Oleh: Widi Kusnadi, (Alumni Madrasah Al-Khoiriyyah, Semarang)
انَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ, وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اَلْحَمْدُ
إِنَّ الْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ،.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَماَّ بَعْدُ. فَيَااَيُّهَا الْعَائِدُوْنَ وَالْفَائِزُوْنَ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطّانِ الرَّجِيْم بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ اَمَنوُااتَّقُواالله حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ وَقَالَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهِ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kewajiban dan Hak dalam Pandangan Islam
Ma’asyiral Muslimin, jamaah shalat ‘Iedul Adha Rahimakumullah
Hari ini, gemuruh takbir dan tahmid di negeri-negeri Muslim bergelora, bersahutan sepanjang malam. Ayat-ayat suci berkumandang menggetarkan kalbu dan jiwa orang-orang beriman. Di hari yang cerah ini, diiringi hangatnya sinar mentari, menyibak sejuknya embun pagi, kita semua melangkahkan kaki menuju hamparan bumi Allah untuk bersimpuh, bersujud memuji kebesaran-Nya.
Ada yang berjalan cepat, ada pula yang memakai tongkat, ada yang berkendaraan, ada pula yang cukup bersama keluarga berjalan bergandeng tangan, mesra dan syahdu bersama pasangan. Pagi ini, suami istri, tua muda, semua gembira, semua bersama sama mengumandangkan takbir penuh cinta, menghidupkan sunnah Idul Adha, sesuai sunnah Rasul kita yang mulia.
أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اَلْحَمْدُ
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menggapai Syahid di Jalan Allah Ta’ala
Ma’asyiral Muslimin, jamaah shalat ‘Iedul Adha Rahimakumullah
Hari ini, saudara-saudara kita dari seluruh penjuru dunia datang ke tanah suci. Mereka berbusana ihram, melaksanakan rangkaian ibadah haji. Mereka menjadi tamu Allah.
Sejak 8 Dhulhijah, para tamu Allah berangkat dari Makkah menuju Mina. Tanggal 9 Dhulhijjah dari MINA menuju Arafah, setelah tergelincir matahari, mereka wukuf di Arafah, malamnya mabit di Muzdalifah. Setelah itu, 10 Dhulhijjah, pagi ini, mereka pergi ke Mina untuk melempar jumrah. Sungguh hal itu merupakan pemandangan yang menakjubkan, hati mereka diikat dengan semangat persaudaraan. Menyadarkan kepada kita akan nyata dan cepatnya balasan. Menyadarkan kepada kita akan besar dan dahsyatnya perjuangan dan pengorbanan.
Bulan Dhulhijjah adalah bulan penuh keutamaan. Di dalamnya terdapat peristiwa-peristiwa besar ditorehkan. Dalam sebuah hadist, Kanjeng Nabi Muhammad SAW mengisahkan; Nabi Adam diterima taubatnya pada 1 Dhulhijjah. Nabi Yunus AS dikeluarkan dari perut ikan Nuun pada 2 Dhulhijah. Nabi Zakariyya diijabah doanya dengan lahirnya Yahya pada 3 Dhulhijjah. Nabi Isa lahir pada 4 Dhulhijjah, Nabi Musa lahir pada 5 Dhulhijah.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa
Dan, peristiwa yang tak mungkin kita lupa, pengorbanan yang diabadikan dalam pengabdian, dialah Nabiyullah Ibrahim AS bersama keluarganya yang mulia menunaikan nazar, melaksanakan perintah Allah dengan menyembelih putra tercinta.
Dikisahkan pula, pada setiap Dhulhijjah, Nabi Ibrahim biasa berkurban dengan 1.000 ekor domba, 300 lembu dan 100 unta. Banyak manusia yang berdecak kagum dengan kedermawanannya, bahkan malaikat pun memuji kemurahan hati dan kemuliaan akhlaknya.
Mendengar hal itu, Ibrahim berkata : Andaikan aku punya anak dan Allah memintaku untuk mengorbankannya, niscaya aku akan menunaikannya.
Hingga pada suatu hari, tepatnya 8 Dhulhijjah, Allah menguji Ibrahim melalui mimpi. “Wahai Ibrahim penuhilah nazarmu, sembelihlah Ismail, putra kesayanganmu”. Pada 9 Dhulhijjah, mimpi itu datang lagi, hingga yakinlah ia bahwa itu benar-benar wahyu dari Allah Sang Pencipta. Meski berat dirasa, gelisah dan galau bergelora di dada, namun keluarga itu sepakat, syariat Allah harus dilaksanakan, nazar itu harus ditunaikan.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Maka, tatkala pedang yang tajam telah dihunus, kepala Ismail pun sudah bersemayam di atas batu, mata pedang dan leher siap beradu. Sang Ayah mengangkat pedang sambil memejamkan mata, tidak tega rasanya melihat putra kesayangannya meregang nyawa di hadapannya. Ibunda Hajar pun di belakang suaminya menahan haru, tak kuasa membendung air mata yang mengalir deras di pipinya.
