Khutbah Idul Adha: Refleksi Kesatuan Umat dan Kepedulian Sosial Melalui Haji dan Kurban

Khutbah Idul Adha (foto: dok MINA)

Disusun oleh Majelis Dakwah Pusat Jama’ah Muslimin (Hizbullah)

 اَلْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْن، اَلْحَمْدُ لله الّذِي أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعَمِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ، اَلْحَمْدُ لله الَّذِي جَعَلَ لَنَا مِن شَعَائِرِ هَذَا الدِيْنَ شَعِيْرَةَ الأضْحَى الْمُبَارَك، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِالله مِن شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِن سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَن يُضلِّلْ فَلَا هَادِيَ لَه. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْن، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللّٰه، أُوْصِيْنِيِ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰه، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Kaum Muslimin Jama’ah Idul Adha rahimakumullah.

Segala puji bagi Allah , Rabb semesta alam, yang telah memberikan nikmat iman dan Islam kepada kita, yang telah mengaruniakan kesempatan untuk merayakan hari raya Idul Adha dengan penuh suka cita. Marilah kita senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah  berikan kepada kita.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad , beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan, dengan sebenar-benar takwa, memperkokoh iman, dengan keimanan yang benar, sebagaimana yang Rasulullah contohkan. Itu semua menjadi bukti dan wujud syukur kita kepada-Nya.

الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Kaum Muslimin Jama’ah Idul Adha rahimakumullah.

Hari ini, di bawah sinar keberkahan bulan Dzulhijjah yang mulia, kita bersatu dalam rangka merayakan hari yang penuh berkah, yaitu hari raya Idul Adha.

Bulan Dzulhijjah adalah bulan yang istimewa bagi umat Islam, karena di dalamnya terdapat syariat melaksanakan ibadah haji dan kurban.

Haji dan kurban merupakan sebuah momen yang penuh makna, menjadi bukti pengabdian kita kepada Allah , sekaligus menjadi mengingat kisah agung pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail alaihimas salam, yang memiliki ikatan cinta dan ketaatan yang sangat mendalam kepada Allah Sang Pencipta.

Hari ini kita berkumpul untuk melaksanakan salah satu sunnah Rasulullah  yaitu melaksanakan shalat Idul Adha. Sementara, kaum Muslimin yang saat ini berada di Tanah Suci, sebagai tamu Allah , dhuyufurrahman, berkumpul melaksanakan wuquf di ‘Arafah dan saat ini sedang berada di Mina untuk melaksanakan Jumratul ‘Aqabah.

Mereka dengan pakaian ihramnya, berasal dari berbagai bangsa, datang dengan latar belakang bahasa, ras, warna kulit, budaya dan strata sosial yang berbeda. Namun, mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu memenuhi panggilan-Nya, untuk bersujud, meng-Esakan Allah  semata.

Bagi kaum Muslimin yang tidak berhaji ke Baitullah, mereka disyariatkan menunaikan Shalat Idul Adha dan menyembelih hewan kurban. Ibadah kurban yang dilaksanakan merupakan salah satu upaya mendekatkan/diri taqarrub kepada Allah  dan bukti syukur atas limpahan nikmat yang telah Allah   berikan.

Nabi Ibrahim عَلَیهِ‌ السَّلام adalah contoh teladan bagi kita semua dalam hal ketaatan. Beliau bersedia meninggalkan keluarganya, di lembah yang kering dan tandus, demi melaksanakan perintah Allah .

Ibadah haji membawa makna “menanggalkan” segala bentuk kemewahan duniawi dan fokus sepenuhnya melaksanakan perintah Allah . Dalam ibadah haji, setiap Muslim melakukan serangkaian ibadah yang telah ditetapkan. Mulai dari ihram, thawaf, sa’i, hingga wuquf di Arafah. Semua rangkaian ibadah itu mengajarkan pentingnya ketundukan dan kepatuhan kepada Allah .

Baca Juga:  Tahun 2025 Akan Menjadi Haji Terakhir di Musim Panas 

Dalam prosesi haji, para hujjaaj diajarkan untuk sabar dan ikhlas. Ketika thawaf, mereka mengelilingi Ka’bah sebagai simbol kedekatan dengan Allah. Ketika sa’i, mereka berjalan antara bukit Shafa dan Marwah, mengenang perjuangan Hajar mencari air untuk Ismail. Ketika mereka wuquf di Arafah, mereka berdiam diri, berdoa, dan bermuhasabah, menyesali dosa-dosa yang telah diperbuat, memohon ampunan dan petunjuk-Nya. Semua ini adalah bentuk latihan spiritual untuk memperkuat iman dan takwa kepada Allah .

الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Kaum Muslimin Jama’ah Idul Adha rahimakumullah.

Perintah berkurban mengajarkan kepada kita bahwa dalam beribadah, kita harus siap berkorban apa saja yang kita miliki, termasuk harta yang kita cintai.

