Oleh : R. Affifuddin ZA.
أللهُ أكْبَرُ أللهُ أكْبَرُ، لاَ إلَهَ إلاَّ اللهُ أللهُ أكْبَرُ. أللهُ أكْبَرُ، عَدَدُ مَا صَامَ صَائِمٌ وَّ أَفْطَر. أللهُ أكْبَرُ ، عَدَدُ مَا هَلَّلَ مُهَلِّلٌ وَّكَبَّرَ. أللهُ أكْبَرُ، عَدَدُ مَا سَهَّلَ اللهُ لِلْعِبَادِ طَرِيْقَ الْعِبَادَةِ وَ يَسَّرَ. أللهُ أكْبَرُ، عَدَدُ مَا الْتَزَمَ الْمُلْتَزِمُ وَاصْطَبَرَ. أللهُ أكْبَرُ، عَدَدُ مَا فِى الدُّنْيَا وَ يَأْكُلُ مِنْهَا الْبِرُّ وَالْفَاجِرُ، وَالْمُؤْمِنُ وَالْكَافِرُ، وَالآخِرَةُ وَعْدٌ صَادِقٌ وَ وَافِـرٌ، يَحْكُمُ فِيْهَا مُلْكٌ قَاهِرٌ. أللهُ أكْبَرُ أللهُ أكْبَرُ، لاَ إلهَ إلاّ اللهُ أللهُ أكْبَرُ، أللهُ أكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
ألْحَمْدُ للهِ الَّذِي اَنْعَمَ عَلَيْنَا بِـبَرَكَةِ صِيَامِ رَمَضَانَ حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِى مَزِيْدَهُ, وَتَفَضَّلَ عَلَيْنَا بِصَوْمِهِ الرَّحْمَةَ وَالْمَغْفِرَةَ, وحِيْنَمَا تَوَجَّهْنَا بِوَجْهِ اللهِ الْعَالِيَةِ, ثُمَّ أَخْرَجَ اللهُ الصَّائِمِيْنَ بِعِظَامَتِهِ مُتَّقِيْنَ فَائِزِيْنَ بِأَنَّـهُ غَفِرَلَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ, أَشْهَدُ أَنْ لاَإلهَ إِلاَّ اللهُ شَهَادَةٌ يُنَزِّلُ قَائِلَهُ جَنَّةً وَشَفَاعَةً فِى الآخِرَةِ, وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِى بِإتْـبَاعِهِ يُرْجَى الْفَوْزُ بِالْمَوَاهِبِ اللَّدُنِيَّةِ, أَلَّذِى حُـبُّهُ دَخَائِرُ الْعُقْبَى وَهُوَ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ. أللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إبْرَاهِيْمَ خَلِيْلِ اللهِ ، صَلاَةً وَسَلاَمًا دَائِمَيْنِ مُتَلاَزِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ، أمَّا بَعْدُ.
وَقَالَ جَلَّ وَعُلاَ وَهُوَ أصْدَقُ مَنْ قَائِلُ: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ [المائدة: 25]. …وَمَنْ يَـتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْـبُهُ…. [الطلاق: 2-3].
أللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ , لاَإلهَ إلاَّاللهُ , أللهُ أكْبَرُ , أللهُ أكْبَرُ وَللهُ الْحَمْدُ ….
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Kegembiraan yang Merata
Puji syukur kita panjatkan kehaḍirat Allāh Subhananu wa Ta’ala, karena pada pagi hari ini, kita telah dapat menye-lesaikan ibadah shaum Ramaḍan.
Kemudian kita sempurnakan segala aktifitas ibadah kemarin de-ngan berkumpul dilapangan terbuka untuk mengi-kuti serangkaian ṣalat ‘ied dengan luapan suka cita, dihadapan kebesaran-Nyaatas ni’mat besar dan kemenangan yang telah kita raih.
