Khutbah Idul Fitri 1441H : Hidup Berjamaah Habitat Umat Islam

Oleh: H. Nurokhim, S.Ag., M.S.I

اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا لا إله إلا الله وحده صدق وعده ونصر عبده, وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله لا نبي بعده. اللّهم صل وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن تبعه ومن واله الى يوم القيامة.
فَيَاعِبَادَ اللهِ أُوْصِيْنى ولكُمْ بِتَقْوَى اللهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ، فَعَلَيْكُمْ بِجَمَاعَةِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَإِيَّاكُمْ وَاْلفُرْقَةِ فَإِنَّ يَدَ اللهِ عَلَى الْجَمَاعَةِ وَمَنْ شَذَّ شَذَّ فِي النَّارِ.
قال الله تعالى في القرآن الكريم: فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

     اما بعد

Muslimin, Mukminin Rahimakumullah
Hari fitri ini merupakan hari kembalinya mukminin kepada fitrahnya yang suci fi dinillah. Merupakan kemenangan dan kebahagiaan umat Islam setelah satu bulan kemarin melaksanakan shaum Ramadhan.

Kita telah melalui proses pensucian jiwa/tazkiyatun nafs sehingga sekarang dilanjutkan dengan shalat Idul Fitri didahului dengan kumandang gema takbir, tahmid dan tahlil sebagai bentuk pengakuan akan kebesaran, keterpujian dan ke-Esa-an Allah yang tiada sesembahan/ilah yang berhak untuk disembah selain Allah.

Fitrah adalah gabungan dari tiga unsur: benar, baik, dan indah. Sehingga orang yang beridul fitri dalam arti, “kembali ke kesuciannya”, akan selalu berbuat benar, baik dan indah. Bahkan lewat kesucian jiwanya itu, ia akan memandang segalanya dengan pandangan positif.

Ia selalu berusaha mencari sisi baik apa yang terjadi pada dirinya dan berhusnudzan kepada Allah bahwa apa yang ditetapkan untuk dirinya adalah yang terbaik bagi dirinya, karena dia yakin akan besarnya kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya.

Dengan kasih sayang yang Allah miliki, Dia menetapkan syariat-syariat yang bersumber dari Kalam-Nya berupa al-Qur’an maupun al-Hadis. Siapapun yang berpegang teguh dengan keduanya, maka tidak akan tersesat dan disesatkan disaat tantangan dan gangguan pengamalan syariat terus mendera umat ini.

Di antara syariat yang Allah tetapkan adalah jama’ah dan imamah, karena habitat umat Islam adalah hidup berjama’ah dan berimamah, hidup dalam kesatuan umat yang dipimpin oleh seorang Imaam/Khalifah. Allah Ta’ala berfirman:

“Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah dan janganlah kalian berpecah-belah dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan maka Allah mempersatukan hati kalian lalu menjadilah kalian karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara dan kalian telah berada di tepi jurang neraka lalu Allah menyelamatkan kalian dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian agar kalian mendapat petunjuk.” (QS. Ali “Imran [3]: 103)

Menurut Al-Faryabi dan Ibnu Abi Hatim, ayat ini turun karena perselisihan antara kaum Aus dan Khazraj. Untuk menyelesaikan perselisihan tersebut, Allah SWT memerintahkan agar kaum Aus dan Khazraj berpegang teguh kepada tali Allah SWT (Islam) seraya berjama’ah dan tidak berpecah-belah.

Sesuai dengan kaidah ushul fikih, perintah berjama’ah itu berlaku umum untuk seluruh umat Islam karena ayat di atas menunjukkan pengertian ‘am. Kaidahnya adalah:

اِذَا وَرَدَ اْلعَامُ عَلَى سَبَبٍ خَاصٍ فَالْعِبْرَةُ بِعُمُوْمِ الَّلفْظِ لَا بِخُصُوْصِ السَّبَبِ

 

Artinya: “Apabila ‘am datang karena sebab khas maka yang dianggap adalah umumnya lafazh bukan khususnya sebab.”

