Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.
اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لَاإِلهَ إِلاَّالله وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ ,مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ, وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ, وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
الْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّالله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االداَّعِيْ إِلىَ الصِّراَطِ المُسْتَقِيْمِ.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَماَّ بَعْدُ. فَيَااَيُّهَا الْعَائِدُوْنَ وَالْفَائِزُوْنَ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطّانِ الرَّجِيْم بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ اَمَنوُااتَّقُواالله حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
وَقَالَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهِ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah shalat ‘Idul Adha rahimakumullah.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi-Nya, Sang Pemilik jagat raya, pemelihara langit cakrawala, dan bumi seisinya, kasih sayang-Nya tak terkira dan tak terhingga. Karunia-Nya mengiringi derap langkah kaum Muslimin dan Muslimat semuanya, berkumpul bersama menghadiri shalat Idul Adha, seraya berharap ridha Allah Ta’ala.
Marilah kita bersyukur dengan sebenar-benarnya atas kenikmatan itu semua. Yaitu bersyukur dengan hati, bersyukur dengan lisan dan bersyukur dengan anggota badan.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Bersyukur dengan hati, yaitu dengan mengakui bahwa kenikmatan itu datang dari Allah, merasa ridha dan lapang atas segala pemberian-Nya. Bersyukur dengan lisan, yaitu dengan memuji Allah, berdzikir alhamdulillah. Serta bersyukur dengan anggota badan, yaitu menggunakan anggota badan kita ini untuk taat kepada-Nya.
Selanjutnya shalawat teriring salam terkirimkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dengan membaca shalawat untuk Nabi ini akan mempermudah pengabulan doa munajat kita kepada Allah.
Di samping itu, dengan sering kita mengucapkan shalawat kepada baginda Nabi, akan mendatangkan pahala berlipat ganda, akan dapat mengangkat derajat kita, akan mendapatkan balasan sepuluh kebaikan dari setiap satu shalawat dan insya-Allah menjadi wasilah kita mendapatkan syafa’at dari Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wasallam.
Selanjutnya, khatib mewasiatkan kepada diri, keluarga dan hadirin hadirat sekalian, marilah kita memelihara takwa kepada Allah. Karena dengan takwa itulah, Allah akan memberikan kita jalan keluar atau solusi dari setiap problematika kehidupan, ampunan dan rezki dari arah yang tak terduga.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Ini seperti Allah sendiri janjikan di dalam Al-Quran:
…..وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُ ۥ مَخۡرَجً۬ا (٢) وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُ ۥۤۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَـٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدۡرً۬ا (٣) …… وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُ ۥ مِنۡ أَمۡرِهِۦ يُسۡرً۬ا (٤)
Artinya: “….. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (2) Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan [keperluan] nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan [yang dikehendaki] Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (3) …… Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (4) (QS Ath-Thalaq [65]: 2-4).
Allah juga menyebutkan, betapa keberkahan suatu masyarakat itu akan tumbuh seiring dengan iman dan takwa hamba-hamba-Nya.
Ini sebagaimana firman-Nya:
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS Al-A’raf [7]: 96).
Hal ini menggambarkan betapa limpahan yang turun dari semua arah, dari semua lokasi, tanpa batas waktu, tempat dan jumlah.
Itulah keberkahan yang dijanjikan kepada orang beriman dan bertakwa. Keberkahan itu adalah dapat memberikan manfaat yang banyak serta diiringi dengan kebaikan.
اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
Hadirin-hadirat yang dirahmati Allah
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Pada kesempatan yang berbahagia ini, izinkanlah kami menyampaikan tentang beberapa hikmah dari perayaan Idul Adha atau Idul Qurban yang kita rayakan saat ini. Sedikitnya ada tiga hikmah besar dari hari raya ini.
Hikmah Pertama, kita mulai dari hikmah Berqurban. Berqurban merupakan salah satu syariat Allah sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Berqurban merupakan pelaksanaan perintah Allah:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Artinya: “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah.” (QS Al-Kautsar: 2).
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Pada ayat ini, berqurban disandingkan dengan shalat, yang menunjukkan dua amal ibadah yang sangat penting.