Syukur dan bahagia yang kita rasakan hari ini adalah nikmat yang insya Allāh kita rasakan tiap ta-hun. Ini tentu jauh lebih mahal dari lembaran dollar dan dinar-dirham, lebih tak ternilai dibanding timbu-nan harta dan koleksi emas batu permata.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Kegembiraan hari ini sungguh merata; yang tua, muda, anak-anak, dewasa, laki-laki dan pe-rempuan. Mulai dari gubuk-gubuk reyot yang mis-kin di sudut-sudut kampung, mereka yang tinggal di kolong jembatan, sampai penghuni rumah-rumah elite dan mewah, di antara keangkeran taman-ta-man beton, pagar-pagar tinggi yang angkuh. Mulai dari kota yang kosmopolis-metropolis sampai desa-desa yang bersahaja, di seluruh penjuru dan pelo-sok bumi Allāh yang kian uzur ini. Di 50 negara du-nia yang berpenduduk Muslim, baik yang minoritas maupun yang mayoritas. Dari Maroko sampai Me-raoke, dari Teluk Persi sampai Cileungsi, dari negri-negri miskin yang sarat konflik sampai Negara-negara maju yang banyak intrik. Semua, dihari ini, merasakan bahagia dalam balutan kasih sayang Allāh Azza wa Jalla.
Kemudian saling silaturrahmi, do’a mendo’a-kan, bersalaman, ma’af mema’afkan, berpelukan erat penuh suka cita dan mahabbah antar keluarga dan handai tolan, serta seluruh kaum Muslimin. Menanggalkan segala atribut duniawi dan status sosial, mengubur dalam-dalam semua benci,iri-dengki,kecongkakan dan permusuhan. Taqob-balallōhu minnā wa minkum.……
Saudara-saudara sekalian !
Kegembiraan di hari pagi ini, diiringi takbīr yang kita ucapkan sejak berangkat dari rumah tadi. Kita pancang kuat-kuat, kita resapi di lubuk hati, dengan sepenuh keimanan. Bahwa: Dia-lah Allāh yang Maha Kuasa yang kekuasaan-Nya meliputi segala sesuatu tanpa batas, baik yang ada di bumi mau-pun diketinggian langit, di kedalaman laut dan ham-paran daratan, yang tampak maupun yang tersem-bunyi. Dia-lah Allāh Yang Maha Pencipta, Mem-bentuk wajah dan fisik milliaran umat manusia dari masa ke masa, yang antara satu dengan lainya ti-dak pernah ada yang sama: Beragam bahasa (sekarang didunia terdapat kurang lebih 46.000 bahasa), Suku Bangsa (sekarang didunia terdapat kurang lebih 76.000 suku bangsa), warna kulit, kultur dan budaya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Gema takbīr tahmīd tersebut tidak saja meng-gema memekakan telinga, tetapi sejatinya diresapi sepenuh keimanan, dihayati secara mendalam. Se-hingga dapat mengubur dalam-dalam segala ego dan kesombongan yang kerapkali menjadi ganjalan kedekatan antara kita dengan Allāh ‘Azza wa Jalla, sampai dapat terkuak misteri ke-tidak harmonisan hubungan kita dengan-Nya, membuka kesadaran hati yang ada kalanya melarikan diri dari-Nya.
Taqwa : Realisasi pada Pasca Shaum
Insya Allāh, ṣaum yang baru saja kita selesai-kan, dapat membekali dan mengantar kita mendapat maha piala dari Allāh bagi para peserta word fair ramaḍan menjadi mut-taqūn (orang-orang taqwa), dengan pengertian yang luas menyangkut berbagai aspek kehidupan, tidak sebatas pengerti-an yang sering didefinisikan. Karena taqwa adalah serangkaian tatanan hidup yang lengkap, cerminan pengamalan Al-Qur’ān dan Sunnah dengan mena-pak tilas uswah hasanah (sunnah Nabawiyah) Ra-sūlullāh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan kesalehan para sahabatnya.
