Oleh: H. Jamaluddin M. Marki, Lc., M.Si., Kepala Seksi Penyuluhan dan Pengembangan Syariah Subdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat Kementerian Agama RI
Allahu Akbar … (6x), Allahu Akbar Walillahil Hamd
Segala puji bagi Allah yang memiliki nama-nama yang husna dan sifat-sifat yang sempurna. Puji dan syukur kita panjatkan kepada-Nya atas kemudahan agama yang telah dikaruniakan kepada hamba-hamba-Nya. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada yang berhak untuk diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah semata, dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya dan seluruh kaum muslimin yang mengikuti jalannya.
Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa dan bersyukur kepada Allah. Karena, dengan sebab pertolongan-Nya kita semua bisa menjumpai seluruh hari di bulan puasa. Mudah-mudahan amal ibadah yang telah kita kerjakan di bulan yang penuh keutamaan tersebut diterima oleh Allah. Dan mudah mudahan seluruh kesalahan serta kekurangan yang kita lakukan di bulan yang mulia tersebut diampuni oleh-Nya.
Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd
Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah,
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Hari ini adalah hari yang penuh kebahagiaan bagi kaum mukminin. Betapa tidak. Kaum mukminin telah melewati bulan yang Allah istimewakan. Kita juga telah dimudahkan oleh-Nya dalam mengisi hari-hari di bulan tersebut dengan berbagai bentuk ketaatan yang disyariatkan oleh-Nya. Kaum mukminin telah diberi taufiq oleh Allah untuk meraih berbagai keutamaan yang telah Allah curahkan di bulan tersebut. Karena itulah, kaum mukminin pada hari ini berbahagia dan bersyukur kepada Allah.
Bukan berbahagia karena semata-mata baju baru yang dipakainya. Bukan berbahagia karena beraneka ragam makanan dan minuman yang ada di hadapannya. Kaum mukminin bukanlah orang-orang yang berbangga karena dunia yang telah diperolehnya. Akan tetapi mereka bangga dan bahagia karena pertolongan Allah yang dikaruniakan kepadanya, sehingga bisa menjalankan berbagai amal ketaatan selama hari-hari yang dilaluinya di bulan Ramadhan. Allah berfirman:
“Katakanlah: ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan’.” (Yunus: 58)
Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Hadirin rahimakumullah,
Hari ini adalah hari untuk bersyukur kepada Allah dan berdzikir kepada-Nya. Sekaligus hari ini adalah hari untuk makan dan minum. Kaum muslimin dilarang berpuasa pada hari yang penuh kegembiraan ini. Berpuasa pada hari ini berarti telah menyelisihi syariat Allah. Adapun bagi kaum muslimin yang hendak berpuasa enam hari di bulan Syawwal, maka baru bisa dilakukan setelah masuk pada hari yang kedua dan seterusnya. Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang telah berpuasa Ramadhan dan kemudian dia mengikutkannya dengan puasa enam hari dari bulan Syawal, maka dia seperti orang yang berpuasa selama satu tahun.” (HR. Muslim)
Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Kaum muslimin rahimakumullah,
Perlu diketahui, hari raya bukanlah hari untuk berfoya-foya dengan menghambur-hamburkan harta yang tidak pada tempatnya. Bukan pula sebagai hari untuk menikmati hiburan-hiburan yang dipenuhi dengan pelanggaran-pelanggaran terhadap syariat. Berhari raya bagi kaum muslimin bukanlah saat untuk berhura-hura dengan membanggakan dunia dan menyombongkan diri, sebagaimana yang dilalukan oleh orang-orang kafir dalam mengisi hari raya mereka. Hari raya kaum muslimin adalah saat untuk berbahagia dan bersyukur kepada Allah dengan menjalankan berbagai ketaatan.
