Khutbah Idul Adha 1440 H : Menuai Hikmah di Bulan Dzulhijjah

Oleh : Ustad Wahyudi KS

إنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَـغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِالله ِمِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَـيِّأَتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدََا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
والصلاة والسلام على رسول الله وعلى أله وصحبه ومن واله , مَا شَاءَ اللهُ كَانَ وَمَا لَمْ يَشَألَمْ يَكُنْ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِالله , أَعُوْذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ( ) يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا( ) يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا(70)يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا( ) أمـّا بعد :
فَـإِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَـابُ اللهِ , وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّالْأُمُوْرِ مُحْدَثاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعُةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ

الله أكبر الله أكبر الله أكبر

Ma’asyiral Muslimin , Jama’ah Shalat Idul Adlha yang Dirahmati Allah

Segala puji hanyalah milik Allah, Rabb semesta alam. Dengan izin serta pertolongan-Nya semata, kita dapat berkumpul di hari yang mulia ini, bersimpuh di Lapangan terbuka, untuk menunaikan ibadah shalat Iedul Adlha yang mulia. Agar kelak di akhirat kita dikumpulkan bersama orang-orang yang dimuliakan Allah.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر

Jama’ah Shalat Idul Adlha yang Dirahmati Allah

Hari kemarin, 9 , jama’ah haji sampai pada puncaknya, melakukan wukuf di Padang Arafah. Di situlah miniatur Padang Mashyar yang akan kita alami bersama nanti. Namun demikian, sungguh berbeda antara Arafah dan Mahsyar. Jika di Arafah kita sadar akan hakikat diri yang berlumur noda dan dosa, pintu taubat masih terbuka lebar. Akan tetapi di Mahsyar nanti, kita semua akan sadar sepenuhnya atas segala keburukan yang pernah terlintas dalam benak dan pikiran kita, atas lancangnya ucapan kita, dan banyaknya kemaksiatan yang kita lakukan.
Di Padang Mahsyar tidak ada lagi kesempatan untuk kita bertaubat. Penyesalan yang sangat mendalam pun tidak akan merubah keadaan, jerit tangis dan rintihan tidak ada yang belas kasihan. Kita berkumpul disana untuk mempertanggung jawabkan dosa dan kesalahan kita masing-masing selama hidup di dunia. Hanya hati yang suci dan amal sholeh yang menjadi bekal kelak. Saat itu, tidak akan ada yang peduli selain Rabbul ‘Izzati, tidak ada yang dapat membela, selain Allah ‘Azza wa Jalla.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر

Hadirin kaum muslimin yang dirahmati Allah
Kehadiran Jamaah haji di Arafah dengan berpakaian ihram berwarna putih, memberi arti bahwa semua manusia pada dasarnya sama dihadapan Allah. Tidak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin, antara pejabat dan rakyat, antara konglomerat dan kaum melarat, kecuali karena ketakwaannya kepada Allah. Setelah mati, kelak kita akan dibangkitkan kembali dan berkumpul di padang Mahsyar.

Karena itu, wuquf di Arafah, adalah sebuah gladiresik sebelum kita benar-benar dibangkitkan dan dikumpulkan di padang Mahsyar untuk menanti keputusan dari Hakim Yang Maha Tinggi dan Maha Adil. Semua yang terlintas dihati, terbesit dalam sanubari, terungkap dengan lisan dan semua amal kita akan ditanya pertanggung jawabannya satu per satu, yang besar dan kecil, yang sembunyi dan terang-terangan, seluruhnya akan mendapat balasan pahala atau siksa yang setimpal. Maka jelaslah saat itu perbedaan antara penghuni surga dan penghuni neraka.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر

Hadirin kaum muslimin yang dirahmati Allah
Setiap kali datang Idul Adlha, kita diingatkan kisah agung Kekasih Allah, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Tentang kecintaan dan ketundukannya kepada Allah, tentang keberaniannya menghadapi segala resiko dan konsekuensi imannya. Juga kegigihan dan kegagahan beliau dalam menggapai surga dan keridlaan Allah. Surga atau Al Jannah adalah kenikmatan yang dijanjikan Allah dalam hadits Qudsi :