Taqwa sebenarnya merupakan konsekwensi logis dari keimanan yang kokoh, hanya tunduk dan patuh pada syari’at Allāh, di iringi dengan realitas amaliyah sehari-hari, yaitu selalu di pupuk dan di-siram dengan ilmu-ilmu-Nya, merasa takut terha-dap murka dan Azab-Nya, serta selalu berharap limpahan karunia, keriḍoan dan ampunan-Nya. Hendaklah jangan sampai kita terjerumus dalam kubangan larangan-larangan-Nya. Cegah azab murka-Nya itu dengan banyak melakukan amar ma’ruf nahi munkar, selalu merasa dalam penga-wasan-Nya baik di kala sendiri atau bersama orang banyak.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Sahabat Ubay bin Ka’ab mengillustrasikan ten-tang taqwa, ketika ditanya oleh Umar bin Al Khat-tab, Juga seorang mufassir Ibnu Mu’taz memberi nasihat, bagaimana mencapai taqwa, yaitu:
“Tinggalkan segala perbuatan dosa apapun, baik yang kecil maupun yang besar, dan bertingkah lakulah seperti orang yang sedang berjalan di atas jalan yang penuh onak dan duri, selalu waspada dari setiap apa yang dilihatnya. Jangan meremeh-kan perbuatan yang dipandang dosa kecil, karena gunung yang tinggi sekalipun, tersusun dari butian-butiran batu kerikil yang kecil-kecil hingga men-julang tinggi dan kokoh”.
Rasūlullāh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menegaskan, “Seseorang, kata tidak akan dapat meraih taqwa, kecuali jika sang-gup menghin–dari hal-hal yang tidak ada manfaat-nya meskipun dianggap tidak berdosa, ia lakukan semata-mata karena khawatir terjerumus ke dalam dosa secara tidak sadar”. (HR. At Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Dan insya Allāh predikat taqwa itu kita akan sama-sama meraihnya, jika kita dapat mengeja-wantahkan tujuan ṣaum tersebut, pada 11 bulan berikutnya, terhadap muatan-muatan hikmah dan faḍilah yang terkandung di dalam bulan tersebut, sebagai madrasah mutamayyizah, bulan Pembinaan ruhani dan jasmani sekaligus, lembaga pensucian dan pembersihan jiwa un-tuk meng-up grade secara kwalitatif. Bukan bulan yang menciptakan ke-ṣoleh-an temporer. Sifat baik, dermawan, ṣalat malam dan baca Al-Qur’ān hanya dilakukan pada bulan ramaḍan saja, lalu aktivitas mulia itu lenyap dan akhlaq-akhlaq tercela kembali kumat setelah lewat dari bulan suci ini. Naużu billāh.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Realisasi Hikmah Shaum
Para Ikhwaaan-Akhwat yang di cintai Allāh.
Oleh karena itu marilah kita resapi dalam hati yang paling dalam, sebagai bahan tafakkur dan taż-kirah yang amat berharga. Kita petik hikmah ṣaum ramaḍan sebulan penuh yang baru saja kita tinggal-kan. Karena setiap syari-’at yang Allāh tetapkan -Nya, seperti yang disampaikan oleh Syaikh Muḥammad Abduh dalam Kitab Tafsīr Al Manar, pasti mengandung hikmah besar dan mendalam. Begitupun hikmah ṣaum.
Islām telah begitu sempurna menurunkan kon-sep, dan yang pasti tidak untuk menyengsarakan ummat-Nya jika dijalankan dengan benar, karena operasionalisasi pengamalannya sudah ditunjuk-kan oleh teladan Rasūlullāh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di tengah-tengah para sahabat, kemudian dilanjutkan oleh penerus kepemimpinannya, Khulafā ur Rāsyidīn Al Mahdiyyīn.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Dalam Islām, seyogianya tidak ada jurang pe-misah antara yang kaya dengan yang miskin, birokrat dengan orang-orang melarat, tidak ada kelas proletar dengan feodal. Hingga terciptalah suasana harmoni masyarakat madani yang barokah dalam kemasan ukhuwwah Islāmiyyah yang disegani du-nia serta dikenang sepanjang zaman.