Di antaranya, kaum muslimin mengeluarkan zakat fitrah pada hari ini sebelum menjalankan shalat ‘Ied, meskipun boleh juga untuk mengeluarkannya dua atau tiga hari sebelumnya. Selanjutnya, pada hari ini pula kaum muslimin keluar dari rumahnya masing-masing sembari bertakbir menuju ke tanah lapang untuk mengerjakan shalat ied, setelah sebelumnya disunnahkan bagi mereka untuk mandi, memakai wewangian serta pakaian yang bagus dan makan sebelum mendatangi shalat. Shalat ‘Ied ini lebih utama dilakukan di tanah lapang, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah. Kemudian disunnahkan pula bagi kaum muslimin ketika pulang menuju ke rumah setelah selasai dari shalat ied untuk melalui jalan lain (yang berbeda), bukan jalan yang dilaluinya saat berangkat menuju tanah lapang.
Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah,
Di antara kebiasaan yang dilakukan oleh kaum muslimin adalah saling berjabat tangan dan mengucapkan doa serta ucapan selamat hari raya. Kebiasaan tersebut, sebagaimana diterangkan oleh sebagian ulama adalah kebiasaan yang tidak bertentangan dengan syariat. Kebiasaan ini justru bisa menumbuhkan rasa saling mencintai dan menghilangkan rasa permusuhan di antara kaum muslimin. Oleh karena itu, kebiasaan tersebut boleh dilakukan.
Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd
Hadirin rahimakumullah,
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Pada hari raya ini, marilah kita merenungkan, betapa banyak saudara-saudara kita kaum muslimin yang pada tahun-tahun yang lalu ikut shalat ied dan ikut menikmati hari raya bersama kita. Namun saat ini mereka tidak berada lagi di muka bumi ini. Mereka telah berpindah dari tempat beramal di kehidupan dunia yang sesaat ini, menuju ke tempat pembalasan amalan di kehidupan yang abadi di akhirat.
Mereka meninggalkan keluarga, rumah, dan harta mereka. Tidak ada yang mereka bawa untuk kehidupan akhiratnya kecuali amalan-amalan yang telah dikerjakan saat di dunia. Harta, anak, jabatan, dan lain-lainnya tidak bisa menghalangi datangnya kematian. Maka janganlah seseorang tertipu dengan gemerlapnya dunia. Pakaian yang indah, kendaraan yang mewah, dan perhiasan dunia yang lainnya tidaklah menjadi jaminan bahwa dirinya akan menjadi orang yang berbahagia. Semua itu, kalaulah tidak menjadikan dirinya menjadi orang yang bertakwa kepada Allah, maka tidaklah berguna. Karena, sebaik-baik yang kita pakai adalah pakaian takwa. Allah berfirman:
“Wahai anak Adam (yaitu umat manusia), sungguh Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Namun pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, agar mereka selalu ingat.” (Al-A’raf: 26)
Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Hadirin rahimakumullah,
Oleh karena itu, setiap muslim semestinya senantiasa mengingat bahwa harta, keluarga, dan seluruh perhiasan dunia yang sekarang bersamanya pasti akan berpisah dengannya. Setiap orang juga harus mengingat bahwa tubuhnya akan ditimbun dan dikubur dalam tanah serta akan dimakan oleh binatang-binatang yang ada di dalamnya. Maka, akankah seorang muslim menjadikan hari rayanya untuk berhura-hura serta membuang-buang harta untuk acara-acara yang bercampur dengan maksiat?
Sungguh, seandainya seseorang tahu bahwa ibadah yang dia lakukan di bulan Ramadhan diterima oleh Allah, maka semestinya dia bersyukur dan bukan berhura-hura. Karena berhura-hura adalah akhlak orang-orang kafir dalam merayakan hari rayanya. Adapun kalau dirinya tahu bahwa amalannya tidak diterima, maka bagaimana dirinya sanggup untuk berhura-hura pada hari ini?
Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah,
Ketahuilah, bahwa kita telah dikaruniai nikmat yang paling besar, yaitu nikmat Islam. Nikmat yang tidak tertandingi oleh seluruh nikmat-nikmat Allah lainnya yang besar. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa mensyukuri nikmat yang paling besar ini. Yaitu dengan senantiasa mempelajari agama Islam melalui ahlinya agar kita menjadi orang-orang yang paham terhadap ajaran Islam dan bisa menjalankan agama dengan benar. Karena sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Nabi, bahwa pahamnya seseorang terhadap agamanya menunjukkan bahwa Allah menginginkan kebaikan untuk dirinya.
Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd
Hadirin rahimakumullah,
Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus
Ketahuilah, bahwa Islam bukanlah sekadar sebuah pengakuan semata tanpa ada pengamalan terhadap ajaran-ajaran yang ada di dalamnya. Namun Islam adalah agama yang mewajibkan pemeluknya untuk beribadah kepada Al-Khaliq, yaitu Allah sebagai Sang Pencipta. Islam juga mewajibkan pemeluknya berbuat baik kepada makhluk yang diciptakan-Nya. Persaksian seorang muslim terhadap kalimat La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah mengandung konsekuensi yang mengharuskan orang yang mengucapkannya untuk memurnikan ibadah hanya kepada Allah tanpa ada syirik sedikitpun, serta beribadah hanya dengan syariat yang dibawa Rasulullah tanpa mengada-adakan ibadah baru atau bid’ah yang tidak pernah disyariatkan oleh Allah.
Oleh karena itu, seorang muslim harus menjadi orang yang bertauhid, yaitu orang yang beribadah hanya kepada Allah dan meninggalkan seluruh perbuatan syirik. Karena dengan tauhid inilah, amalan ketaatan yang lainnya akan bernilai ibadah. Adapun tanpa tauhid, maka ibadah sebesar dan sebanyak apapun tidak akan bernilai di sisi Allah. Sebagaimana dalam firman-Nya:
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 88)
Sebanyak dan sebesar apapun ibadah yang dilakukan oleh seseorang –meskipun dikerjakan dengan ikhlas– tidak akan diterima oleh Allah, bila amalan tersebut tidak sesuai dengan syariat yang dibawa oleh Rasul-Nya. Hal ini sebagaimana dalam sabda beliau:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kabar Gembira bagi yang Mentaati Allah dan Rasul-Nya
“Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada syariatnya dari kami, maka amalan tersebut ditolak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd
Kaum muslimin rahimakumullah,
Disamping itu, seorang muslim juga harus menundukkan jiwanya untuk menjalankan ketaatan kepada Allah. Di antaranya adalah kewajiban yang paling besar setelah menjalankan dua kalimat syahadat yaitu kewajiban shalat lima waktu serta menjalankan rukun Islam yang lainnya. Begitupula, dia pun menjalankan kewajiban-kewajiban lainnya, seperti bertaubat, menunaikan amanah, jujur, dan kewajiban lainnya serta menjauhi larangan-larangan Allah seperti berkhianat, berdusta, ghibah, namimah, memakai pakaian yang menampakkan aurat, dan kemaksiatan lainnya.
Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd
Hadirin rahimakumullah,
Di samping menjalankan kewajibannya kepada Allah, agama Islam juga memerintahkan kepada pemeluknya untuk berbuat baik kepada orang lain. Islam memerintahkan pemeluknya untuk senantiasa berbuat baik kepada orangtuanya, kerabatnya, tetangganya, fakir miskin, anak yatim, dan yang lainnya. Oleh karena itu, ketika seorang muslim berbicara dengan orangtuanya, dia akan berkata dengan kata-kata yang baik dan tidak menyakitkan keduanya. Begitu pula, dia membantu kebutuhan-kebutuhan mereka dan tidak menyombongkan diri di hadapan kedua orangtuanya. Seorang muslim juga sosok yang menyambung hubungan dengan kerabatnya atau yang diistilahkan dengan silaturahim. Dia juga orang yang berbuat baik dan tidak menyakiti tetangganya. Selanjutnya, agama Islam juga memerintahkan kepada para suami untuk berbuat baik kepada istrinya, sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah:
“Dan bergaullah (kalian wahai suami) dengan mereka (para istri) dengan cara yang baik.” (An-Nisa: 19)
Sebaliknya, seorang istri juga diperintahkan untuk menaati dan berkhidmat kepada suaminya, dengan cara membantu keperluan-keperluan suaminya. Karena dia tahu bahwa Allah telah menetapkan suaminya sebagai pemimpin bagi dirinya. Allah berfirman:
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (An-Nisa: 34)
Allahu Akbar 3x wa Lillahil Hamd
Hadirin rahimakumullah,
Akhirnya, marilah kita senantiasa menjaga diri-diri kita dari kemarahan Allah, dengan berhati-hati dalam memahami dan mengamalkan agama kita. Jalannya tidak lain adalah dengan kembali kepada para ulama, sehingga kita bisa memahami agama Islam sebagaimana yang dipahami oleh manusia-manusia terbaik yang telah mempelajari agama ini secara langsung dari Rasulullah, yaitu para sahabat Nabi.
Kita memohon kepada Allah agar memberikan hidayah-Nya kepada kita semuanya, juga kepada para pemimpin bangsa kita untuk berjalan di atas syariat-Nya. Kita memohon kepada Allah agar menjadikan negeri kita dan negeri seluruh kaum muslimin menjadi negeri yang aman dan tenteram serta diberi rahmat oleh-Nya. Sesungguhnya Allah adalah Rabb Yang Maha mengabulkan doa.
Allahu Akbar … (3x), Allahu Akbar Walillahil Hamd.
Ya Allah ya Tuhan kami. Kami telah berpuasa sebulan penuh, kami telah berupaya memelihara kualitas puasa kami sebagaimana puasa yang engkau idealkan, tetapi terkadang kami berhadapan dengan persoalan yang berhubungan dengan kelemahan kami sebagai manusia biasa. Ya Allah, terimalah puasa kami, maafkan kelemahan dan kekurangan puasa kami.
Ya Allah ya Tuhan kami, terkadang kami merasakan diri tidak lebih hanya seonggok nafsu yang sarat dengan berbagai keinginan, tanpa memperhatikan kebutuhan-kebutuhan ruhaniyah kami. Mungkin karena itu, mata hati kami tidak lagi mampu membedakan mana yang haq dan mana yang bathil, mana halal dan mana yang syubhat. Ya Allah, ampunilah kami dan terimalah kami dengan apa adanya dan segala kelemahan kami, karena Engkau Maha Penyayang lagi Maha Penerima Tobat.
Ya Allah ya Tuhan kami, masa lalu kami dipadati dengan berbagai dosa dan dan kekurangan, hapuskanlah kegelapan masa lalu kami dan berikanlah petunjukmu serta kemampuan untuk menjalani petunjuk itu guna meniti masa depan kami yang penuh kesulitan.
Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah dosa dan kesalahan pemimpin bangsa kami, bimbinglah mereka ke jalan-Mu yang benar, sehingga bangsa dan negara kami terhindar dari perpecahan dan berbagai kesulitan lainnya.
Wahai bulan Ramadlan, sebentar lagi engkau akan meninggalkan kami, selanjutnya akan melaporkan amaliah Ramadlan kami. Laporkanlah kebaikan-kebaikan kami dan tutupilah kelemahan-kelemahan kami.
Ya Allah ya Tuhan kami. berikanlah umur panjang sehingga kami dapat melakukan amaliah di bulan-bulan Ramadlan mendatang. Ya Allah ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa ibu-bapak kami, serta dosa-dosa seluruh keluarga kami. Ya Allah ya Tuhan kami. Hidup dan kehidupan kami sekeluarga, kuserahkan kepada-Mu. (R05/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)