Khutbah Idul Adha 1438: Hikmah Haji dan Qurban dalam Membangun Kesatuan Ummat

(Zonasatu)

Oleh: Abu Ilham

اَلْحَمْدُ لِله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ

مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.

اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

الله أكبر ، الله أكبر ، الله أكبر ، ولله الحمد

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah

Marilah kita memanjatkan segala puji ke hadhirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada hari ini kita dapat melaksanakan salah satu syari’ah dari syari’ah-syari’ah Allah SWT, yaitu shalat Idul ‘Adha dan dilanjutkan dengan penyembelihan hewan qurban yang merupakan semulia-mulia amalan pada hari Raya ‘Idul Adha (hari Nahar) ini. Bahkan Rasulullah menekankan pentingnya berqurban dengan ancaman sebagaimana hadits berikut..

Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا

Artinya: “Barangsiapa yang mempunyai kemampuan untuk berqurban, tapi ia tidak mau berqurban, maka janganlah ia dekat-dekat di tempat shalat kami.” (HR. Ahmad, no: 7924, Ibnu Majah, no: 3114)

Ibadah haji dan qurban sekali lagi mengingatkan kita terhadap kehidupan masa lalu (Adam, Qabil, Habil, Ibrahim, Sarah, Ismail) bagaimana mereka berjuang dan berqurban untuk mendapatkan ridla Allah. Ibadah tersebut juga mengokohkan semangat kita untuk merenungkan apa arti qurban dan ibadah haji pada masa kini. Haji dan qurban adalah syariat untuk pensucian jiwa, membersihkan kotoran yang ada pada hati kita, sifat-sifat ananiyah atau egoisme dibersihkan melalui ibadah haji dan menyembelih qurban.

Kita tebar kepedulian sosial kita kepada sesama umat manusia melalui penyebarluasan daging qurban, dan persahabatan hakiki kita jalin antar sesama muslim se dunia melalui ibadah haji. Dengan demikian hikmah rangkaian ibadah haji beserta Iedul Adha, adalah :

  1. Membina ketaatan hamba kepada Allah

Untuk memperingati kejadian besar dalam sejarah kemanusiaan yang tiada tandingnya. Pengorbanan hidup yang dilakukan oleh manusia-manusia pilihan, Nabiyullah Ibrahim as beserta keluarganya. Pengorbanan besar yang tercatat dalam sejarah kemanusiaan yang diabadikan Allah dalam firman-Nya, seakan telah menjadi pondasi bangunan yang kokoh kuat ketika Allah berkehendak menghidupkan dan membangun kota Mekkah Al-Mukarromah. Nabi Ibrahim memberikan teladan tentang ketaatan mutlak kepada Allah. Beliau melalui mimpi diperintah Allah agar menyembelih putra satu-satunya putra yang digadang-gadang menjadi penerus perjuangan, pelanjut silsilah keturunan dan penyambung tongkat estafet kenabian.

Peristiwa sejarah tersebut diabadikan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya:

Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. – Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). – Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, –  sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. – Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata – Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar – Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu)”Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”.  (QS.Ash-Shoffat: 109).

Dengan ayat diatas, Allah memberikan pelajaran kepada hamba-hambaNya yang beriman tentang ketaatan kepada perintah Allah subhanahu wata’ala. Begitu taatnya beliau hingga diperintah menyembelih anak kesayangannyapun beliau lakukan dengan ikhlas, tanpa pikir panjang tanpa ragu sedikitpun. Begitulah teladan ahli surga. Bahkan Allah memerintahkan Nabi Muhammad serta umatnya untuk mengikuti teladan Nabi Ibrahim.  Allah berfirman:

ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Artinya: “Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif.” dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah (QS. An-Nahl 123).

  1. Membina jiwa taqwa kepada Allah

Dalam sejarahnya, qurban menurut firman Allah SWT:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الآخَرِ قَالَ لأقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

Artinya: ”Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Kabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Kabil). Ia berkata (Kabil): “Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al-Maidah [5]: 27).

Hikmah ayat ini bahwa dalam berqurban dibutuhkan keikhlasan semata-mata karena Allah dan ketaqwaan kita kepada-Nya.Kisah tersebut hendaknya menjadi pelajaran bagi kita bahwa Allah tidak membutuhkan daging qurban melainkan perwujudan taat dan taqwanya dalam melaksanakan perintah-Nya.  Allah juga berfirman:

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ

Artinya:Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik(QS. Al-Hajj:37).

