Oleh: Uray Helwan Rusli, Majelis Kutab Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Wilayah Kalimantan Barat.
إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَـغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِالله ِمِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَـيِّـَئاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, أَرْسَلَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيرًا بَيْنَ يَدَىِ السَّاعَةِ, مَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَـقَدْ رَشَدَ, وَمَنْ يَعْصِهِمَا فَاِنَّهُ لَا يَضُرُّ اِلَّا نَفْسَهُ وَلَا يَضُرُّ اللهَ شَيْءً
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ: اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ اَيْضًا: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ وّسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَ التـَّابِعِيْنَ وَاتَّـابِعُ التـَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِ حْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ.
فَـإِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَـابُ اللهِ , وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّالْأُمُوْرِ مُحْدَثاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعُةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِىالنَّارِ
الله اكبر, الله اكبر, لا إله إلا الله والله اكبر. الله اكبر ولله الحمد
Para ikhwan-akhwat rahimakumullah
Alhamdulillah, segala puja dan puji hanya milik Allah. Pada hari ini, kita menggemakan takbir, tahmid dan tahlil mengharap ridho dan ampunan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kita memohon kepada-Nya, agar seluruh amal yang telah susah payah kita lakukan selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan, dinilai sebagai amal sholeh di sisi-Nya, disempurnakan balasan pahalanya serta diperbaiki segala cacat cela.
Karena tidak ada yang dapat menerima amal melainkan Allah, tidak ada yang mampu menyempurnakan balasan melainkan juga Dia yang Maha Agung serta tidak ada yang berkehendak mengampuni cacat cela hamba-Nya melainkan juga Allah Dzat yang Maha pengampun lagi penerima taubat.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menggapai Syahid di Jalan Allah Ta’ala
الله اكبر, الله اكبر, لا إله إلا الله والله اكبر. الله اكبر ولله الحمد
Kaum mu’minin wal mu’minat hadanakumullah,
Ramadhan telah pergi, kini Syawwal menghampiri kita. Ramadhan adalah peluang bagi peningkatan ibadah, maka Syawwal merupakan penganugerahan gelar. Seluruh hamba Nya yang berhasil mempertahankan nilai puasa hingga akhir Ramadhan, mereka akan mendapat panggilan terbaik, yakni Iedul Fithri, atau Kembali seperti pada awal penciptaan yang bersih dan suci dari dosa.
Mereka masuk dalam golongan orang-orang yang bertaqwa, dan puncaknya nanti di akhirat mereka akan Allah anugerahkan pintu khusus di dalam Jannah, yakni pintu Ar-Rayyan. Sabda beliau yang artinya:
“Sesungguhnya di surga itu terdapat satu pintu yang diberi nama Ar Rayyan. Dari pintu itu orang-orang yang berpuasa akan masuk pada hari kiamat kelak. Tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu itu selain mereka saja. ‘Ditanyakan, mana orang-orang yang berpuasa?’ Lalu mereka pun berdiri. Tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu itu selain mereka. Jika mereka sudah masuk maka pintu itu akan ditutup sehingga tidak ada lagi seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut”. (HR. Bukhari-Muslim dari Sahal radhiyallahu ‘anhu).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa
Kaum muslimin wal muslimat yang mengharapkan ridha serta ampunan Allah,
Hari ini Syawwal 1436 Hijriyah, kita telah ditinggalkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam selama 1424 tahun atau 1394 dari masa kholifah terakhir Khulafaurrasyidin, menurut perhitungan Hijriyah. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kondisi kaum Muslimin masih berada di tengah-tengah himpitan fitnah. Secara internal, mereka hidup membutir jauh dari persatuan dan kesatuan ummat, bergelimang dalam berbagai bentuk kemaksiyatan; dan secara eksternal mereka menjadi santapan kaum kuffar wal musyrikin.
Umat Islam memang besar dalam jumlah, tersebar merata diseluruh pelosok dunia, namun mereka disekat-sekat oleh ratusan territorial wilayah Negara. Menempati ratusan negara di seluruh dunia, dengan jumlah hampir seperempat populasi penduduk dunia. Tidak berhenti sampai di situ, di dalam negeri pun mereka dipecah-pecah menjadi bermacam-macam partai, organisasi dan aliran yang membuat mereka benar-benar jauh dari persatuan.