Mari kita bergegas bersama para hamba Allāh yang tulus ikhlas ingin memperibadati-Nya berdasarkan warisan Rasūlullāh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu. Bebaskan diri dan keluarga dari azab perpecahan, dari perbuda-kan ṭoghut, watsani, ashobiyyah dan politik praktis, jerat dari musuh-musuh Allāh yang justru semakin mempertajam sekat dan jurang pemisah antar sesama Muslim. Yakni dengan sama-sama me-negakkan kembali khilafah ’ala minhajin nubuwwah,
Allāh berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا [النور: 55].
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
“Dan Allāh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagai-mana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebe-lum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan me-neguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan me-nukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa.”. (QS. An Nūr [24]: 55).
Kemudian juga Rasūlullāh SAW tegaskan:
….ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
“…..Kemudian akan ada masa ke-khilafah-an yang tegak atas dasar system kenabian”. (HR. Ahmad).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus
Seharusnya segala aktifits ibadah ramaḍan selama sebulan penuh itu, sudah cukup menggu-gah analisis kesadaran aqidah kita terhadap mua-tan-muatan hikmah agung yang terkandung di da-lamnya.
Dengan ṣaum ramaḍan, Allāh tunjukkan bahwa umat Islām adalah umat yang satu dan ter-pimpin; sama saat berbuka dan sahur, sama me-ngawali dan mengakhiri, taraweh, tadarrus dan lain-lain. Hanya saja amat disayangkan kesatuan dan keterpimpinan yang diperlihatkan pada pelaksana-an seputar ibadah ramaḍan ini justru kontras dengan realitas kondisi umat Islām saat ini.
تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّى [الحشر: 14].
“….kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah….”. (QS. Al Hasyr [59]: 14).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kabar Gembira bagi yang Mentaati Allah dan Rasul-Nya
Harmoni kersatuan dan keterpimpinan umat Islām sepeninggal Rasūlullāh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berada dalam kepemimpinan khilafah, kini tercabik-cabik nafsu kekuasaan dalam firqah-firqah. Terlebih setelah tumbangnya ke-khila-fah-an versi mulkan Aḍḍlan dan Jabbariyyah yang ditandai dengan runtuhnya khilafah Islāmiyyah abad modern (tahun 1924 M.), Turki Utsmani.
Maka setelah tumbang kepemimpinan umat Islām dengan sistim khilafah yang berkuasa dimuka bumi ini selama + 13 abad. Maka hegemoni konspi-rasi Barat-pun telah berhasil mengoyak-ngoyak tu-buh Muslimin menjadi kepingan-kepingan territorial di lebih dari 50 negara, dengan jerat lingkaran setan nasionalisme, kapitalisme, liberalisme dan material-lisme. Masing-masing terbelenggu dengan urusan territorialnya, belum lagi jerat harokah, firqah dan ideology, syahwat dan urusan perut, yang akhirnya tidak peduli lagi dengan nasib saudaranya, darah daging-nya yang beda faham atau bedanegara.
