Oleh : Drs. H. Abdullah, MM., Pembina IV/a Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta
اَلسًّلامُ عَلَيكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
اَللهُ اَكْبَرُ ٩× وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي فَضَّلَ عَشْرَذِي اَلْحِجَّةِ بِتَضْعِيْفِ أُجُورِالْعِبَادَاتِ فَمَنْ كَانَ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ إِلَى شِرَاءِ اْلأُ ضْحِيَّةِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ عَشْرُ حَسَنَاتٍ
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
اَشْهَدُ أن لا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمُوْجِدُ اْلمُصْدِمُ الْمَخْلُوْقَاتِ‘ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ رَغَّبَ اُمَّتَهُ فِى اْلأُضْحِيِّةِ وَأَعْمَالِ الصَّالِحَاتِ .
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِالسَّادَاتِ، وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَااخْتَلَفَتِ اَلأيَّامِ والسَّاعَاتِ ،
اَمَّا بَعْدُ :
فَيَا عِبَادَ اللهِ إِتَّقُوا اللهِ تَعَالَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ شَهْركُمْ هَذَا شَهْرٌ عَظِيْمٌ، وَقَالَ تَعَالَى:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
إِنَّا أَعْطَينَاكَ اْلكَوثَرَ (١) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ(٢)
إِنَّ شَانِـأَكَ هُوَالأَ بْتَرُ(٣)
Bila dilihat dan diteliti dalam Al-Quran, qurban itu ditinjau dari segi kronologis sejarah terbagi kepada tiga periodisasi
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Pertama : Qurban pada masa Nabi Adam ‘Alaihissalam
Qurban yang dilaksanakan pada zaman Nabi Adam dilakukan oleh putra-putra beliau yang bernama Qobil dan Habil.
Habil berqurban untuk mencari rido Allah semata bukan untuk mendapatkan pujian-pujian dari orang-orang disekitarnya sedangkan Qobil berqurban untuk mendapatkan pujian dari orang-orang di sekitarnya bukan karena Allah, Habil dalam berqurban diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala sedangkan Qobil Qurbannya ditolak oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Hal ini dijelaskan dalam firman Allah surat Al-Maidah ayat 27:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ لأقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ (٢٧)
Artinya: “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al-Maidah [5] : 27).
Dari kedua anak Adam yakni Qobil dan Habil yang melakukan qurban ternyata Allah hanya menerima Qurbannya bagi orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah.
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ (٢٧)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Periode yang kedua, Qurban pada Zaman Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam
Pada awalnya yang menjadi sebab-sebab Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam menyembelih putranya adalah ia berqurban setiap tahun dengan sejumlah 1.000 ekor kambing domba, dan sapi 300 ekor serta unta 100 ekor sehingga banyak orang mengaguminya bahkan para Malaikat pun kagum pada qurbanya Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, kemudian Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam berkata:
“Qurban sebanyak itu bagiku tidak berarti atau belum seberapa, demi Allah kalau saja aku punya seorang anak putra pasti aku menyembelihnya dan berqurban karena Allah.”
Diceritakan setelah melewati masa waktu yang lama Ia pun lupa pada pernyataan atau ucapannya itu, dan ketika di daerah Al-Muqoddasah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam berdoa kepada Allah supaya dikarunia anak laki-laki kemudian doanya dikabulkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Nabi Ibrahim dianugerahkan seorang putra yang bernama Ismail dari ibunda Siti Hajar. Alllah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam surat Ash-Shaffat ayat 102:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (١٠٢)
Artinya : ”Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”. (QS. Ash-Shaaffat [37] : 102).
Ketika anak itu sudah cukup umur sanggup berusaha bersamanya, cukup umur kira-kira 7 tahun dan ada yang menjelaskan 13 tahun lalu Nabi Ibrahim As diserukan di panggil lewat mimpi, “penuhilah nazarmu dulu”. Ibnu Abas, menjelaskan pada malam Tarwiyah hari ke-8 Zulhijjah, Nabi Ibrahim tidur dan ada orang berseru dalam mimpinya dan Ibrahim penuhilah nazarmu kemudian pada malam berikutnya ia mimpi yang sama yang kedua kalinya. Keesokan harinya ia tahu pasti bahwa mimpi itu betul dari Allah maka disebutlah hari itu hari Arofah yang tempatnya di padang Arofah yang bertepatan pada tanggal 9 Zulhijjah dan dari sinilah peristiwa wukuf di Arofah yang menjadi rukun dalam ibadah Haji.
الحج عرفة
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Artinya : ”Al-Hajj ‘Arafah”, haji adalah Arafah.”(HR. Ahmad dan Ashhab al-Sunan).
Periode yang ketiga, Pada Zaman Nabi Muhamad SAW dan Umatnya.