Abdullah bin Mas’ud ra saat menafsirkan ayat di atas menjelaskan :

وَقَالَ اِبْنُ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّهَا حَبْلُ اللهِ الَّذِى اَمَرَ اللهُ بِهِ وَإِنَّ مَاتَكْرَهُوْنَ فِى الْجَمَاعَةِ وَالطَّاعَةِ خَيْرٌ مِمَّا تُحِبُّوْنَ فِى اْلفِرْقَةِ

 

“Berkata Ibnu Mas’ud ra : “Hendaklah kalian hidup berjama’ah karena hidup berjama’ah itu adalah tali Allah yang Allah perintahkan, sesungguhnya sesuatu yang kalian benci dalam berjama’ah dan ketaatan itu lebih baik (di sisi Allah) dari pada apapun yang kalian cintai dalam perpecahan.”

Asy-Syathibi rahimahullah menjelaskan bahwa hidup berjama’ah itu mesti terpimpin oleh seorang Imam.

اَنَّ اْلجَمَا عَةَ رَاجِعَةٌ اِلَى الْاِجْتِمَاعِ عَلَى اْلاِمَامِ اْلمُوَافِقِ لِكِتَا بِ اللهِ وَالسُّنَّةِ

“Sesungguhnya al-jama’ah itu kembali kepada kesatuan (umat) yang dipimpin oleh seorang Imaam yang telah disepakati berdasarkan al-Qur’an dan al-Sunnah.”

Lebih jelas lagi pengertian Al-jama’ah, beliau menukil pendapat ibnu Jarir at-Thobari rahimahullah:

الجماعة : جماعة المسلمين اذااجتمعواعلى امير

Artinya: “al-Jama’ah itu adalah Jama’ah Muslimin jika mereka berkumpul dipimpin oleh seorang amir.”

Syaikh Dr. Abdullah Al-Muthlaq berkata:

لُزُوْمُ جَمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ أَهَمِّ الْعِبَادَاتِ الَّتِي أَمَرَ اللَّهُ بِهَا

“Menetapi Jama’ah Muslimin adalah ibadah yang paling penting yang diperintahkan oleh Allah.”

اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Nama yang Allah dan Rasulullah berikan itu jelas secara eksplisit, yakni Jama’ah Muslimin. Apakah kita lebih suka membuat nama-nama lain atau menterjemahkan dengan bahasa lain? Sama seperti syariat shalat misalnya, mau kita ganti dengan doa, masjid mau kita ganti dengan tempat sujud namanya? Allah, Rasul, muslim, mukmin, imam, makmum, shalat berjama’ah, zakat, idul fitri dan nama-nama lainnya itu semua nama-nama yang Allah berikan.

Adakah yang lebih benar atau mendekati kebenaran dengan mengganti nama lain atau menterjemahkan dengan bahasa lain selain bahasa al-Qur’an?

Lalu Jama’ah Muslimin itu nama atau bukan? Itu nama yang disematkan oleh Allah dan Rasulullah bagi umat ini yang hidup berjama’ah dan berimamah. Perhatikanlah dialog Khudzaifah bin Yaman dengan Rasulullah saw berikut:

حذيفة بن اليمان يقول كان كان الناس يسالون رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الخير وكنت اساله عن الشر مخافة ان يدركنى فقلت يا رسول الله اناكنا فى جاهلية وشر فجاءناالله بهذاالخير فهل بعدهذا الخير من شر؟ قال نعم قلت فهل بعد ذلك الشر من خير؟ قال نعم وفيه دخن قلت وما دخنه ؟ قال قوم يهدون بغيرهديى تعرف منهم وتنكر قلت فهل بعد ذلك الخير من شر؟ قال نعم دعاة على ابواب جهنم من اجابهم اليها قذفوه فيها قلت يا رسول الله صفهم لنا ؟ هم من جلدتنا ويتكلمون بالسنتنا قلت فما تامرنى ان ادركنى ذلك ؟ قال تلزم جماعة المسلمين وامامهم قلت فان لم يكن جماعة ولا امام ؟ قال فاعتزل تلك الفرق كلها ولوان تعض باصل شجرة حتى يدرك الموت وانت على ذلك (رواه البخارى)