Bebaskan Bumi Para Nabi dari Cengkeraman Zionis
Dalam menghadapi kebiadaban Zionis Isra’el di Palestina saja hingga saat ini Muslimin dibuat tidak berdaya oleh mereka yang jumlahnya yang kurang dari 6 juta, dibandingkan dengan jumlah total Mus-limin diseluruh penjuru bumi. Muslimin di negri itu terpaksa harus berjuang sendiri dengan senjata apa adanya, menghadapi kebiadaban Isra’el dengan tank-tank, senjata modern dan rudal penjelajah. Difasilitasi pula oleh konspirasi negara-negara kolo-nialis dunia, didukung oleh PBB sebagai boneka mainannya. Akibatnya dapat dipastikan, jangankan untuk melawan, sekedar untuk menahan tindakan keji serdadu Isra’el saja mereka tidak berdaya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Keutamaan Rapatnya Shaf dan Shaf Pertama dalam Shalat Berjamaah
Belum lagi dikuasainya berbagai media mas-sa oleh kaum kuffar, justru telah mencekoki opini dunia bahwa berdirinya Negara Yahudi Isra’el di tanah Kan’an bumi para Nabi itu, menurut proxy Barat adalah sah, baik secara histories, agama, ataupun hukum internasional. Juga yang sangat ironis dikalangan orang-orang Islāmpun yang telah terkotak-kotak dipisahkan oleh garis territorial Ne-gara tersebut, tidak sedikit yang terhipnotis oleh rekayasa pemalsuan sejarah Zionis tersebut, se-hingga pada gilirannya segala bentuk keberutalan yang terus dilakukan oleh mereka sampai sekarang di Palestina, tidak kunjung mendapat simpati du-nia secara kongkrit dan riil, khususnya dunia Islām, mereka malah tampak asyik menonton babak demi babak adegan tangisan pilu rakyat Palestina yang dirampas hak dan kemerdekaannya.
Sementara itu, Negara-negara Islām Arab Ti-mur Tengah, diam membisu, sama sekali tidak ingin memainkan peranannya sebagai sesama negara Arab, apalagi sebagai sesama muslim, yang se-jatinya tidak akan nyenyak tidur dan enak makan ketika mendengar jerit tangis saudara dan darah dagingnya yang teraniaya.
Bahkan ironisnya secara politis, atas nama hu-bungan billateral antar negara yang berdaulat, de-ngan berbagai macam tekanan Barat, banyak ne-gara-negara Arab baik secara langsung maupun tidak yang telah menjadi kue lapis makanan empuk Barat ikut mendukung keberadaan negara Zionis Isra’el di tanah Palestina yang nyata-nyata telah menodai “HAM” ciptaan mereka tersebut.
Karena media informasi sepenuhnya dikuasai Barat pro Isra’el yang terus menerus menyuguh-kan berita heroistik orang-orang yang dalam Al-Qur’ān mereka pernah dikutuk menjadi (ma’af) kera dan babi tersebut, bahwa –– katanya –– pendudu-kan Yahudi di Palestina dalam rangka kembali ke-tanah leluhur. Maka hal ini tak pelak lagi telah membuat buta mata dan hati masyarakat dunia, diakui atau tidak, telah ikut menyuarakan penga-kuannya terhadap keberadaan negara yang diprok-lamirkan sejak tahun 1948 itu. Bahkan untuk me-ngokohkan pencaplokannya, mereka berhujjah dengan argumen keagamaan yang tertera dalam kitab suci ciptaan mereka.
Dasar hukum Agresi Yahudi Isra’el ke tanah Palestina, mereka berpedoman kepada: 1) Buku Der Judenstaat atau The Jewish State (Pendirian Negara Yahudi) yang dikeluarkan oleh Theodore Herzl, pendiri Gerakan Zionisme, 2) Perjanjian Balvour tahun 1917, dan 3) Kitab Talmud.
Maka sesungguhnya jika dianalisa ketiganya tidak ada kekuatan hukum sama sekali. Sebab Inggris (Eropa) dengan Balvour dan gerakan Zio-nisnya, merekomendasikan dan menjanjikan ke-pada etnis Yahudi, tanah Palestina yang bukan milik Yahudi ataupun milik Inggris. Sedangkan Talmud adalah kitab yang bukan bersumber dari langit, tetapi syari’at yang mereka karang untuk kepentingan sendiri.