Tentang berqurban, bagi mereka yang ada kelapangan rezki, bisa dilaksanakan pada hari ini 10 Dzulhijjah, atau selama hari-hari tasyrik tiga hari ke depan, tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.
Tentang pahala berqurban terdapat kebaikan dari setiap helai rambut atau bulu hewan qurban tersebut. Ini seperti disebutkan dalam hadits dari Zaid ibn Arqam, ia berkata: “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, apakah qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya Bapak kalian, Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam.” Mereka bertanya, “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
Dampak berikutnya adalah, ibadah qurban mengajarkan agar kita dapat mengorbankan apa yang Allah karuniakan kepada kita, baik harta, ilmu, fasilitas, keluarga, hingga jiwa, untuk meraih ridha Allah.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Adapun tentang shalat yang disandingkan dengan qurban, karena memang shalat merupakan ibadah paling utama keseharian setiap Muslim, pembeda antara keimanan dan kekufuran, serta amal yang pertama kali dihitung di Hari Pembalasan akhirat kelak.
Tentang pentingnya shalat ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
اَلصَّلاَةُ عِمَادُ الدّيْنِ فَمَنْ اَقَامَهَا فَقَدْ اَقَامَ الدّيْنِ وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدّيْنِ
Artinya : “Shalat adalah tiang agama. Barangsiapa yang menegakkan shalat,maka berarti ia menegakkan agama, dan barang siapa yang meninggalkan shalat berarti ia merobohkan agama”. (HR Bukhari Muslim).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Syaikh Sayyid Quthub menguraikan, memelihara shalat menjadi begitu penting mengingat shalat merupakan jalan pertemuan seorang hamba yang dha’if dengan Allah Yang Maha Besar. Dengan shalat, seorang hamba akan merasakan kedekatan dengan Allah, hati menjadi tenang, dan jiwa terbasuh kesejukan.
Shalat ibarat sumber mata air sejuk yang tak pernah kering oleh terik panas perjalanan dunia. Karenanya, orang yang berakal sehat pasti gembira mencelupkan dirinya ke dalam mata air shalat lima waktu sehari semalam.
Shalat juga merupakan penghubung antara makhluk dengan Sang Khalik. Shalat merupakan sebesar-besar tanda keimanan seseorang dan seagung-agung syi’ar keislaman seseorang. Shalat merupakan tanda syukur atas nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya. Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang lima dan merupakan tiang agama Islam.
Pada hadits lain dikatakan:
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلاَمُ، وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ الله
Artinya : “Pokok persoalan adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah berjuang di jalan Allah.” (HR At-Tirmidzi).
اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
Kaum Muslimin dan Muslimat yang dimuliakan Allah
Hikmah Kedua, dari perayaan Idul Adha adalah keteladanan Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam beserta keluarganya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
Gambaran sebuah keluarga yang taat lagi berbakti kepada Allah. Sebuah keluarga yang saling menguatkan dan saling melengkapi dalam beribadah kepada-Nya. Keluarga yang saling mengingatkan, saling menasihati, saling memberi dan saling menjaga agar senantiasa menjadi hamba-hamba-Nya.
Sebuah keluarga yang sabar, tabah, dan kuat dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan. Sekaligus keluarga yang mampu menghadapi godaan syaitan dengan penuh tawakkal kepada Allah.
Lihatlah bagaimana ketika Siti Hajar, isteri Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam, dan puteranya Ismail ‘Alaihis Salam yang masih bayi, saat ditinggalkan tanpa siapa-siapa dan tanpa apa-apa di padang pasir di dekat Baitullah kala itu. Hanya dengan meninggalkan tempat makanan berisi sedikit kurma dan tempat minum berisi air.
Begitu Nabi Ibrahim hendak berangkat kembali ke wilayah Masjidil Aqsha, Ibrahim meninggalkan keduanya. Siti Hajar mengikutinya dan bertanya, “Hendak ke manakah engkau wahai Nabiyullah Ibrahim? Engkau meninggalkan kami di lembah yang tiada siapapun atau apa pun?” Hajar mengulang pertanyaannya beberapa kali.
Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Saat dilihatnya Nabi Ibrahim hanya diam dan tetap terdiam tanpa jawaban. Padahal betapa Nabi Ibrahim yang berhati lembut, penyantun lagi penuh kasih kepada keluarganya, isterinya dan anaknya Ismail yang masih bayi. Betapa ia tak kuasa menjawab pertanyaan itu dan tak tega melihat kedua manusia yang dicintainya itu, untuk memenuhi amanah, perintah Allah untuk berangkat dari Baitullah di Makkah menuju Al-Quds di Palestina.
Lalu, dengan penuh keimanan pula, Siti Hajar pun akhirnya menyampaikan, “Apakah Allah yang menyuruh engkau berbuat demikian?” tanyanya. “Benar,” jawab Nabi Ibrahim. Hajar pun berkata, “Jika demikian, maka Allah tentu tidak akan menelantarkan kami.”
Inilah gambaran ketawakkalan penuh ketika hendak memenuhi seruan Allah, maka cukuplah Allah sebagai pelindung dan penolong.
حَسْبُنَا ٱللَّهُ وَنِعْمَ ٱلْوَكِيلُ – نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِير
Artinya: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. (QS Ali Imran/3: 173). – “Dia adalah Sebaik-baik pelindung dan Sebaik-baik penolong.” (QS Al-Anfal/8: 40).
Inilah dzikir “Hasbunallah wani’mal wakil, ni’mal maula wani’man nashir” yang menegaskan semangat tauhid pada diri orang-orang beriman. Yaitu bahwa hanya kepada Allah sajalah tempat untuk berserah diri dan bertawakkal.
Inilah sebuah kalimat agung yang mengandung makna besar, kandungan yang luar biasa, dan pengaruh yang kuat. Isinya menyebutkan, semua kekuasaan dan kekuatan hanyalah milik Allah.
Ini pulalah dzikir orang beriman memohon perlindungan Allah dari semua kejahatan, ketakutan, ketidakadilam atau kezaliman yang ada.
Belum selesai sampai di situ, beberapa hari Siti Hajar menyusui Ismail kecil dan minum dari tempat perbekalannya. Dan, setelah air itu habis, ia pun kehausan. Demikian pula anaknya. Siti Hajar memperhatikan anaknya kehausan. Ia tak tega. Dengan penuh cinta, ia beranjak pergi mendaki ke Bukit Shafa. Ia berharap ada orang yang akan menolongnya atau menemukan lokasi air. Ketika tak menemukan apa yang dicarinya, ia menaiki satu bukit lainnya, Bukit Marwah. Terus-menerus seperti itu sebanyak tujuh kali, sampai datanglah pertolongan Allah. Tiba-tiba air keluar dari bawah kaki Ismail kecil yang menangis karena kehausan, yang kemudian disebut dengan “air zam-zam”.
Kemudian setelah itu, jama’ah umrah maupun jamaah haji, dan entah sudah berapa miliar kaum Muslimin yang pergi ke Baitullah. Menapaktilasi sa’i antara Shafa dan Marwah dalam tujuh kali jalan kaki, sepanjang sekitar 450 meter kali 7 yaitu 3,15 km bolak-balik. Sebuah penghormatan luar biasa dari Allah kepada Siti Hajar, sekaligus pembelajaran dan ibrah bagi kaum Muslimin.
Begitulah sosok Siti Hajar yahng patut diteladani, bukan hanya karena usahanya mencari air zam-zamnya. Namun karena kesabaran jiwanya, ketabahan hatinya, keteguhan imannya, kethaatan amalnya, ketawakkalan upayanya, dan segala kebaikannya untuk kita teladani.
Puncak keteladanan Nabi Ibrahim ‘Alahis Salam adalah ketika turun perintah untuk menyembelih, mengorbankan putera kesayanganya, Nabi Ismail ‘Alaihis Salam, yang diabadikan di dalam ayat :
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡىَ قَالَ يَـٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلۡمَنَامِ أَنِّىٓ أَذۡبَحُكَ
Artinya: “Maka tatkala anak itu (Isma’il) sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Wahai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi (wahyu) bahwa aku menyembelihmu…..”. (QS Ashshaffat [37]: 102).
