Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Idul Adha 1440: Islam Menata Peradaban Dunia  

Ali Farkhan Tsani - Senin, 5 Agustus 2019 - 07:39 WIB

Senin, 5 Agustus 2019 - 07:39 WIB

7 Views

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Khatib/Da’i Ponpes Al-Fatah Bogor

الله أكبر الله أكبر, لا إله إلا الله والله أكبر ، الله أكبر ولله الحمد.

الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا . لا إله إلا الله وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده .

لا إله إلا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين ولو كره المشركون ولو كره الكافرون ولو كره المنافقون. الله أكبر . الله أكبر ولله الحمد

Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونتوب إليه ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا ، من يهده الله فلا مضل له ومن يضلله فلا هادي له ، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.

اللهم صل على محمد وعلى آله وأصحابه ومن ومن تبعهم إلى يوم الدين .

أما بعد أيها المسلمون أوصيكم ونفسي بتقوى الله.

اعوذب الله من الشيطان الرجيم يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون. وقال وَقَالَ اللهُ فِيْ اَيَةٍ اُخَرُ , يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغدٍ  وَّاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ, يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا , يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam

الله اكبر, الله أكبر,  ولله الحمد

Jamaah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah

Alhamdulillah, segala puji hanyalah milik Allah, Dzat Yang Maha Mulia, Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. Dialah Al-Khaliq, Dzat yang telah menciptakan dan mengatur alam dan segala isinya ini dengan seluruh aturan-Nya yang utuh lagi sempurna.

Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan dan teladan kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, segenap keluarganya, para shahabatnya, serta para pengikutnya yang tetap istiqamah berjihad di jalan-Nya, hingga akhir masa.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina

Hadirin Jama’ah Shalat ‘Ied Rahimakumullah

Selanjutnya, Marilah kita pelihara kualitas taqwa dalam suka maupun duka, bahagia maupun sengsara, miskin atau kaya, sendiri atau bersama-sama, sejak muda hingga tua, tetap dalam taqwallah.

Taqwa itu tidak bisa kita kerjakan dengan sambilan, seenaknya atau apa adanya. Namun mestilah dengan kesungguhan. Secara fisik mungkin capek dan lelah memang. Tapi itu sebentar, tidak lama di dunia. Nanti kita akan dapatkan hasilnya kelak di akhirat.

Hidup itu bukanlah sekadar untuk bekerja, cari penghidupan, lalu sempatkan diri shalat. Namun, hidup itu untuk shalat, kerja itu sambilannya. Tentu bukan bekerja dengan sambil lalu. Artinya adalah mari kita jadikan ibadah kepada Allah sebagai prioritas pekerjaan. Sertakan Allah dalam setiap pekerjaan. Agar hidup bernilai di sisi-Nya.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi  

Kalau sekedar bekerja, orang kafirpun bekerja. Kalau sekedar makan, binatang pun makan. Namun yang membedakan adalah kalau kita orang beriman akan selalu menyertakan Allah dalam setiap pekerjaan, termasuk dalam mengonsumsi manakan sekalipun. Di samping halal secara dzatnya juga halal dari cara mencarinya. Itulah taqwa.

Wasiat taqwa menjadi ajakan seluruh khatib, karena derajat kemuliaan kita manusia di sisi Tuhan-Nya, adalah karena taqwanya semata. Bukan kekayaan harta yang dikumpulkannya, bukan pula penampilan fisik atau baju baru yang dipakainya, juga tidak karena tingginya pangkat jabatan yang didudukinya. Akan tetapi semata-mata karena taqwanya, keistiqamahannya menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.

Termasuk dalam ibadah menyembelih binatang qurban, pun tiada lain yang Allah terima bukan semata daging, rambut, dan darah qurban, akan tetapi semata karena taqwanya, seperti dalam ayat :

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ

Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina

Artinya : “Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa”. (QS Al-Maidah [5]: 27).

Penerus kepemimpinan Islam, Umar bin Abdil Aziz pun selalu memberikan wasiat takwa ini kepada staf dan makmumnya.

Pesannya, “Hendaklah engkau bertaqwa kepada Allah di tempat mana saja Engkau berada. Sesungguhnya taqwa kepada Allah adalah persiapan yang paling baik, program yang paling sempurna, dan kekuatan yang paling dahsyat. Janganlah kalian katakan bahwa musuh-musuh kita lebih jelek keadaannya daripada kita dan mereka takkan pernah menang atas kita. Berapa banyak kaum yang dihinakan dengan sesuatu yang lebih jelek dari musuh-musuhnya, karena perbuatan dosa-dosanya. Mintalah kalian pertolongan kepada Allah atas diri-diri kalian, sebagaimana kalian minta pertolongan pada-Nya atas musuh-musuh kalian.”

الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله الله أكبر ولله الحمد

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an

Saudaraku kaum muslimin dan muslimah yang berhagia

Hari ini adalah hari raya kedua kaum muslimin, yaitu `Iedul Adhha. Hari raya haji dan penyembelihan hewan qurban sebagai wujud dari ketaqwaan seorang muslim. Hari raya berkumandangnya takbir mengagungkan dan membesarkan Allah, Rabb dan Ilah satu-satunya yang berhak disembah.

Hari raya sejarah kemanusiaan yang berhasil mengorbankan apapun yang besar demi mewujudkan pengabdiannya kepada Allah. Sejarah Nabiyullah Ibrahim, isterinya Hajar, dan puteranya Ismail Alihimassalam, yang penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi dan pengabdian yang suci, serta peradaban Rabbani.

Sejarah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail telah mengajarkan peradaban yang diisi dengan manhaj Rabbani dan hukum-hukumnya. Karena di dalam manhaj Rabbani dan hukum-hukumnya terkandung semua kebaikan, aqidah, ruhiyah, akhlak, dan ilmu.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib

Oleh sebab itulah, peradaban Islam melahirkan pada umat manusia peradaban Rabbani yang penuh dengan keimanan serta selalu maju untuk kemaslahatan sosial kemanusiaan. Peradaban yang berusaha membangun manusia-manusia yang mumpuni berdasarkan akal, akhlak, pemikiran yang benar dan persepsi yang lurus sebelum pembangunan infrastruktur, tata keindahan kota serta produksi barang lainnya.

Begitulah, kehadiran Islam dan umatnya dapat melahirkan peradaban dunia yang penuh dengan kedamaian, kemajuan, ilmu pengetahuan dan kesejahteraan.

Seiring dengan firman Allah:

وَمَآ أَرۡسَلۡنَـٰكَ إِلَّا رَحۡمَةً۬ لِّلۡعَـٰلَمِينَ

Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus

Artinya: “Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Nabi Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya [21]: 107).

Kaum muslimin dan muslimah yang berhagia

Dalam hal peradaban dunia ini, di sinilah Islam memiliki peran penting. Ini seperti disimpulkan oleh pakar sejarah Prof. Raghib As-Sirjani dalam bukunya Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia, bahwa Islam memiliki empat pilar peradaban yng dapat menata dunia. Yaitu: karakter Tauhidullah, nilai universalitas, keseimbangan dan sentuhan akhlak.

Pertama, Peradaban Islam memiliki ciri Tauhidullah, yaitu bahwa ia tegak atas dasar konstruksi hubungan manusia dengan Tuhannya. Tuhan semesta alam yang tidak ada Tuhan selain Allah. Tidak ada yang sebanding dengan kekuasaan-Nya, Dialah yang meninggikan dan menghinakan, Dialah yang menganugerahi dan mencabut kembali karunia-Nya. Dia Allah pulalah yang mensyariatkan aturan bagi seluruh hamba-hamba-Nya.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Kabar Gembira bagi yang Mentaati Allah dan Rasul-Nya

Karenaya, manusia-manusia peradaban generasi Rabbani, adalah hamba-hamba Allah yang tunduk pada hukum-hukum Allah. Segala temuan, penelitian, ilmu pengetahuan dan budaya, senantiasa dipertautkan dengan petunjuk Allah. Semua bertumpu dan tertuju pada kalimat, “Laa ilaaha illallaah”.

Kedua, Peradaban Islam memiliki ciri Universalitas, yaitu mampu mempersatukan manusia dari seluruh asal muasal, warna kulit, ras, suku dan bahasa. Semua di sisi Allah sama derajatnya, kecuali takwa yang membedakannya di sisi Allah.

Ini seperti Allah sebutkan di dalam Al-Quran:

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَـٰكُم مِّن ذَكَرٍ۬ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَـٰكُمۡ شُعُوبً۬ا وَقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوٓاْ‌ۚ إِنَّ أَڪۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَٮٰكُمۡ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ۬   

Baca Juga: Khutbah Jumat: Keutamaan Rapatnya Shaf dan Shaf Pertama dalam Shalat Berjamaah    

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al-Hujurat [49]: 13).

Karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam secara terjadwal mengirim utusannya untuk membawa nilai-nilai tauhid dan universalitas itu kepada masyarakat dunia. Tasul mengirim utudan kepada Kaisat Romawi, Raja Persia, Raja Muqawqia Agung, Raja Qibti mesir, hingga Raja Habasyah Afrika.