  1. Mendekatkan diri kepada Allah

Penyembelihan hewan ternak (qurban) secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab, yakni qaraba, yaqrabu, qurban wa qurbanan wa qirbanan yang memiliki arti dekat. Jadi, qurban berarti mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mengerjakan perintah2-Nya. Dari sinilah muncul istilah ”Idul Adha”. Dengan demikian yang dimaksud dengan qurban atau udhhiyah adalah penyembelihan hewan dengan tujuan beribadah mendekatkan diri kepada Allah pada hari raya Idul Adha dan tiga hari Tasyriq, yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Perintah berqurban bahkan disandingkan dengan perintah sholat:

Artinya:Maka laksanakan shalat karena Tuhan-mu dan berqurbanlah”  (QS. Al-Kautsar: 2).

Memang sudah seharusnya manusia mendekatkan dirinya kepada Allah, karena manusia membutuhkan petunjuk dan pertolonganNYA dan hanya Allahlah yang menguasai alam semesta, yang maha menentukan atas nasib segenap manusia dan seluruh alam ini.

  1. Membersihkan diri dari dosa

Mengerjakan ibadah Haji merupakan kesempatan untuk bertaubat dan meminta ampun kepada Allah.Terdapat beberapa tempat dalam mengerjakan ibadah haji itu merupakan tempat yang mustajab untuk berdoa dan bertaubat. Malah ibadah haji itu sendiri jika dikerjakan dengan sempurna tidak dicampuri dengan perbuatan-perbuatan keji maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya sehingga ia suci bersih seperti baru lahir ke dunia ini. Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang melakukan Ibadah Haji ke Baitullah dengan tidak mengucapkan perkataan keji, tidak berbuat fasik, dia akan kembali ke negerinya dengan fitrah jiwanya yang suci ibarat bayi baru lahir daripada perut ibunya.” (Bukhari Muslim).

Begitulah Allah memberikan kesempatan bagi hamba-hambaNya untuk melakukan pemutihan, menghapus rapor merah menjadi putih kembali, karena Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang lagi Maha Pengasih. Allahu Akbar – Allahu Akbar – Allahu Akbar – walillahil hamd.

  1. Membangun kehidupan berjamaah

Haji adalah ibadah yang menyempurnakan kehidupan spiritual umat Islam. Setelah shalat, puasa dan zakat ditunaikan maka ibadah haji adalah penyempurnanya. Umat Islam dari penjuru dunia, dari beraneka warna kulit, suku bangsa, dan bahasa – mereka membaur sebagai satu ummatan wahidah, satu ukhuwwah ummat, satu jamaah – berkumpul di tempat yang sama dan pada waktu yang sama. Mereka membawa rasa cinta yang sama, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Ibadah haji juga menunjukkan kompaknya ummat dalam satu imamah (pimpinan) dimana ketika Rasulullah masih hidup, beliau memimpin ibadah haji & berkhotbah di Arofah. Hal ini menunjukkan eksistensi ummat Islam adalah ummat dunia, ummat global universal dengan satu pimpinan, bukan agama lokal yang berpecah belah bergolong-golongan seperti yang banyak kita saksikan saat ini.

Dengan demikian, haji memberikan kesempatan yang sangat besar bagi umat Islam untuk menggalang kesatuan di antara sesamanya, menyatukan tekad dan semangat, dan bersama-sama memikirkan persoalan yang mendera umat Islam. Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara” (S al-Hujurat 10). Ibadah hajji mengingatkan muslimin agar tetap dalam , ber-Jama’ah dengan ikatan persaudaraan (ukhuwwah), bukan ikatan-ikatan lainnya yang hanya menimbulkan permusuhan, sebagaimana kita saksikan saat ini. Inilah saatnya memperjuangkan ukhuwwah sesama muslimin. Mari kita dengungkan: GERAKAN HIDUP BERJAMA’AH.

Allahu Akbar walillahil hamd,  hadirin rahimakumullah,

Membangun kebersamaan atau ber-Jama’ah dalam mengamalkan kebenaran haqiqi ini memang berat. Kebiasaan hidup bergolong-golongan, bersuku-suku bangsa, dan kelompok-kelompok sosial dan partai-partai sudah membudaya sehingga sulit disatukan. Hanya dengan akidah Islam solusinya.

Allah telah memerintahkan orang-orang yang beriman agar melaksanakan kehidupan yang bersih, yang benar dan damai dengan cara berJama’ah, sebagaimana Allah berfirman:

“Dan berpegang eratlah kalian dengan tali Allah secara ber-Jama’ah, dan janganlah kalian berfirqoh-firqoh”  (QS.Ali Imran 103).

Jelaslah tidak mungkin melakukan amal-amal kebenaran Islam dengan orang-orang yang tidak berminat menegakkan kebenaran.Betapa sulitnya kita bertahan jujur ditengah lingkungan korup, betapa beratnya melaksanakan shalat ditengah masyarakat yang tidak shalat dan seterusnya.Maka Allah mensyariatkan kesatuan umat bahkan diikat dengan persaudaraan (ukhuwwah) untuk orang-orang yang beriman.Inilah yang Rasulullah amalkan ketika mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshor ketika peristiwa hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madidah.