Walau demikian, jika dikaji dengan kaca mata aqidah berdasarkan beberapa litteratur, sungguh episentrum Zionis Isra’el di tanah Palestina seka-rang adalah bagian dari sunnatullāh dan sebagai bukti kebenaran sabda Rasūlullāh SAW :
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تُقَاتِلُوا الْيَهُودَ حَتَّى يَقُولَ الْحَجَرُ وَرَاءَهُ الْيَهُودِيُّ يَا مُسْلِمُ هَذَا يَهُودِيٌّ وَرَائِي فَاقْـتُلْهُ. [البخارى: 2709].
“Kiamat tidak akan terjadi sehingga kalian me-merangi orang-orang Yahudi, sampai-sampai se-bongkah batu yang ada dibelakang Yahudi berkata: “Wahai Muslim, ini ada Yahudi dibelakangku, maka bunuhlah dia”. (HR. Bukhari dari Abu Hurairah).
Sebenarnya berkumpulnya mereka dibumi pa-ra Nabi Palestina, adalah merupakan rencana Allāh, sebagaimana digambarkan hadiṡ di-atas dan beberapa hadits lainnya yang senada, un-tuk memudahkan kita menghalau dan menumpas mereka, karena mereka berhimpun ditempat yang sudah jelas, tanpa diberi-tahukan ––misalnya–– oleh batu dan pohonpun mereka sudah diketahui keberadaannya. Mereka datang dan berkumpul se-mata-mata dalam rangka menyodorkan kepala me-reka kepada Muslimin, untuk memudahkan kita me-nebas batang leher mereka nanti pada waktunya tiba, setelah Khilāfah ‘Alā Minhajin Nubuwwah fase terakhir benar-benar tegak dan disegani oleh sia-papun. Sebenarnya mereka datang dan menggali kuburannya sendiri di Palestina. Allāhu Akbar.
Tinggal Muslimin sendiri yang hendaknya sa-ma-sama bahu-membahu menyusun kekuatan da-lam barisan (Al Jamāah) yang terorganisir rapi (ter-pimpin). (Lihat QS Ash Shoff ayat 4). inilah modal dasar kekuatan dan kesuksesan sesungguhnya.
Maka solusi atas krisis aqidah dan kepemimpi-nan ini, untuk mengembalikan Baitul Maqdis ke-pangkuan Muslimin, dan mengusir habis mereka dari sana, adalah dengan menegakkan kembali kesatuan dan persatuan Muslimin dalam Khilāfah ‘alā Minhajin Nubuwwah sebagai fase terakhir ke-pemimpinan Muslimin (lihat Musnad Ahmad nomor 1768) ––yang sempat fakum ditinggalkan Mus-limin–– dalam menyusun kekuatan untuk mengha-ncur-leburkan mereka. Kita siap diri dengan tang-gung jawab aqidah untuk lebur jiwa raga, dalam ji-had fie Sabilillah dengan pimpinan Allāh, Rasūlullāh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan Ulil Amri Minkum.
Allāh telah menegaskan bahwa jumlah yang sedikit tetapi terkoordinir rapi, berdasar pim-pinan Allāh dan penuh sabar, dapat mengalahkan musuh yang jumlahnya jauh lebih banyak dan de-ngan persenjataan yang lengkap atas izin Allāh (lihat QS. Al Baqarah: 249). Dan sejarah juga telah membuktikan bahwa Baitul Maqdis dapat di-bebaskan oleh Muslimin ketika mereka masih konsisten pada komitmen menegakkan Khilāfah.
Oleh karena itu, mari kita siapkan jiwa-raga dalam menempuh perjalanan jihad untuk menegak-kan kalimah Allāh dan melaksanakan segala perin-tah- Nya. Menyambung kembali pokok syari’at yang telah lama diputuskan ummat, yakni jamāah wa imāmah dengan tegaknya khilāfah ‘alā minhajin nubuwwah, yang akan menjembatani kesempur-naan ibadah, baik sebagai individu, keluarga dan lingkungan sosial kita, dilindungi kasih sayang-Nya, disegani eksistensinya oleh musuh-musuh Allāh, hingga kita dapat meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Allāhu Akbar, wa lillāhilhamdu.