Karena itulah, prinsip dakwah adalah menyampaikan Al-Haq kepada seluruh manusia di dunia ini, melalui pengiriman para da’i ke penjuru dunia lewat dunia kuliah maupun kerja, melalui media online dalam berbagai bahasa internasional yang menjangkau manusia seluas mungkin dana melalui mu’tamar jamaah haji seluruh dunia pada bulan Dzulhijjah maupun pada waktu-waktu Umrah sepanjang tahunnnya.

Ketiga, Peradaban Islam memiliki ciri Keadilan. Inilah karakteristik unggul peradaban Islam yang dapat menempatkan antara dua sudut yang saling berhadap-hadapan atau bertentangan.

Islam mengajarkan kita untuk berlaku berimbang, sehingga terhindar dari berbuat dzalim. Tidak boleh cenderung kepada salah satu di antara keduanya dengan suatupengaruh da menusuk pihak yang berlawanan. Juga agar kita tidak mengambil salah satu dari dua belah pihak lebih dari haknya. Bakan terhadap orang yang tidak disukai sekalipun, tetap wajib berlaku adil.

Allah menegaskan di dalam firman-Nya:

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُواْ قَوَّٲمِينَ لِلَّهِ شُہَدَآءَ بِٱلۡقِسۡطِ‌ۖ وَلَا يَجۡرِمَنَّڪُمۡ شَنَـَٔانُ قَوۡمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعۡدِلُواْ‌ۚ ٱعۡدِلُواْ هُوَ أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰ‌ۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Maidah [5]: 8).

Itulah prinsip tawazun, kesimbangan, yang melekat pada risalah Islam yang kekal, yang datang untuk memperluas sudut-sudut bumi dan perputaran zaman.

Begitupun peradaban islam hadir menghimpun antara keperluan ruh dan jasad, duniawi dan ukhrawi, antara ilmu syariat dan lmu hayat, dan menyeimbangkan antara hak dan kewajiban.

Keempat, Peradaban Islam memiliki ciri Sentuhan Akhlak. Akhlak, inilah yang membedakan umat Islam dengan manusia lainnya. Nilai-nilai akhlak ini pun masuk dalam setiap kehidupan manusia.

Nilai-nilai akhlak ini masuk ke dalam dunia ilmu pengetahuan, ekonomi, kemasyarakatan, bahkan dalam perdamaian dan peperangan sekalipun. Dan yang lebih pokok adalah bahwa sumber akhlak peradaban Islam adalah wahyu Allah. Sehingga akhlak itu merupakan nila-nilai yang tinggi dan dapat memperbaiki setiap manusia di setiap zaman dan waktu.

Hal yang lebih mulia lagi adalah bahwa pondasi pokok akhlak itu adalah hadirnya perasaan manusia terhadap pengawasan Allah. Sehingga sentuhan akhlak ini menyebabkan terwujudnya rasa aman yang menjamin kesinambungan peradaban yang abadi.

Inilah kelebihan manusia berakhlak di atas lainnya. Seperti Allah sebutkan di dalam ayat:

وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَـٰهُمۡ فِى ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَـٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَـٰتِ وَفَضَّلۡنَـٰهُمۡ عَلَىٰ ڪَثِيرٍ۬ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلاً۬

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS Al-Isra [17]: 70).

الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله الله أكبر ولله الحمد

Hadirin rahimakumullah

Peradaban dunia tersebut dapat dilakukan oleh kaum Muslimin jika umat Islam bersatu dalam satu kepemimpinan yang bersifat unversal, rahmatan lil ‘alamin.

Dengan bersatunya kaum Muslimin di bawah Pimpinan seorang Imaam atau Khalifah maka segala potensi kaum Muslimin akan tertata dalam memelihara peradaban dunia berdasarkan syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Inilah agama tauhid yang mepersaudarakan kaum Muslimin, seperti Allah sebutkan di dalam firman-Nya :

وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِي. فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ. فَذَرْهُمْ فِي غَمْرَتِهِمْ حَتَّى حِينٍ

Artinya : “Dan sesungguhnya (agama) tauhid ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka menjadi terpecahbelah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu.” (Q.S. Al-Mu’minun [23]: 52-54).

Persatuan dan kesatuan umat Islam adalah kekuatan, sementara bertikai dan berpecah belah justru melemahkan perjuangan. Seperti pada ayat lain Allah mengingatkan:

وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Artinya : “Dan ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Anfal [8]: 46).

