berbakti kepada orang tua, meningkatkan infaq dan amal sholih, serta tidak ketinggalan menopang perjuangan jihad fi sabilillah.
Tidak lupa, perbanyaklah berterima kasih kepada suami yang dengan takdir Allah sebagai pimpinan di rumah tangga kalian, apapun dan bagaimanapun keadaannya, itulah pimpinan kalian wahai kaum muslimat. Karena itu jika suami kalian, ayah dari anak-anak kalian, sedang menunaikan amanah, kuatkanlah dan doakanlah. Juga jika suami kalian, ayah dari anak-anak kalian, sedang dilanda kerugian, masalah, dan musibah, maka shabarkanlah, semangatilah, dan gembirakanlah. Atau jika suami kalian, ayah dari anak-anak kalian, sedang terpuruk dosa dan maksiat, sadarkanlah, ingatkanlah dengan tetap berbakti kepadanya, doakanlah, ajaklah untuk bertaubat dan taqarrub kepada Allah.
Semoga kaum muslimat semuanya menjadi wanita shalihat yang diridhai Allah Subhananhu Wa Ta’ala. Amin Yaa Robal ‘alamin.
Terakhir, marilah kita tundukkan jiwa, rendahkan hati, untuk munajat doa kepada Allah Yang Maha Kuasa. Pada hari mulia ini, mulai detik ini, marilah kita bertaubat dengan taubatan nasuha, kembali ke jalan yang diridhai-Nya, kembali memperbaiki amal ibadah kita yang selama ini kurang sempurna, kita bergandeng tangan menjalin ukhuwah sesama ikhwan, kembali ke barisan jihad secara berjama’ah.
Ingatlah saudara-saudaraku seiman seperjuangan, bahwa kelak kita akan menghadap Allah satu per satu tanpa ada yang menemani kecuali amal sholih kita sendiri selama kita hidup di dunia yang fana ini. Lalu kita akan mempertanggungjawabkan segala apa yang telah kita katakan dan apa-apa yang sudah kita kerjakan, kita amalkan. (T/P4).
الحَمْدُ لله رَبِّ العَلَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْن َوَعَلَى الِهِ وَأَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ .أَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ اْلأَحْزَابِ اَللَّهُمَّ هْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ. أَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ سَرِيْعَ اْلحِسَابِ اِهْزِمِ اْلأَحْزَابِ أَللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ. أَللَّهُمَّ احْيِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ بِجَمَاعَةِ اْلمُسْلِمِيْنَ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَسُوْءٍ وَفَاحِشٍ وَمُنْكَرٍ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ .رَبَّنَا ءَامَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. اللَّهُمَّ انْجِ الْمُسْلِمِيْنَ اللَّهُمَّ انْجِ الْمُؤْمِنِيْنَ فىِ بِلاَدِ الْعِرَاقِ وَأَفْغَانِسْتَانِ وَسُورِيَة وَرَاهِنْياَ وَفَلَسْطِيْنَ خَاصَّةً, وَفىِ بُلْدَانِ اْلمُؤْمِنِيْنَ عَامَّةً. اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى كُفَّارِ أَمِيْرِكَ وَيَهُوْدِ إِسْرَائِيْلَ وَشُرَكَائِهِمْ. اللَّهُمَّ وَشَطَّطْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ اللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ. رَبَّنَا اَتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ْالأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ أَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأَبْرَارِ يَا عَزِيْزٌ يَا غَفَّارٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّاوَمِنْكُمْ, تَقَبَّلْ يَاكَرِيْم.
(P04/R03)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)