Maka, saat itulah terlihat nyata, kesabaran, ketabahan, keikhlasan dan kepasrahan dari keluarga Ibrahim, yaitu keluarga yang patut menjadi suri tauladan dalam pengorbanan dan ketaatan.
أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اَلْحَمْدُ
Ma’asyiral Muslimin, jamaah shalat ‘Iedul Adha Rahimakumullah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari kisah Ibrahim dan keluarganya yang mulia.
Bagi kita seorang Bapak, bersikaplah adil dan bijak seperti Ibrahim. Ia teguh memegang amanah, namun ia bijak dalam menyampaikan kepada keluarga. Ia mengajak keluarganya bermusyawarah untuk melaksanakan amanah.
Ibrahim bukan sosok pemimpin otoriter, tapi ia merupakan sosok yang visioner. Ibrahim adalah contoh pemimpin yang idealis, namun di mata Sarah dan Hajar, ia merupakan sosok suami yang romantis dan di mata anaknya ia adalah sosok ayah yang humoris.
Di bulan Dhulhijah yang mulia ini, mari kita santuni keluarga kita, jadikan bulan Dhulhijah ini bulan keluarga karena kebaikan yang kita berikan di bulan ini lebih mulia di sisi Allah dari bulan selainnya. Kita bekali keluarga kita dengan Al-Quran, kita hiasi rumah kita dengan lantunan ayat suci Al-Quran, jangan jadikan rumah kita seperti kuburan, yang jarang terdengar lantunan dan bacaan Quran.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Bagi seorang istri, tirulah sosok Ibunda Hajar. Meski ditinggal sang suami di tengah gurun nan gersang, tiada makanan dan minuman yang ditinggalkan, ia tetap berbaik sangka, pasti Allah akan memberi rizki kepadanya. Sebagai seorang istri, ia selalu patuh, tanpa keluar kata-kata mengeluh. Ia tetap tegar, meski dahaga kian menjalar dan perut terasa lapar, ia tetap tawakal, tanpa terucap dalam lisannya kata menyesal.
Ibunda Hajar merupakan sosok istri yang selalu mendukung perjuangan. Ia korbankan ego pribadi demi suksesnya perjuangan suami.
Wahai para istri, berbaktilah kepada suamimu dengan sepenuh hati. Layani suamimu dengan senang dan riang. Dukunglah perjuangan suami, kuatkan semangatnya dalam menjemput rizki. Besedekahlah dan berbagilah dari sebagian rizki yang Allah berikan. Dengan bersedekah dan berbagi, semoga keberkahan dan kemudahan akan senantiasa menyertai.
Bagi seorang anak, tirulah akhlak dan sikap Ismail AS. Dengan ketinggian ilmu dan keteguhan iman, ia dukung perjuangan sang ayah. Dalam menunaikan perintah, ia tetap tabah. Ia yakin dengan ketabahan, keberhasilan akan ia dapatkan, kesuksesan dunia dan akhirat akan ia raih karena keridhaan Allah lah yang ia pilih.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Persiapkanlah dirimu wahai pemuda dengan ilmu dan akhlak mulia, karena Ilmu tanpa akhlak hanya akan menjadikan manusia sombong dan curang, pada ujungnya menyeret pelakunya kepada lembah kehancuran dan kehinaan. Betapa banyak kita saksikan di negeri kita seorang cerdik pandai tapi karirnya, berakhir di pengadilan karena tertangkap tangan. Ia mendekam di balik jeruji besi, belum lagi siksa di akhirat nanti. Akhlak saat ini menjadi komoditas yang mahal.
Manusia yang berakhlak mulia pasti akan dihargai di manapun ia berada. Bukankah kita ingat hadist Nabi, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya,” Orang yang baik akhlaknya bagaikan lentera yang menyala. Ia memancarkan cahaya, terang benderang. Dia hangat dan menentramkan, orang-orang suka dan betah berada di dekatnya. Karena dia pasti memberi pengaruh positif bagi lingkungan sekitarnya.
أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اَلْحَمْد
Ma’asyiral Muslimin, jamaah shalat ‘Iedul Adha Rahimakumullah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Hari ini, ada tetangga dan saudara kita yang belum melaksanakan Hari Raya Idul Adha. Sikap kita tentunya adalah harus tasamuh, menghormati, menghargai karena berbeda bukan berarti saling mencela. Tak serupa bukan berarti tidak bisa bekerja sama. Perbedaan bukan alasan untuk kita bersama-sama menggapai cita dan harapan.