Sang anakpun, dengan kemantapan dan kesabarannya menerima permintaan ayahnya sendiri, sebagai bakti anak yang shalih. Ayat melanjutkan :
قَالَ يَـٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّـٰبِرِينَ
Artinya: Ia menjawab: “Wahai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS Ashshaffat [37]: 102).
Inilah gambaran keteladanan keluarga sakinah, mawaddah warahmah, yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam sebagai kepala keluarga yang taat kepada Allah, Siti hajar sebagai isteri shalihat yang patuh kepada suami, dan Isma’il ‘Alaihis Salam sebagai anak shalih yang berbakti kepada kedua orang tuanya.
اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
Hadirin yang sama-sama mengharap ridha Allah
Hikmah Ketiga, momentum ibadah Haji yang beriringan waktunya dengan Hari Raya Idul Adha, adalah perwujudan persatuan, kesatuan dan persaudaraan umat Islam sedunia, dalam prosesi ibadah haji di tanah suci Makkah Al-Mukarromah.
Jutaan jamaah haji, dengan memakai kain ihram putih yang sama, thawaf mengitari Ka’bah yang sama, Wukuf di Padang Arafah yang sama, melempar jumrah pada tempat yang sama, hingga bertalbiyah dengan kalimat yang sama, “Labbaika allaahumma labbaika”.
Ini menunjukkan bahwa pada hakikatnya umat Islam adalah umat yang satu. Sebagaimana Allah sebutkan di dalam firman-Nya :
وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِي
Artinya : “Dan sesungguhnya (agama) tauhid ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada-Ku.” (QS Al-Mu’minun [23]: 52).
Persatuan dan kesatuan umat Islam adalah kekuatan, sementara bertikai dan berpecah-belah justru melemahkan perjuangan. Seperti pada ayat lain Allah mengingatkan :
وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Artinya : “Dan ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Anfal [8]: 46).
Allah pun menegaskan sekali lagi di dalam ayat:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا
Artinya : “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai-berai……” (QS Ali ‘Imran [3]: 103).
الله اكبر, الله اكبر, لااله الاالله اكبر, الله اكبر ولله الحمد
Demikianlah Jama’ah ’Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Akhir dari khutbah ini, secara khusus kepada kaum muslimat, Khatib pesankan kepada kalian pandai-pandailah bersyukur kepada Allah, meningkatkan bakti kepada suami, meningkatkan infaq dan amal sholih, serta terus mendukung perjuangan di jalan Allah. Seperti dukungan Siti Hajar kepada suaminya, Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam.
Semoga kaum muslimat semuanya menjadi wanita shalihat yang diridhai Allah Subhananhu Wa Ta’ala. Amin Yaa Robal ‘alamin.
Doa
Terakhir, marilah kita tundukkan jiwa, rendahkan hati, untuk munajat doa kepada Allah Yang Maha Kuasa. Pada hari mulia ini, mulai detik ini, marilah kita bertaubat dengan taubatan nasuha, kembali ke jalan yang diridhai-Nya, kembali memperbaiki amal ibadah kita yang selama ini kurang sempurna, kita bergandeng tangan menjalin ukhuwah islamiyah.
الحَمْدُ لله رَبِّ العَلَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْن َوَعَلَى الِهِ وَأَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ .أَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ اْلأَحْزَابِ اَللَّهُمَّ هْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ. أَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ سَرِيْعَ اْلحِسَابِ اِهْزِمِ اْلأَحْزَابِ أَللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ. أَللَّهُمَّ احْيِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ بِجَمَاعَةِ اْلمُسْلِمِيْنَ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَسُوْءٍ وَفَاحِشٍ وَمُنْكَرٍ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ .رَبَّنَا ءَامَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. اللَّهُمَّ انْجِ الْمُسْلِمِيْنَ اللَّهُمَّ انْجِ الْمُؤْمِنِيْنَ فىِ َفَلَسْطِيْنَ خَاصَّةً, وَفىِ بُلْدَانِ اْلمُؤْمِنِيْنَ عَامَّةً.
رَبَّنَا اَتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ْالأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ أَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأَبْرَارِ يَا عَزِيْزٌ يَا غَفَّارٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّاوَمِنْكُمْ, تَقَبَّلْ يَاكَرِيْم.
(A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)