Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

KHUTBAH IDUL ADHA 1436 H: EMPAT PRINSIP HIDUP

Rana Setiawan - Rabu, 23 September 2015 - 14:45 WIB

Rabu, 23 September 2015 - 14:45 WIB

743 Views

(Foto: DMI)
(Foto: DMI)

Drs. H. Ahmad Yani, Sekretaris Departemen Dakwah dan Pengkajian Pimpinan Pusat (PP) Dewan MAsjid Indonesia (DMI).(Foto: DMI)

Oleh: Drs. H. Ahmad Yani, Sekretaris Departemen Dakwah dan Pengkajian Pimpinan Pusat (PP) Dewan MAsjid Indonesia (DMI)

أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر وَللهِ  الْحَمْدُ

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Segala puji untuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberi kesempatan kepada kita sekali lagi untuk menikmati ibadah Shalat Idul Adha setelah kita berpuasa Arafah hari kemarin. Kenikmatan ibadah amat dirasakan oleh sekitar tiga hingga empat juta umat Islam dari seluruh dunia yang tengah menyelesaikan tahap akhir ibadah haji di tanah suci.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi  

Kita doakan semoga jamaah haji kita meraih mabrur, sehat dan bisa kembali ke Tanah air masing-masing dengan warna keislaman yang menyeluruh dan memiliki semangat perjuangan menegakkan ajaran Islam setelah berada di tempat bersejarah dari tumbuh dan berkembangnya Islam.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam beserta keluarga, sahabat dan para penerusnya hingga hari akhir nanti.

Takbir, tahlil dan tahmid kembali menggema di seluruh muka bumi ini sekaligus menyertai saudara-saudara kita yang datang menunaikan panggilan agung ke tanah suci guna menunaikan ibadah haji, rukun Islam yang kelima.

Bersamaan dengan ibadah mereka di sana,  di sini kita pun melaksanakan ibadah yang terkait dengan ibadah mereka, di sini kita melaksanakan ibadah yang terkait dengan ibadah haji yaitu puasa hari Arafah yang bersamaan dengan wuquf di Arafah, pemotongan hewan qurban setelah Shalat Idul Adha ini dan menggemakan takbir, tahlil dan tahmid selama hari tasyrik. Apa yang dilakukan itu maksudnya sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis

أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر وَللهِ  الْحَمْدُ

Kaum Muslimin Yang Berbahagia.

Dalam kehidupan ini, ada banyak sekali prinsip-prinsip hidup yang harus kita jalani dan kita pegang teguh. Belajar dari kehidupan Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam dan keluarganya, pada kesempatan ini paling tidak, ada empat prinsip hidup yang harus kita wujudkan dalam kehidupan kita, baik secara pribadi, keluarga maupun masyarakat dan bangsa.

Pertama, berdoa. Salah satu yang amat penting untuk kita lakukan dalam hidup ini adalah berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Do’a bukan hanya menunjukkan kita merendahkan diri kepada Allah, tapi memang kita merasa betul-betul memerlukan bantuan dan pertolongan-Nya, karena Allah adalah segala-galanya, sedangkan kita amat memerlukan dan tergantung kepada-Nya. Di antara doa Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam adalah agar negeri yang ditempati diri dan keluarganya dalam keadaan aman . Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman menceritakan doa Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (QS Ibrahim [14]:35).

Selain itu, Nabi Ibrahim juga berdoa agar selain aman, negeri ini juga diberikan rizki yang cukup, doa yang dimaksud dikemukakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, sebagai negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kiamat.” (QS Al-Baqarah [2]:126)

Berdoa kepada Allah SubTahanahu Wa ‘ala adalah untuk kepentingan bersama, termasuk mereka yang tidak beriman sekali pun , karenanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala menegaskan kepada Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam:

قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلاً ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

Allah berfirman: “Dan kepada orang kafirpun, aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka. Dan itulah seburuk buruk tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah [2]:126)

Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi  

Dalam konteks kehidupan negara kita yang mengalami krisis, maka sudah seharusnya kita berdoa untuk kebaikan negeri kita agar menjadi negeri yang aman sentosa dan para pemimpin kita diberi petunjuk dan mau menerima petunjuk jalan hidup yang benar agar bisa melaksanakan tugas kepemimpinan dengan benar.

Doa yang amat penting dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim adalah agar diri dan keturunannya terhindar dari kemusyrikan, yakni menuhankan dan mengagungkan selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Menurut Sayyid Quthb dalam tafsirnya: “Doa ini menampakkan adanya kenikmatan lain dari nikmat-nikmat Allah. Yakni nikmat dikeluarkannya hati dari berbagai kegelapan dan kejahiliyahan syirik kepada cahaya beriman, bertauhid kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.”