أَعْدَدْتُ لِعِبَادِى الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ

“ Aku sediakan bagi hamba-Ku yang shalih, kenikmatan yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan belum pernah terbersit dalam hati manusia.” (Shahih Al-Bukhari, Juz 16, hal. 16, no. 4779)

الله أكبر الله أكبر الله أكبر

Hadirin kaum muslimin

Ada dua hal yang mesti disiapkan untuk menggapai Jannah dan Keridlaan Allah.
Pertama, Quwwatul idraak atau quwwatul ‘ilmi, yakni kekuatan pengetahuan akan jalan yang menghantarkan ia ke Al-Jannah dan memahami ilmu-ilmu syar’i dengan berbagai sisinya. Kesungguhan mencari ilmu-ilmu syar’i adalah sebagai bukti kesungguhannya ingin meraih surganya Allah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ;

…وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan mempermudah baginya jalan ke Jannah.” (Shahih Muslim, juz 8, hal. 71, no. 7028).

Pentingnya mencari ilmu syar’i atau ilmu agama, karena didalamnya kita bisa mengetahui jalan menuju akhirat, yakni untuk meraih kebahagiaan hakiki di akhirat nanti. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan dengan sabdanya :

إن الله يبغض كل عالم بالدنيا جاهل بالآخرة

“ Sesungguhnya Allah membenci setiap orang yang berilmu dengan urusan dunia, (tetapi) bodoh urusan akhirat.”( HR. Al-Hakim, dalam Kitab Jaami’ul Ahaadits, no. 44833, — Shahih, Shahihul Jami’ no.1879).

Hari ini, betapa banyak di tengah-tengah kita, orang-orang yang pintar, mahir, cakap dan terampil urusan dunia. Melihat sampah jadi uang, lihat pasir jadi uang, apa saja bisa jadi uang. Namun sayang, ia tidak tahu aqidah yang benar, awam urusan ibadah, tidak beriman dengan akhirat, bodoh urusan akhirat, tidak tahu surga dan neraka. Orang-orang inilah yang dibenci dan dimurkai Allah. Na’udzubillahi min dzalik.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah ………..

Kekuatan yang kedua, Syaja’atul Qalbi, yakni keberanian hati untuk beramal sesuai dengan konsekuensi ilmu yang telah diketahuinya, Tanpa keberanian untuk mengamalkan, ilmu menjadi tidak berarti. Oleh karena itu, sikap istiqamah hanya dapat dilakukan para pemberani. Berani menentang hawa nafsu, karena kebenaran umumnya berseberangan dengan hawa nafsu. Berani menyelisisihi kesesatan, meski telah mendominasi bumi, karena sebagian besar manusia berpihak pada kesesatan.

Hamba-hamba Allah yang mengharap ampunan dan ridla-Nya.

Jika Nabi Ibrahim ‘alaihis salam telah dapat mewujudkan cintanya kepada Allah dengan sebuah pengorbanan seorang anak, lalu bagaimana dengan kita?.

Kita diciptakan Allah untuk menyembah-Nya dengan benar dan memurnikan ibadah kepada-Nya dengan ikhlash, tawadlu, tadlarru dan khusyu. Tidaklah pantas bagi seorang yang sadar sebagai hamba Allah, akan tetapi menyembah dan berserah diri bukan kepada Allah, serta berkorban untuk selain Allah, Takutlah hanya kepada Allah, sebagaimana Allah berfirman :

فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ ……..

“Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”(QS.Ali Imran :175)

Saudara-saudara yang kami cintai karena Allah .

Akhir-akhir ini, kita mendengar dan memperhatikan isu Megathrust yakni gempa dahsyat yang mengancam keselamatan negeri ini, gempa berkekuatan lebih dari 10 SR. Sementara Tsunami Aceh yang memakan korban lebih dari 210 ribu manusia, itu disebabkan gempa berkekuatan 8,4 SR, lalu bagaimana dengan kekuatan dahsyat 10 SR ?.