Nabi Ibrahim عَلَیهِ‌ السَّلام rela mengorbankan putranya sebagai bentuk ketaatan, yang kemudian Allah    ganti dengan seekor domba sebagai bentuk kasih sayang dan rahmat-Nya.

Allah  berfirman dalam Al-Qur’an, surah Ash-Shaffat ayat 102-107:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’

Kisah Nabi Ibrahim عَلَیهِ‌ السَّلام dan Ismail عَلَیهِ‌ السَّلام  mengajarkan kepada kita tentang ketaatan, ketulusan, dan pengorbanan.

Kurban bukan sekadar ritual tahunan, tetapi memiliki makna yang mendalam. Kurban mengajarkan tentang pentingnya mendekatkan diri kepada Allah , mengorbankan hal-hal yang kita cintai demi mencapai keridhaan-Nya, dengan cara berbagi kepada sesama.

Rasululullah  memberikan kabar gembira dengan balasan pahala yang luar biasa, bahwa Allah  menjadikan pelaksanaan kurban sebagai salah satu ibadah yang sangat dicintai-Nya,

مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

“Tidaklah pada hari Nahr manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah dibanding mengalirkan darah dari hewan kurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan kurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.” (H.R Ibnu Majah dan At-Tirmizi)

Berkurban juga dapat memperkuat iman dan taqwa kepada Allah . Allah  berfirman dalam surah Al-Hajj ayat 37:

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Dalam pelaksanaan ibadah kurban, yang menjadi tujuan utama bukanlah sekadar menyembelih hewan dan membagikan dagingnya kepada sesama, tetapi lebih dari itu, untuk meraih ketakwaan kepada Allah  dengan menyembelih sifat-sifat buruk kita, menghilangkan ego kesombongan, dan membuang ego perpecahan di antara kita, sehingga persatuan umat dapat terwujud.

Baca Juga:  Muslim Nigeria Rayakan Idul Adha di Tengah Krisis Ekonomi

الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Kaum Muslimin Jama’ah Idul Adha rahimakumullah.

Tentu kita tidak boleh lupa juga, bahwa salah satu tempat yang sangat bersejarah dalam perjalanan Nabi Ibrahim عَلَیهِ‌ السَّلام adalah Palestina. Sebagaimana dikisahkan dalam surat Al-Anbiya ayat 71 yang berbunyi:

 وَنَجَّيْنَاهُ وَلُوطًا إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا لِلْعَالَمِينَ

“Kami menyelamatkannya (Ibrahim) dan Lut ke tanah (Syam) yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam.” (QS. Al Anbiya: 71)

Tafsir Kementerian Agama RI menjelaskan bahwa Allah  melengkapi rahmat-Nya kepada Nabi Ibrahim عَلَیهِ‌ السَّلام, yaitu dengan menyelamatkannya dari kejahatan warga kota Ur di Mesopotamia Selatan yang ingin membakarnya hidup-hidup. Lalu ia hijrah ke negeri Harran, kemudian ke Palestina di daerah Syam.

Bumi Palestina bukan hanya tanah suci bagi umat Islam, tetapi juga menjadi saksi perjuangan dan pengorbanan para nabi dalam berdakwah menegakkan agama Allah.

Saat ini, Palestina berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Saudara-saudara kita di Palestina hidup dalam tekanan, ketidakadilan, dan penderitaan yang terus-menerus. Kita tidak boleh melupakan mereka. Kita harus selalu ingat bahwa Palestina adalah bagian dari sejarah dan keimanan kita, Allah  berfirman:

“سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS. Al-Isra: 1).

Ayat ini mengingatkan kita tentang pentingnya Masjidil Aqsa dan wilayah sekitarnya, termasuk Palestina. Bumi ini telah diberkahi oleh Allah dan menjadi tempat yang penuh dengan sejarah keimanan.

Sebagai umat Islam, kita memiliki kewajiban untuk saling tolong-menolong dan membantu mereka yang berada dalam kesulitan.

Marilah kita jadikan Idul Adha ini sebagai waktu untuk meningkatkan kepedulian kita terhadap kondisi Palestina. Mari kita doakan agar Allah  memberikan kekuatan dan ketabahan kepada mereka.

Mari kita juga berkontribusi secara nyata dengan memberikan bantuan materi dan dukungan moral kepada mereka. Ingatlah bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan, sekecil apapun, akan mendapatkan balasan yang besar dari Allah  .

الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Kaum Muslimin Jama’ah Idul Adha rahimakumullah.

Refleksi dari perintah ibadah haji dan perintah ibadah kurban juga mengajarkan kita akan pentingnya persatuan dan kesatuan kaum muslimin. Ibadah haji menyatukan umat Islam dari seluruh dunia dalam satu tempat, dalam satu tujuan, dengan satu tata cara yang sama.

Ini adalah simbol nyata dari kesatuan umat Islam. Begitu juga dengan ibadah kurban, yang mengajarkan kita tentang pengorbanan yang tulus demi Allah  dan kepentingan bersama.