Bukankah kita dicipta dari dua insan yang berbeda yaitu laki-laki dan wanita, Kakek nenek buyut kita Adam dan Hawa. Kita lahir di Indonesia dengan keberagaman suku dan bahasa. Indonesia dengan lebih dari 17 ribu pulau, 1.300 suku dan 500 bahasa. Ini merupakan karunia Ilahi yang tidak sedikit bangsa lain yang iri melihat kita. Inilah Indonesia, inilah keberagaman yang ada, mari kita rawat, kita jaga agar bangsa ini tetap jaya, disegani lawan dan dihormati kawan.
Tidaklah sempurna iman seorang, manakala kesalehan pribadi tidak membawa dampak positif bagi proses perdamaian dan persatuan. Mari kita dakwahkan Islam ini sebagai agama perdamaian, agama persatuan, agama yang memberi rahmat bagi semesta alam.
Marilah kita perkokoh persatuan dan kesatuan umat, dengan mengamalkan kehidupan berjama’ah. Kita tinggalkan pertikaian dan permusuhan, dan kita songsong tantangan masa depan dengan semangat membangun negeri, dalam ridha Ilahi.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Ma’asyiral Muslimin, jamaah shalat ‘Iedul Adha Rahimakumullah
Di akhir khutbah ini, mari kita berdoa untuk saudara-saudara kita yang sedang tertimpa bencana. Masyarakat Lombok dan Nusa Tenggara Barat saat ini diuji Allah dengan gempa yang sampai malam tadi belum juga reda. Sedikitnya sudah 500 jiwa yang wafat, 72 ribu rumah hancur, 671 fasilitas pendidkan rusak, 52 gedung kesehatan roboh, lebih dari 128 masjid hancur, dan setengah juta keluarga menjadi pengungsi.
Sembilan hari kami berada di Lombok Utara, kami menyaksikan sendiri bagaimana keadaan masyarakat di sana. Paling tidak, masa rehabilitasi di Nusa Tenggara Barat memakan waktu setahun lamanya. Saat ini masih berjalan proses evakuasi.
Saudara kita di Nusa Tenggara menanti uluran tangan kita. Bantuan sekecil apapun sangat berarti bagi mereka, untaian doa dalam munajat kita pasti akan menguatkan semangat dan harapan mereka untuk kembali hidup normal seperti sedia kala.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Mari kita tengadahkan tangan, bermunajad semoga Allah segera angkat beban dan bencana dan menggantinya dengan limpahan keberkahan dan kemudahan.
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِىْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَارَبَّنَالَكَ الْحَمْدُ وَلَك الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِىْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ
اللّهُم اغْفِرْلِلْمُؤْمِنِيْن وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنَهُمْ وَأَلِّف بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَاجْعَل فِي قُلُوْبِهِم الإِيْمَان وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُم عَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم
اَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا ، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ، وَبَارِكْ لَنَا فِيْ أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوْبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي فِلِسْطِيْنَ وَإِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْن فِي سَائِرِ بِلاَدِ الإِسْلاَمِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
Ya Allah yang maha perkasa, di tanganMu lah segala urusan kami kembalikan. Dengan kuasaMu kami hidup dan dengan kekuatanMu kami berusaha. Ya Allah ya Ghaffar, Ya Karim, ampunilah seburuk apapun dosa dan kesalahan kami. Karuniakan kepada kami kekuatan untuk bertaubat dari segala kemaksiatan.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Ya Allah , kami telah mendholimi pada diri kami sendiri, jika tidak engkau ampuni kami dan merahmati kami, tentulah kami menjadi orang yang rugi.
Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami di Lombok, angkatlah bencana dari mereka, dan gantilah dengan rahmat dan ampunanMu yang menentramkan. Kepada yang wafat khusnul khatimah, berikan kepada mereka ampunan dan tempat yang mulia di sisiMu, bagi keluarga yang ditinggalkan, berikan ketabahan dan kesabaran untuk kembali meraih harapan dan keberkahan dariMu.
Ya, Allah berikan kepada kami pemimpin yang adil, pemimpin yang mampu membimbing rakyatnya menuju cahayaMu, pemimpin yang mampu menjadi suri tauladan, menjadi panutan dan menjadikan rakyatnya beriman dan bertaqwa kepadaMu.
اَللَّهُمَّ اغْفِرلَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَيَانَاصِغَارًا، وَلِجَمِيعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةَ وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةَ وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ،
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزِّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
(A/P2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)