Demikian pula gencarnya usaha musuh-musuh Allah yang sangat ingin menguasai negeri ini, mereka melakukan berbagai macam cara dalam melakukan usaha; mengaburkan aqidah umat Islam, merusak pemikiran, menghancurkan mental, menyebarkan makanan haram, mengadu domba kaum muslimin, dan memporak porandakan akhlaq generasi muda bangsa ini.

Dalam kondisi seperti ini, sudah selayaknya muslimin lebih sadar dengan bahaya yang mengancam, maka makin dekatlah kepada Allah, bertaubat atas segala dosa dan kesalahan di masa lalu, merapatkan shaf muslimin di manapun dan kapan pun, memperkokoh tali persaudaraan, hindari perselisihan dan perpecahan, dan wujudkanlah kehidupan berjama’ah yang sesuai dengan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan sunnah para khalifah ar Raasyidah. Yakni menetapi Jama’ah Muslimin dan Imaamnya.

Jama’ah Shalat Iedul Adlha, yang merindukan cinta dan kasih sayang Allah.

Mulai saat ini, marilah kita istiqamah dengan shabar dan syukur, serta menjadikan perhiasan iman dalam hati kita. Karena, ketika shabar dan syukur hilang dari hati kita, akan hilanglah perhiasan iman, lalu hati dipenuhi dengan rasa benci, dengki dan iri hati. Oleh karena itu, mohonlah selalu pertolongan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, agar kita termasuk orang-orang yang shabar dan syukur. Dijauhkan dari sifat sombong dan putus asa. mencintai Allah dan Rasul-Nya serta berjuang di jalan Allah diatas segala cinta yang ada.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر

Saudara-saudara yang kami cintai karena Allah …

Marilah kita refleksikan ukiran sejarah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Nabi Muhammad, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kehidupan masa kini. Benar, bahwa kita merasakan beratnya ujian dalam menegakkan kebenaran dan menghidupkan sunnah di akhir jaman yang penuh dengan fitnah. Akan tetapi, kabar gembira dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para penegak kebenaran dan menghidupkan sunnahnya, dengan pahala syuhada dan kenikmatan surga yang luar biasa.

Para ikhwan dan akhwat yang dimuliakan Allah, in syaa Allah kita akan menjadi orang-orang yang dicintai dan dirindukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana sabdanya :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « وَدِدْتُ أَنِّى لَقِيتُ إِخْوَانِى ». فَقَالَ أَصْحَابُ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَوَلَيْسَ نَحْنُ إِخْوَانَكَ قَالَ « أَنْتُمْ أَصْحَابِى وَلَكِنْ إِخْوَانِى الَّذِينَ آمَنُوا بِى وَلَمْ يَرَوْنِى(مسند أحمد -ج 26 / ص 448)

” Aku rindu ingin berjumpa dengan Ikhwanku. Lalu para sahabat bertanya ; Bukankah kami adalah ikhwanmu?, Beliau menjawab : Kalian semua adalah sahabatku, akan tetapi ikhwanku adalah orang-orang yang beriman padaku, padahal mereka tidak pernah berjumpa denganku.”

Berdasar pada hadits ini, jelas bahwa yang disebut ikhwan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, bukanlah anggota suatu kelompok, atau golongan, akan tetapi mereka yang beriman kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam, akan tetapi tidak berjumpa dengan beliau. Itulah mereka para tabi’in, tabi’ut tabi’in, hingga kita sekalian dan muslimin yang akan datang hingga hari kiamat. Demikian pula dalam Al-Qur’an, Allah berfirman :

فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّين

“ Maka jika mereka bertaubat, dan mendirikan shalat serta menunaikan zakat, mereka itulah ikhwan fid diin (saudara dalam Islam),…” (QS. At Taubah : 11)

Dalam riwayat lain, beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ الَّذِينَ يُصْلِحُونَ مَا أَفْسَدَ النَّاسُ مِنْ سُنَّتِي

” Islam datang dalam keadaan asing, dan akan kembali asing sebagaimana permulaannya. Berbahagialah orang-orang yang asing, yaitu orang-orang yang memperbaiki dan menghidupkan sunnahku dikala manusia merusaknya. ” (HR. Muslim, Ahmad, Tirmidzi).