Para Ikhwan-Akhwat sekalian!
Di hari yang fitri ini mari kita perkokoh persau-daraan (ukhuwwah Islāmiyyah), sebagai inti kekua-tan dan wibawa kita, dalam kesatuan dan persatu-an, ber-jamaah dan ber-imāmah sebagai syari’at warisan Rasūlullāh SAW yang sangat fundamental dan esensial dalam Jamāah Muslimin (Hizbullāh) yang lahir dari kandungan Islām untuk diamalkan oleh segenap kaum Muslimin.
Doa
Kaum Muslimin yang di rahmati Allāh
Terakhir, dalam tafsīr Ibnu Katsir di sebutkan, pada suatu waktu di penghujung bulan ra-maḍan, Malaikat Jibril menyuruh Rasūlullāh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam me-ngamini do’a yang ia ucapkannya, lalu beliau-pun mengamininya, katanya:
~ Yā Allāh, teramat hina dan rugilah ṣaumnya orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya. Āmīn… kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
~ Yā Allāh, teramat hina dan rugilah ṣaumnya seorang isteri yang tidak mendapat riḍa suaminya. Āmīn… kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
~ Yā Allāh, teramat hina dan rugilah ṣaumnya seorang mu’min yang tidak mau meminta maaf ke-pada ikhwannya atas kesalahannya. Āmīn… kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Oleh karena itu di hari yang agung dan penuh bahagia ini hendaklah kita saling iṣlah, saling ma’af-mema-‘afkan dan saling membersihkan hati. Semo-ga kita termasuk orang-orang yang dikategorikan muttaqīn, menatap hari-hari esok penuh optimistis dan kesiapan aqidah dalam berjihad di jalan Allāh. Āmīn yā Robbal ‘Ālamīn.
أللَّهُمَّ إنّا نَعوذُ بِرِضاكَ مِن سَخَتِكَ وبِمُعافاتِك مِن عُقُوْبَتِكَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ ، لانُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أنْتَ كَمَا أثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ ، أللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا .
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. أللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ ، ألأحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأمْوَاتِ إنَّك سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَواتِ يَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ إنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ.
أللَّهُمَّ أعِزَّ وَاحْيِ اْلإسْلامَ وَجَماعَةَ الْمُسْلِمِيْنَ حِزْبَ اللهِ وَإمامَهُمْ عِزَّةً حَيَاةً كامِلَةً طَيِّبَةً ، وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غالِبَةً عَلَى كُلِّ باطِلٍ وَظَالِمٍ وَفَاحِشٍ وَسُوْءٍ وَمُنْكَرٍ.
أللَّهُمَّ ألِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَفَرِّقْ جَمْعِيَّةَ الْكُفْرِ وَالْمُبْتَدِعَةِ وَالْمُشْرِكِيْنَ إهْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ وَدَمِّرْ أعْدَاءَكَ أعْدَاءَ الدِّيْنِ . رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا، رَبَّنَا ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَادْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأبْرَارِ يَا عَزِيْزُ يَا غَفَّارُ يَارَبَّ الْعَلَمِيْنَ . وَ تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَ مِنْكُمْ صِيَامَنَا وَصِيَامَكُم. وَصَلَّى الله عَلى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِيْنَ … آمِيْنَ يَا رَبَّالْعَالَمِيْنَ . وَالْعَفْوُ مِنْكُمْ وَأسْتَغْفِرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ. وَالحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعالَمِيْنَ
*Staf Dai’ Lembaga Bimbingan Ibadah dan Penyuluhan Islam (LBIPI) Jabodetabek. (R1).
Mi’raj News Agency (MINA)