“ … Hudzaifah bin al Yaman berkata, dahulu orang-orang (para sahabat) bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir keburukan itu akan mendapatiku. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, sungguh kami berada di masa jahiliyah dan keburukan, lalu Allah mendatangkan kebaikan ini kepada kami, apakah sesudah kebaikan ini ada keburukan?” Beliau menjawab, “Ya!” Aku bertanya, “ Apakah sesudah keburukan itu ada kebaikan?” Beliau bersabda, “Benar, akan tetapi terdapat kedengkian padanya.” Aku berkata, “Apakah kedengkiannya?” Beliau bersabda, “Orang-orang yang mengambil petunjuk selain petunjukku, engkau mengenali dari pada mereka dan mengingkari.” Aku bertanya, “Apakah sesudah kebaikan itu ada keburukan?” Beliau bersabda, “ Benar, para penyeru kepada pintu-pintu jahanam. Barang siapa menyambut mereka maka mereka akan mencampakkan ke dalam jahanam.” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, sebutkan sifat-sifat mereka kepada kami.” Beliau bersabda, “Mereka berkulit sama dengan kita dan berbicara dengan bahasa kita.” Aku berkata, “Apakah yang Engkau perintahkan jika aku mendapati kondisi seperti itu?” Beliau bersabda, “Engkau hendaknya komitmen dengan jama’ah muslimin dan imam mereka” Aku berkata, “Bagaimana jika tidak ada jama’ah dan tidak pula Imam (pemimpin) kaum muslimin?” Beliau bersabda, “Hindari kelompok-kelompok itu semuanya meskipun Engkau tinggal dengan menggigit akar kayu sampai kematian menjemputnya sedang Engkau dalam keadaan seperti itu.” (HR.Bukhari)

اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

Pengamalan jama’ah wal imamah dengan menetapi Jama’ah Muslimin itu mengacu pada manhaj nubuwah di mana para nabi dan rasul sebagai basyiran wa nadziran, pemberi kabar gembira dan peringatan tidak ada unsur politik atau kekuasaan apalagi upaya mendirikan sebuah negara/negara Islam. Saat para nabi mendakwahkan perintah Allah agar mereka mengakui Allah sebagai Kholiq, dan Rasul sebagai utusan-Nya, mereka mendapatkan sambutan baik dan juga tantangan serta gangguan. Tetapi para nabi tidak pernah mengambil alih kekuasan para raja waktu itu, baik mereka menolak maupun menerima dakwahnya.

Lihatlah bagaimana Nabi Ibrahim meninggalkan kerajaan Namrud yang kekuasaannya meliputi belahan Timur dan Barat, Nabi Musa meninggalkan kerajaan Fir’aun. Nabi Muhammad saw tidak mengambil alih kerajaan Persia dan Romawi. Kenapa tidak nabi lakukan? Bukankah teori politik itu menjelaskan dapatkan kekuasaan dulu baru terapkan undang-undang? Para Nabi tidak diutus untuk menggulingkan kekuasaan, biarlah mereka menjadi penguasa/raja/kepala negara/atau rakyat biasa tetapi mesti mengakui rasul itu utusan Allah. Itulah yang mesti kita amalkan dengan menetapi Jama’ah Muslimin.

Mudah-mudahan Allah terus menguatkan dan menyempurnakan kekhilafahan ini untuk menebarkan kebaikan dan kebahagiaan hidup bagi alam semesta.

الحَمْدُ لله رَبِّ العَلَمِيْنَ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْن َوَعَلَى الِهِ وَأَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ .
اللهم اغفرللمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ .رَبَّنَا ءَامَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.
أَللَّهُمَّ  مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ  اْلأَحْزَابِ اهْزِمْهُمْ  وَزَلْزِلْهُمْ أَللَّهُمَّ  مُنْزِلَ الْكِتَابِ سَرِيْعَ  اْلحِسَابِ اِهْزِمِ  اْلأَحْزَابِ أَللَّهُمَّ  اهْزِمْهُمْ  وَزَلْزِلْهُمْ
أَللَّهُمَّ اعزالاسلام واْلمُسْلِمِيْنَ  بِجَمَاعَةِ  اْلمُسْلِمِيْنَ وَارْزُقْهُمْ  قُوَّةً  غَالِبَةً عَلَى كُلِّ  بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَسُوْءٍ  وَفَاحِشٍ  وَمُنْكَرٍ.
اللهم انج المستضعفين من االمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات فى بلد فلسطين والهندى وكسميروالصين خاصة وفى أنحاء بلدان المسلمين عامة
اللهم اشدد وطأتك على الكفارالذين يحاربون الاسلام والمسلمين واجعل عليهم سنين كسني يوسف اللهم شطط شملهم وفرق جمعهم اللهم اهزمهم وزلزلهم
رَبَّنَا اَتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ْالأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأَبْرَارِ يَا عَزِيْزٌ يَا غَفَّارٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّاوَمِنْكُمْ تَقَبَّلْ يَاكَرِيْم.
(A/R7/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: sri astuti

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.