الله أكبر الله أكبر الله أكبر

Hamba-hamba Allah yang mengharap ampunan dan ridlaNya

Sebagai aplikasi dan di bulan Dzulhijjah ini, pertama, marilah kita bersihkan tauhid kita dari segala bentuk kesyirikan yang akan menghancurkan amal-amal kita dan menjadikan kita haram masuk surga.

Kedua, Kita tingkatkan ketaatan dan keikhlashan dalam melaksanakan syari’at (ajaran) Islam.
Ketiga, tumbuhkan cinta dan pengorbanan sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis, ia berkorban karena cinta kepada Allah.

Keempat, Wujudkan peduli sosial dengan membagi daging qurban, kepada faqir miskin. Dan daging qurban pun dapat dibagikan kepada agama lain. Hal ini sebagai wujud Islam menjadi rahmat sekalian alam.

Jama’ah Muslimin yang dimuliakan Allah

Hari ini 10 Dzulhijjah 1440 H. Adalah saat yang tepat untuk kita menghayati, bahwasanya figuritas Nabi Ibrahim ‘alaihissalam sebagai uswah hasanah (teladan yang baik) sebagaimana Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Menjadi tuntunan dan panutan kita dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Maka kita mengimaninya dan mensyukuri atas hidayah yang dibawanya.

Sebagai wujud syukurnya, adalah dengan bertaubat atas segala kesalahan dan kekeliruan di masa lalu, meningkatkan kualitas iman, ilmu dan amal sholeh. Dan senantiasa mengingatkan muslimin lainnya yang masih lalai dari kebenaran, agar kembali kepada Allah dan Rasul-Nya.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر

Hadirin kaum muslimin, Rahimakumullah….
Melalui hikmah ibadah haji, khususnya gladiresik Padang Arafah, dan amalan-amalan di bulan Dzulhijjah ini, marilah kita wujudkan persatuan dan kesatuan kaum muslimin, yang tidak dibatasi dengan bangsa dan bahasa, tidak dipisahkan dengan warna kulit dan kedudukan. Sebagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

Dan berpegang teguhlah kepada tali Allah seraya berjama’ah, dan janganlah berpecah-belah. (QS.Ali Imron : 102-103)

Hidup berjama’ah dan berimaamah adalah pola kehidupan para nabi dan rasul Allah yang telah disyari’atkan kepada Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa ‘alahimussalam dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an, Surat Asy Syura ayat 13. Demikian pula, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ثَلَاثٌ لَا يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ إِخْلَاصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ وَمُنَاصَحَةُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَلُزُومُ جَمَاعَتِهِمْ

“Tiga Perkara yang tidak akan ada kedengkian atas mereka hati seorang muslim ; Ikhlash beramal karena Allah, Menasihati Imaamul Muslimin dan Menetapi Jama’ah Muslimin .“ (HR. Tirmidzi, no hadits 2582 —-Shahih).

الله أكبر الله أكبر الله أكبر

Hamba-hamba Allah yang mengharap ridla dan kemuliaan di sisi-Nya. Kehormatan kaum muslimin dimana saja berada adalah kehormatan kita, darah daging mereka adalah darah daging kita, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ …

” Sesungguhnya Orang-orang beriman itu bersaudara…..” (QS. Al Hujuraat : 10)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

و كونوا عباد الله إخوانا ( متفق عليه )

” Dan Jadilah kamu sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara.”

Hadirin Jama’ah muslimin yang mengharap ridla dan ampunan Allah.