Jika muslimin tidak bersatu berjama’ah, maka akan mudah dihancurkan musuh-musuh Islam, bahkan Allah berfirman:

وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الأرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ

Artinya: “Dan orang-orang kafir itu sebagian mereka melindungi sebagian yang lain, maka jika kalian tidak berbuat begitu maka akan terjadi fitnah dimuka bumi dan kerusakan yang besar” (QS. Al-Anfal 73).

Muslimin sejak masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin merupakan satu kesatuan umat, bukan individu-individu atau golongan2 yang terpecah belah. Urusan agama, amalan Islam adalah amalan kehidupan yang merajut kebersamaan di bawah kepemimpinan Rasulullah dan selanjutnya dibawah kepemimpinan para Khalifah ar-Rasyidah.

Kenyataan tersebut membuktikan bahwa kepemimpinan dalam kehidupan manusia merupakan keharusan yang tidak bisa dielakkan.  Bahkan masyarakat tradisionalpun memiliki pemimpin yang memimpin kehidupan mereka termasuk mempertahankan kelompoknya dari serangan kelompok lain. Masyarakat modernpun memerlukan dan mengangkat pemimpin-pemimpin politik mereka, bahkan meskipun dengan biaya trilyun-an. Tentu karena disadari bahwa tanpa pemimpin maka masyarakat akan kacau karena masing2 bergerak atas kemauannya masing2 tanpa ketertiban.  Maka Allah yang Maha Mengetahui telah mewajibkan umat Islam mentaati Ulil Amri sebagai pemimpin umat yang harus ditaati selain Allah dan Rasulullah.  Allah berfirman:

“Wahai orang2 yg beriman, taatlah kepada Allah, dan taatlah kepada Rasul dan Ulil Amri diantara kalian”  (QS. An-Nisa 59).

Ulil Amri diantara orang2 beriman bukanlah jabatan politis melainkan sebagai penerus kepemimpinan Nabi, yang memimpin umat Islam sedunia dalam beribadah kepada Allah. Mengajak umat dalam menegakkan syariah. Misi mulia yang hanya terwujud bagi orang2 yang beriman yang ingin menegakkan syariah secara kaffah.

Allahu Akbar walillahil hamd,  hadirin rahimakumullah,

Tugas kita kedepan adalah memupuk kesadaran akan kesempurnaan Islam serta membangun peradaban manusia beriman yang rahmah dengan Al-Islam. Kita dihadapkan pada tantangan peradaban lain yang bermotif eksploitatif, dholim dan menyesatkan dari jalan Allah. Meskipun disebut sebagai abad modern dengan menterengnya IPTEK, Hak azazi manusia,  namun sifat jahat manusia tetap bercokol. Saudara-saudara kita di Palestina ditindas, dirampas harta benda dan kehormatannya, demikian pula saudara kita Rohingya di Myanmar.  Negeri-negeri muslim yang kaya minyak di Timur Tengah sudah dalam cengkeraman musuh-musuh Islam. Mereka dijajah dan diadu domba, dihancurkan satu per satu, mulai dari Afganistan, Irak, Libya, dan kini Siria, Qatar, Yaman dan seterusnya. Yahudi Israel tanpa malu, dengan arogan dan bengisnya terus merampas hak-hak muslimin Palestina, bahkan lebih parah lagi adalah penguasaan dan penghancuran Masjid Aqsho warisan muslimin dunia di Yerusalem.

Fakta diatas membuktikan dampak kondisi umat yang terpecah belah tanpa kesatuan umat yang utuh, serta berserakan tanpa pimpinan umat. Patut disadari bahwa wujudnya kesatuan umat dan Ulil Amri yang memimpin umat ini adalah kewajiban syar’iy yang tidak boleh ditinggalkan. Globalisasi bukan hanya di bidang ekonomi, namun yang lebih mendasar adalah di bidang kemasyarakatan Ummatan Wahidah, serta kepemimpinan ummat. InsyaAllah haq itu akan Allah hadirkan secara nyata di muka bumi ini, walaupun orang-orang musyrik dan kafirin tidak menghendakinya. Mari kita gemakan: ONE UMMAH ONE LEADER – SATU UMMAT SATU PIMPINAN.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الأرْضِ أَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الأمُورِ

Artinya: “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Yaitu)orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan”. (QS. Al-Hajj: 40-41).