Karena itu, iman atau tauhid merupakan nikmat terbesar yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan kepada kita semua sehingga iman merupakan sesuatu yang amat prinsip dalam Islam, dengan iman yang kokoh kita memiliki kemerdekaan jiwa dalam arti tidak terbelenggu oleh apa pun dan siapa pun juga kecuali kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Iman juga membuat kita memiliki kekuatan jiwa sehingga ketiga hidup senang kita tidak lupa diri dan ketika susah kita tidak putus asa, sesulit apa pun keadaannya. Dan dengan iman membuat kita memiliki ketenangan jiwa karena kita yakin bahwa pasti ada jalan keluar dari problematika hidup.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina

أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر وَللهِ  الْحَمْدُ

Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.

Prinsip hidup Kedua adalah memiliki semangat berusaha sehingga mau berusaha semaksimal mungkin. Hal ini karena sesulit apapun keadaan, peluang mendapatkan sesuatu tetap terbuka lebar. Siti Hajar telah membuktikan kepada kita betapa ia berusaha mencari rizki meski berada di daerah yang saat itu belum ada kehidupan, inilah yang dalam ibadah haji dan umrah dilambangkan dengan sai yang artinya usaha.

Karena itu, ketika kita sudah berdoa, jangan sampai kita mengkhianati doa kita sendiri. Berdoa minta ilmu tapi tidak mau belajar, berdoa minta anak shaleh tapi tidak mencontohkan keshalehan dan tidak mendidik mereka, berdoa minta sehat tapi mengkonsumsi sesuatu yang mendatangkan penyakit, berdoa minta rizki tapi tidak mau berusaha meraih yang halal, begitulah seterusnya. Ini yang kita maksud dengan mengkhianati doa sendiri.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an

Kadang ada orang salah paham, dia tidak mau berusaha karena katanya “rizki kan di tangan Tuhan.” Kalimat itu tidak salah, yang banyak orang salah adalah memahaminya; seolah-olah rizki itu akan kita dapat secara otomatis, mereka berkata: “sekalipun usaha, kalau bukan rizki kita tetap saja tidak dapat.” Padahal Allah Subhanahu Wa Ta’ala memang sudah menyediakan rizki buat kita, bahkan tidak ada makhluk di muka bumi ini, kecuali sudah ada rizkinya.

Karena sudah ada dan disediakan, maka kita tinggal mengambilnya, bukan berpangku tangan. Kambing itu bisa menjadi rizki kita, tapi kitapun harus berusaha dengan menyembelihnya secara benar, membersihkannya, memasaknya untuk selanjutnya memakannya, baru jadi rizki kita. Apa yang sudah di depan mata, kita masih harus berusaha agar menjadi rizki kita, apalagi rizki yang Allah sediakan di laut, di gunung hingga di pulau lain dan di belahan bumi yang lain.

Siti Hajar telah mencontohkan kepada kita bahwa meskipun ia berbaik sangka kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemberi Rizki, tapi ia tetap berusaha untuk mencari rizki,  namun ketika mencari rizki, perhatian dan tanggungjawab utama kepada pendidikan anak tetap dilaksanakan hingga Ismail menjadi anak yang shaleh dan selalu menunjukkan ketaatan yang luar biasa kepada Allah swt dan orang tuanya. Bangunan berupa pilar setengah lingkaran di dekat Ka’bah merupakan monumen bersejarah yang disebut dengan hijr Ismail (pangkuan Ismail), disitulah dulu Ismail diasuh oleh ibunya.

Karena itu, berjalan dalam rangka berusaha mencari rizki secara halal untuk bisa menafkahi diri dan keluarga termasuk berada di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ الْمُحْتَرِفَ، وَمَنْ كَدَّ عَلَى عِيَالِهِ كَانَ كَاالْمُجَاهِدِ فِى سَبِيْلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan trampil. Barangsiapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah azza wa jalla (HR. Ahmad).

أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر وَللهِ  الْحَمْدُ

Jamaah Shalat Id Yang Dirahmati Allah.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus

Prinsip hidup Ketiga yang harus kita wujudkan sebagaimana telah dimiliki oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan keluarganya adalah memiliki hati yang bersih dan tajam. Seperti halnya badan dan benda-benda, hati bisa mengalami kekotoran, namun kotornya hati bukanlah dengan debu, hati menjadi kotor bila padanya ada sifat-sifat yang menunjukkan kesukaannya kepada hal-hal yang bernilai dosa, padahal dosa seharusnya dibenci. Oleh karena itu, bila dosa kita sukai apalagi sampai kita lakukan, maka jalan terbaik adalah bertaubat sehingga ia menjadi bersih kembali, Rasulullah saw bersabda:

التاَّ ئِبُ مِنَ الذَنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ

Orang yang bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak menyandang dosa (HR. Thabrani).