Adapun permusuhan dan kebencian sesama kaum Muslimin, merupakan bisikan dan ajakan syaitan. Seperti Allah peringatkan di dalam kalam suci-Nya :

إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاء

Artinya : “Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kalian …” (Q.S. Al-Maidah [5]: 46).

الله اكبر, الله اكبر, لااله الاالله اكبر, الله اكبر ولله الحمد

Jama’ah shalat ‘Idul Adha Rahimakumullah.

Maka momentum Idul Adha ini juga diharapkan sanggup melipatgandakan ruhul jihad fi sabilillah dalam menegakkan kehormatan Islam dan muslimin, untuk menata kembali peradaban dunia, sebagai tanggung jawab diciptakannya manusia sebagai khalifah di muka bumi.

Akhir dari khutbah ini, secara khusus kepada kaum muslimat, Khatib pesankan kepada kalian pandai-pandailah bersyukur kepada Allah, berbakti kepada orang tua, meningkatkan infaq dan amal sholih, serta tidak ketinggalan menopang perjuangan jihad fi sabilillah. Seperti dukungan Siti Hajar pada Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam.

Tidak lupa, perbanyaklah berterima kasih kepada suami yang dengan takdir Allah sebagai pimpinan di rumah tangga kalian, apapun dan bagaimanapun keadaannya, itulah pimpinan kalian wahai kaum muslimat. Karena itu jika suami kalian, ayah dari anak-anak kalian, sedang menunaikan amanah, kuatkanlah dan doakanlah. Juga jika suami kalian, ayah dari anak-anak kalian, sedang dilanda kerugian, masalah, dan musibah, maka shabarkanlah, semangatilah, dan gembirakanlah. Atau jika suami kalian, ayah dari anak-anak kalian, sedang terpuruk dosa dan maksiat, sadarkanlah, ingatkanlah dengan tetap berbakti kepadanya, doakanlah, ajaklah untuk bertaubat dan taqarrub kepada Allah.

Semoga kaum muslimat semuanya menjadi wanita shalihat yang diridhai Allah Subhananhu Wa Ta’ala. Amin Yaa Robal ‘alamin.

Terakhir, marilah kita tundukkan jiwa, rendahkan hati, untuk munajat doa kepada Allah Yang Maha Kuasa. Pada hari mulia ini, mulai detik ini, marilah kita bertaubat dengan taubatan nasuha, kembali ke jalan yang diridhai-Nya, kembali memperbaiki amal ibadah kita yang selama ini kurang sempurna, kita bergandeng tangan menjalin ukhuwah sesama ikhwan, kembali ke barisan jihad secara berjama’ah.

Ingatlah saudara-saudaraku seiman seperjuangan, bahwa kelak kita akan menghadap Allah satu per satu tanpa ada yang menemani kecuali amal sholih kita sendiri selama kita hidup di dunia yang fana ini. Lalu kita akan mempertanggungjawabkan segala apa yang telah kita katakan dan apa-apa yang sudah kita kerjakan, kita amalkan.

الحَمْدُ لله رَبِّ العَلَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْن َوَعَلَى الِهِ وَأَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ .

أَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ اْلأَحْزَابِ اَللَّهُمَّ هْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ. أَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ سَرِيْعَ اْلحِسَابِ اِهْزِمِ اْلأَحْزَابِ أَللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ.

أَللَّهُمَّ احْيِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ بِجَمَاعَةِ اْلمُسْلِمِيْنَ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَسُوْءٍ وَفَاحِشٍ وَمُنْكَرٍ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ .رَبَّنَا ءَامَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.

اللَّهُمَّ انْجِ الْمُسْلِمِيْنَ اللَّهُمَّ انْجِ الْمُؤْمِنِيْنَ فىِ بِلاَدِ الْعِرَاقِ وَأَفْغَانِسْتَانِ وَسُورِيَة وَرَاهِنْياَ وَفَلَسْطِيْنَ خَاصَّةً, وَفىِ بُلْدَانِ اْلمُؤْمِنِيْنَ عَامَّةً. اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى كُفَّارِ أَمِيْرِكَ وَيَهُوْدِ إِسْرَائِيْلَ وَشُرَكَائِهِمْ. اللَّهُمَّ وَشَطَّطْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ اللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ.

رَبَّنَا اَتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ْالأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ أَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأَبْرَارِ يَا عَزِيْزٌ يَا غَفَّارٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّاوَمِنْكُمْ, تَقَبَّلْ يَاكَرِيْم.

(A/RS2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Khadijah