Kaum muslimin di Palestina, di Suriah, di Uighur, di Rohingnya dan negeri muslim lainnya adalah darah daging kita. Islam tidak dipisahkan dengan Negara dan bangsa, tidak pula dibedakan dengan bahasa dan warna kulit. Dimanapun kaum muslimin yang bersyahadat sama, kiblatnya sama ke ka’bah, kitabnya sama Al Qur’an dan Rasulnya sama, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka adalah saudara kita. Karena itulah, permasalahan muslimin dimanapun berada, adalah masalah kita bersama.

Hamba-hamba Allah, muslimin dan muslimat yang dimuliakan Allah

Sebelum mengakhiri khutbah ini, perkenankan kami menyampaikan nasihat khusus untuk muslimat sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

Wahai kaum muslimat dan mukminat

Bertaqwallah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, janganlah berbuat syirik sekecil apapun, jauhilah riba dalam berbagai urusan duniamu, jagalah kehormatanmu, tutuplah auratmu dengan jilbab sesuai syari’at, sempurnakanlah kekurangan agamamu dengan memperbanyak shadaqah, jadilah pendamping setia bagi suamimu dalam mentaati Allah dan Rasul-Nya, dan dalam berjuang di jalan Allah, berhiaslah di depan suamimu, bersyukurlah atas kebaikan suamimu sekecil apapun, jadilah penjaga yang baik atas harta dan keluargamu, makanlah selalu dengan yang halal. Jauhilah sifat dengki dan saling mengumpat diantara kaummu.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر

Jama’ah Shalat Idul Adlha, muslimin dan muslimat yang Dirahmati Allah.

Marilah kita tundukkan hati, pusatkan pikiran dan tanamkan rasa tawadlu untuk munajat kepada Allah, Dzat Yang Maha Pencipta, Yang Menghidupkan dan Mematikan kita.

الحمد لله حمدا يوافي نعمه ويكافي مزيدة يا ربنا لك الحمد كما ينبغي لجلال وجهك الكريم وعـظيم سلطانك. اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى أله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

Wahai Dzat Yang Maha Bijaksana dan Maha Adil
Hari ini hamba-hambaMu berkumpul memenuhi panggilan-Mu, jutaan manusia berkain putih, berhaji di tanah suci, miliaran manusia di jagat raya pun tengah memuji dan bertasbih pada-Mu. Itu semua menjadi potret miniatur bagi kami, bahwa sesungguhnya kami akan kembali kepada-Mu, di Padang Arafah kami masih sempat bertaubat dan berkumpul dengan keluarga. Di Padang Mahsyar tak ada lagi pintu taubat bagi kami, setiap diri akan Engkau Adili, tak ada yang dapat kami pungkiri, semuanya akan menjadi bukti, tangan dan kaki menjadi saksi, kami pun tak dapat mengingkari.

Engkaulah Yang Maha Adil, Engkaulah Yang Maha Bijaksana Yaa Allah. Ampunilah diri kami Yaa Allah, sebelum kematian menjemput kami.

Yaa Allah, Yaa Tuhan kami, Kini kami sadar, kami sudah bergelimang dosa, namun Engkau masih menutupi dengan ampunan-Mu, betapa sering diri ini lalai atas amanah-Mu, betapa sering kami mengkhianati cinta dan kasih sayang-Mu. Engkau Maha Melihat dan Mendengar. Engkau Maha Tahu apa yang kami perbuat.

Yaa Allah, Engkau Maha Tahu akan tertindasnya umat ini, Engkau Maha Tahu perpecahan umat ini, karena itu Yaa Allah, satukan hati kami, curahkan rahmat dan karunia-Mu kepada orang-orang yang menyambut seruan-Mu.

Terimalah taubat kami Yaa Allah, masukanlah kami kepada golongan hamba-Mu yang shalih, satukan kami dengan para nabi, syuhada, shiddiqin dan shalihin. Terimalah kami dipangkuan-Mu dengan cinta, ampunan dan ridla serta karunia-Mu. Amiin Yaa Rabbal ‘alamiin.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ رَبَّنَا إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
ربنا آتنا في الدنيا حَسنةً وفي الآخرة حَسنة وقنا عذاب النار”(Ast/RS3)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: sri astuti

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.