Hati yang bersih akan membuat seseorang menjadi sangat sensitif terhadap dosa, karena dosa adalah kekotoran yang sangat merusak jiwa. Karena itu, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam sampai berdoa agar jangan sampai hatinya kotor, karena hal itu hanya akan membuatnya menjadi terhina, apalagi pada hari kiamat:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Kabar Gembira bagi yang Mentaati Allah dan Rasul-Nya

وَلا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ. يَوْمَ لا يَنْفَعُ مَالٌ وَلا بَنُونَ. إِلا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

Dan janganlah engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (QS Asy Syu’araa [26]:87-89).

Setelah hati bersih, maka hatipun menjadi tajam sehingga orang yang hatinya tajam amat mudah membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang diperintah dan mana yang dilarang. Karena itu, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan anaknya Nabi Ismail cepat paham dan nyambung terhadap perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menyembelih Ismail meskipun hanya dengan isyarat mimpi.

Dalam kehidupan sekarang, banyak orang yang hatinya tumpul karena sudah berkarat dengan dosa, sehingga jangankan bahasa isyarat, bahasa yang terang, jelas dan tegas saja bahwa hal itu diperintah atau dilarang tetap saja tidak paham atau tidak mau dipahami.

أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر وَللهِ  الْحَمْدُ

Jamaah Shalat Id Yang Berbahagia.

Keempat yang merupakan prinsip hidup yang kita ambil dari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan keluarganya adalah Tidak Menyombongkan diri atas kebaikan yang dilakukannya. Dalam kehidupan manusia, banyak orang baik merasa paling baik, bahkan merasa sebagai satu-satunya orang atau kelompok yang baik. Begitu pula ada orang yang berusaha menjadi orang yang benar tapi merasa sebagai orang yang paling benar atau satu-satunya yang benar. Ini merupakan kesombongan atas kebaikan dan kebenaran yang dipegangnya.

Sikap seperti ini merupakan sesuatu yang tidak baik sekaligus menunjukkan bahwa dia orang yang tidak memahami sejarah. Karena itu, Nabi Ismail ‘alaihissalammenegaskan kepada ayahnya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ketika diceritakan mimpi ayahnya dengan mengatakan:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS Ash Shaffat [37]:102).

Apa yang dikemukakan Nabi Ismail as menunjukkan ia seorang remaja dengan kepribadian yang matang. Ia langsung menangkap perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari cerita mimpi ayahnya, bahkan ia siap melaksanakannya dengan segala konsekuensinya. Yang amat mengagumkan adalah ia mengatakan insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.

Itu artinya ia memang siap menunjukkan kesabaran, tapi ia tidak mengklaim sebagai anak yang paling sabar apalagi mengklaim sebagai satu-satunya orang yang sabar, karena ia tahu bahwa dahulu banyak orang yang sabar, bahkan mereka jauh lebih sabar dari dirinya. Ini berarti, Ismail bukan hanya punya pemahaman sejarah bahwa dulu banyak orang yang sabar, tapi juga begitu tawadhu atau rendah hati dengan mengatakan termasuk orang yang sabar.

Karena itu, ibadah haji yang sedang dilaksanakan oleh kaum muslimin dari seluruh dunia mengisyaratkan bahwa kita tidak pantas berlaku sombong, termasuk sombong atas kebaikan yang kita lakukan, ini diisyaratkan dengan pakaian ihram yang dikenakan, kain yang sama ketika dikenakan saat membungkus tubuh kita menjelang dikuburkan.

Demikian khutbah Idul adha kita pada hari ini, semoga menjadi poin-poin penting dalam upaya memperbaiki kualitas hidup kita masing-masing, baik sebagai pribadi, anggota keluarga maupun masyarakat dan bangsa. Akhirnya marilah kita sudahi ibadah shalat Id kita pagi ini dengan sama-sama berdoa:

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ

Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ

Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepada-Mu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini.

Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا

Ya Allah, jadikanlah mereka (para jamaah haji) haji yang mabrur, sa’i yang diterima, dosa yang diampuni, perdagangan yang tidak akan mengalami kerugian.

 رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka. (R05/R03)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Sumber: prinsip-hidup/" target="_blank">Dewan Masjid Indonesia (DMI)

Rekomendasi untuk Anda

MINA Millenia
Kolom
Kolom
Kolom
MINA Millenia
Indonesia