Qurban pada zaman Nabi Muhamad SAW dan umatnya merujuk kepada peristiwa qurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim As yakni, dengan menyembelih hewan qurban yang telah disyariatkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan sunah Rosulullah SAW sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat Ash-Shaaffat : 102-108
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (١٠٢) فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (١٠٣) وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ (١٠٤) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (١٠٥) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبِينُ (١٠٦) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (١٠٧) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآخِرِينَ (١٠٨)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
Artinya : “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”. tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian”. (QS. Ash-Shaaffat [37] : 102-108).
Hikmah Qurban
Qurban sebagai proses pendekatan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena Qurban itu merupakan perintah Allah dan suatu ujian bagi orang yang beriman. Hanya orang yang beriman yang bertaqwa kepada Allah yang mampu dan tergerak hatinya untuk ber-qurban. Orang yang beriman itu artinya orang yang cinta kepada Allah serta ikhlas dan menerima apapun yang diminta oleh Allah, jangankan harta, nyawapun siap untuk diqorbankan dijalan Allah sebagaimana Nabi Ibrahim As diminta oleh Allah untuk menyembelih putranya Ismail ‘Alaihissalam.
Qurban sebagai pendekatan hubungan terhadap sesama (horizontal). Bila kita berada di bulan Ramadhan, kita diingatkan membayar Zakat yang fungsinya untuk mensucikan jiwa dan harta sebagaimana firman Allah :
Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (١٠٣)
Artinya : ”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(QS. At-Taubah [9] : 103)
Demikian pula ketika kita berada di bulan Zulhijjah diingatkan dengan peristiwa qurban yang diwajibkan dan disunahkan bagi umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alalihi Wassallam untuk menyembelih hewan qurban yang dagingnya dibagikan kepada orang yang fakir dan miskin. Qurban dapat menciptakan kepedulian sosial yang tinggi kepada sesama dan dapat saling membagi antara yang satu dengan yang lainnya, yang miskin dapat merasakan bagaimana nikmatnya daging sapi yang dimakan dari hasil qurban yang dibagikan kepada mereka.
Tujuan Berqurban
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kabar Gembira bagi yang Mentaati Allah dan Rasul-Nya
Berkata Umar ra, “Berikanlah olehmu hewan qurban karena Allah yang menyukai hewan qurban itu” dan Rasulullah SAW pernah menyerahkan 100 ekor untuk qurban, dan pemberiannya itu merupakan perbuatan yang sunah dan sukarela.”
Berqurban semata untuk mencari dan mendapatkan ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala bukan untuk mendapatkan pujian-pujian masyarakat dari orang di sekitarnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman.
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ (٣٧)
Artinya: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu, dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”(QS. Al Hajj [22] : 37)
Qurban dapat menyederhanakan kesenjangan sosial dan dapat menghapus kesombongan serta keangkuhan. Kita pada hakekatnya disebut sebagai orang yang kaya karena ada orang-orang yang miskin, dari sinilah kita dapat rasakan betapa indahnya hidup dalam kebersamaan.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Qurban sebagai peningkatan iman dan taqwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
- Qurban sebagai peningkatan kepedulian sosial yang tinggi,
- Qurban dapat membangun kebersamaan dalam kehidupan.
Semoga Allah senantiasa memberkahi kita, memudahkan dalam usaha kita, memberkahi rizki kita dan menjadikan keturunan kita yang soleh dan solehah. Aamiiin yaa rabbal alamin !
Mari Kita Berdoa Dan Mohon Pinta Kepada Allah Semoga Doa Kita Dikabulkan Oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Ya Allah ya Tuhan kami segala puji kami panjatkan kehadiratmu ya rabbi Tuhan sekalian alam.
Ya Allah berikan nikmat sehat wal afiat kepada kami baik lahir maupun batin agar kami selalu dapat meningkatkan iman dan taqwa kepadaMu.
Ya Allah berikan keberkahan dunia kami, agar kami dapat menunaikan panggilan-Mu ke kota suci Makkah, dapat Tawaf mengelilingi Ka’bah dan Sa’i antara Soffa dan Marwah serta kami mampu wukuf di padang Arofah, dan bermalam di Muzdalifah serta mampu melontar Jumroh, Ula, Wustho dan Aqobah, kembali ketanah air dengan selamat dan menyandang predikat haji yang mabrur dan barokah.
Ya Allah jadikan anak-anak kami yang soleh dan solehah sebagai mana telah kau contohkan seperti Nabi Ismail As, yang taat dan patuh terhadap kedua orang tua Nabi Ibrahim dan Siti Hajar.
Rabbana Aatina fiddun ya hasanah wafil aakhiroti hasanah waqinaa adzaa bannaar
Walhamdullilahirobil aalamiin…
(R05/R03)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
*Disampaikan dalam Khutbah Sholat Idul Adha 1436 Hijriyyah di qurban-sebagai-aplikasi-iman-dan-takwa-kepada-allah-swt/" target="_blank">Jakarta Islamic Centre (JIC)