Baca Juga:  Jamaah Haji Nafar Awal di Mina Kambali Ke Hotel Makkah

Ingat bahwa kita, sesama mukmin adalah bersaudara.  Allah  berfirman dalam Al-Qur’an, surah Al-Hujurat ayat 10:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Oleh karena itu, damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”

Menguatkan ukhuwah Islamiyah, persaudaraan dalam Islam, adalah tanggung jawab kita semua. Mari kita jadikan Idul Adha ini sebagai titik balik untuk merajut kembali tali persaudaraan. Allah  berfirman dalam Al-Qur’an:

“وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا”

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai-berai” (QS. Ali Imran: 103).

الله اكبر الله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Kaum Muslimin Jama’ah Idul Adha rahimakumullah.

Persatuan adalah esensi dari ajaran Islam sebagaimana diisyaratkan dalam surat Ay-Syura ayat 13 yang dibawa para Rasul Ulul Azmi, bahwa inti syariat adalah an aqiimuddin walaa tatafarraquu fiih.

شَرَعَ لَكُمْ مِّنَ الدِّيْنِ مَا وَصّٰى بِه نُوْحًا وَّالَّذِيْٓ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهٓ اِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى وَعِيْسٰٓى اَنْ اَقِيْمُوا الدِّيْنَ وَلَا تَتَفَرَّقُوْا فِيْهِۗ ….

“Dia (Allah) telah mensyariatkan bagi kamu agama yang Dia wasiatkan (juga) kepada Nuh, yang telah Kami wahyukan kepadamu (Nabi Muhammad), dan yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu: tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya. …. .”

Oleh karena itu, marilah kita semua berupaya untuk menjaga dan memperkuat kesatuan umat Islam dalam wujud Al-Jama’ah. Dengan berjamaah, kita akan menjadi umat yang diberkahi dan mendapatkan rahmat dari Allah .

اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَ اْلفُرْقَةُ عَذَابٌ

“Jama’ah itu rahmat dan firqoh itu adzab.” (HR. Ahmad)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah         

Akhirnya, marilah kita berdoa, dengan meluruskan niat, membersihkan hati dan menjernihkan pikiran. Semoga Allah  memperkenankan doa hamba-hamba-Nya yang ikhlas.

الحَمْدُ للهِ الَّذِي أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا، وَسَلَّمَ اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّينَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ،

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ وَنَتُوبُ إِلَيْكَ، وَنَصْلِي وَنُسَلِّمُ عَلَى رَسُولِكَ الْكَرِيمِ، الَّذِي أَرْسَلْتَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ، اللَّهُمَّ أَهْدِنَا لَاهْدِيهِ، وَانْصُرْنَا لَنَصْرِيهِ، وَارْضَ عَنَّا لَارْضَاكَ، وَتَوَلَّنَا وَلاَ تَوَلَّ عَلَيْنَا، وَعَافِنَا وَاعْفُ عَنَّا، وَارْزُقْنَا وَارْزُقْ عَلَيْنَا، وَبَارِكْ لَنَا فِيمَا أَعْطَيْتَنَا، وَقِنَا شَرَّ مَا قَضَيْتَ، إِنَّكَ تَقْضِي وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، إِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ أُضْحِيَتَنَا هَذِهِ قُرْبَانًا مَقْبُولًا لَدَيْكَ، وَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَتَقَبَّلْ تَوْبَتَنَا، وَارْزُقْنَا الإِخْلاَصَ فِي نِيَاتِنَا وَعَمَلِنَا.

اللَّهُمَّ وَحِّدْ صُفُوفَ الْمُسْلِمِينَ، وَاجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الْحَقِّ وَالْهُدَى، وَأَزِلْ عَنْهُمْ الْفُرْقَةَ وَالشِّقَاقَ، وَاجْعَلْنَا يَا رَبَّنَا مِنَ الَّذِينَ يَسْعَوْنَ لِخَيْرِ هَذِهِ الأُمَّةِ وَوَحْدَتِهَا.

اللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا فِي فِلَسْطِين، وَكُنْ لَهُمْ عَوْنًا وَمُعِينًا، وَحَافِظْهُمْ بِحِفْظِكَ وَنُصْرَتِكَ، وَفَرِّجْ كُرْبَتَهُمْ، وَارْزُقْهُمْ الأَمْنَ وَالأَمَانَ، وَأَنْزِلْ عَلَيْهِمْ نَصْرَكَ الَّذِي وَعَدْتَهُمْ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي أَعْمَالِنَا، وَاجْعَلْهَا خَالِصَةً لِوَجْهِكَ الْكَرِيمِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الْمُتَّقِينَ الَّذِينَ تَرْفَعُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَاجْعَلْ أَضَاحِيَّنَا شَاهِدَةً لَنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِينَا وَلِجَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ.

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

(Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Widi Kusnadi

Editor: Widi Kusnadi