Kebalikannya, jika muslimin tidak terpimpin sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya, maka kehancuranlah yang akan terjadi.  Allah berfirman:

وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا

Artinya: “Jika Kami berkehendak menghan­curkan suatu negeri, Kami jadikan orang-orang yang suka berbuat sesat di negeri itu sebagai pemimpin, lalu pemimpin itu berbuat zhalim kepada rakyat di negeri­nya. Akibat perbuatan rusak pemimpin mereka, turunlah adzab kepada me­reka dan Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al-Israa 17: 16)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Mengakhiri khutbah ini, marilah kita berdoa, dengan meluruskan niat, membersihkan hati dan menjernihkan pikiran. Semoga Allah memperkenankan doa hamba-hamba-Nya yang ikhlas.

اللّهُم اغْفِرْلِلْمُؤْمِنِيْن وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنَهُمْ وَأَلِّف بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَاجْعَل فِي قُلُوْبِهِم الإِيْمَان وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُم عَلَى مِلَّةِ

رَسُوْلِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم

وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يُوْفُوْابِعَهْدِكَ الَّذِي عَاهَدْتَهُمْ عَلَيْهِ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ

إِلهَ الْحَقِّ وَاجْعَلْنَامِنْهُمْ

Ya Allah, ampunilah kami, mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, perbaikilah di antara kami, lembutkanlah hati kami dan penuhilah hati kami keimanan dan hikmah, kokohkanlah kami  atas agama Rasul-Mu SAW, mudahkanlah kami agar mampu menunaikan janji kami kepadaMu.

اللّهمّ حَبِّبْ إلَيْنَاالإيمَان وَزَيِّنْه فِي قُلُوْبِنَاوَكَرِّهْ إلَيْنَاالْكُفْرَوَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَامِنَ الرَّاشِدِيْنَ

Ya Allah, jadikanlah kami mencintai keimanan dan hiasilah keimanan tersebut dalam hati kami. Dan jadikanlah kami membenci kekufuruan, kefasikan dan kemaksiatan dan jadikanlah kami termasuk orang yang mendapat petunjuk.

اَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا ، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ، وَبَارِكْ لَنَا فِيْ أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوْبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

Ya Allah, persatukanlah hati-hati kami dan perbaikilah keadaan kami dan tunjukilah kami jalan-jalan keselamatan, dan bebaskanlah kami dari kejahatan yang tampak maupun tersembunyi, dan berkatilah pendengaran-pendengaran kami, penglihatan-penglihat-an kami, hati-hati kami, istri-istri serta anak-anak kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

اللّهمّ أَعِزَّالإسْلاَم وَالمسلمين وَأَذِلّ الشِّرْكَ والمشركين وَدَمِّرْأعْدَاءَالدِّين وَاجْعَلْ دَائِرَةَالسَّوْءِعَلَيْهِم ياربَّالعالمين

Ya Allah, muliakanlah Islam dan umat Islam, hinakanlah syirik dan orang-orang musyrik, hancurkanlah musuh agama, jadikan keburukan melingkari mereka, wahai Rabb alam semesta.

اللهم عذّ بِ الكَفَرَةَالذ ين يَصُدُّوْنَ عَن سَبِيْلِكَ ويُكَذِّبُوْن رُسُلَكَ ويُقاتِلُونَ أوْلِيَاءَكَّ

Ya Allah siksalah orang kafir yang menghalangi jalan-Mu, dan mendustai Rasul-rasul-Mu, membunuh kekasih-kekasih-Mu.

 

اللهم فَرِّقْ جَمْعَهُم وَشَتِّت شَمْلَهُمْ وَخُذْهُم أَخْذَعَزِيْزٍمُقْتَدِرٍإنَّكَ رَبُّنَاعَلَى كل شَيْئ قَدِيْرٍيَارَبَّ العالمين

Ya Allah, cerai beraikan persatuan dan kekuatan mereka, siksalah mereka, sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu, wahai Rabb alam semesta.

اَللَّهُمَّ اغْفِرلَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَيَانَاصِغَارًا، وَلِجَمِيعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،

Ya Allah, ampunkanlah bagi kami dosa-dosa kami, dan dosa kedua ibu bapa kami, dan berilah rahmat kepada mereka sebagaimana mereka telah memelihara kami di masa kecil kami dahulu.Dan ampunilah dosa-dosa seluruh kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminan, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia.

اَللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةَ وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةَ وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ،

وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزِّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Ya Allah, ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia (kebaikan ilmu dan ibadah), dan kebaikan di akhirat (surga), dan peliharalah kami dari siksa api neraka. Dan sejahterakanlah ke atas Nabi Muhammad, keluarganya, dan sahabat-sahabatnya semua-nya. Maha Suci Tuhanmu yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan, dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul, dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam.

Aamiin Ya Robbal ‘alamiin. (A/R06/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rendi Setiawan

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.