Ternyata jumlah yang besar tersebut tidak membuat mereka kuat. Ratusan negara yang mereka tempati, justru mejadikan jurang perpecahan semakin melebar. Mereka lemah. Tidak mampu berbuat banyak ketika saudaranya sesama muslim dibunuh, dicabik-cabik kehormatannya, dianiaya, dijajah, dan diusir dari tempat tinggal mereka. Semua itu terjadi di depan mata mereka, terus berlangsung hingga kini.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Lihatlah tragedi Rohingya, ribuan orang yang menjadi syahid, puluhan ribu mengungsi. Kemudian, negeri Palestina yang terus dijajah oleh Zionis Israel hingga kini, ditambah lagi kaum muslimin di negeri muslim sekalipun tidak luput dari petaka dan tindak kezaliman. Seperti Suriah, Tiongkok, Yaman, Mesir, Libya, negeri-negeri di Afrika, dan lain sebagainya.
Para ikhwan, apa yang menjadi halangan sebuah negara Muslim seperti Indonesia contohnya, untuk membantu serius kaum muslimin Rohingya yang saat ini berhadapan dengan kebrutalan masyarakat Budha di Myanmar itu? Jawabannya hanya satu, karena mereka bukan warga negara Indonesia. Kita merasa tidak bisa intervensi jauh lantaran itu urusan negara mereka, kita paling-paling hanya bisa mengutuk, menekan secara diplomasi dan aksi-aksi di atas meja lainnya. Padahal semua negara Islam punya kekuatan, mereka punya tentara dengan persenjataan yang canggih, tapi, lagi-lagi itu hanya untuk memelihara kepentingan mereka.
Jadi ikatan negara telah mengalahkan ukhuwwah Islamiyah. Karena batas negara, kita hanya menonton saja, ketika darah saudara kita tumpah di bumi. Kita hanya mendengar, tatkala kehormatan saudari-saudari kita dicabik-cabik oleh mereka.
Para ikhwan, suatu ketika sekelompok pengungsi Palestina yang terjebak di perbatasan tiga negara di Timur Tengah, mereka dilarang masuk ke negara-negara tersebut karena dianggap menambah beban negara. Kemudian datanglah utusan dari perwakilan OKI atau Konferensi Negara-negara Islam, yang kebetulan waktu itu berasal dari Malaysia. Seorang pengungsi, Palestina berkata kepada utusan OKI itu, “Tuan, apakah kami ini sangat memberatkan kalian? Kalau memang demikian bunuh saja kami”. Utusan OKI tadi tersentak mendengar perkataan itu, dia langsung pulang ke Malaysia, dan berusaha meyakinkan pemerintahnya untuk menampung para pengungsi itu, namun apa kata pemerintahnya: “masalah dinegeri kita sudah banyak, jangan ditambah lagi”.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Itulah yang terjadi terhadap para pengungsi-pengungsi muslim. Di negara mereka, mereka berhadapan dengan ancaman pembunuhan, ketika mereka mengungsi ke negara tetangga yang juga muslim, mereka dianggap imigran gelap, yang alih-alih dibantu, malah bisa masuk penjara. Mengapa itu terjadi? Jawabannya lagi-lagi karena mereka tidak satu negara dengan kita.
الله اكبر, الله اكبر, لا إله إلا الله والله اكبر. الله اكبر ولله الحمد
Ikhwan fillah fil ‘aqidah,
Sejak masa dahulu kala Islam adalah ummat yang satu. Keislaman tidak membeda-bedakan warna kulit, suku bangsa, dan berasal dari negeri mana pun. Di sisi Allah, tidak ada sekat-sekat teritorial negara, kita semuanya adalah hamba-hamba Nya, yang dipersaudarakan oleh Allah dalam satu bukhul yang kuat, yakni ikatan keimanan. Allah tegaskan hal tersebut dalam Al Quran:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”, QS. Al Hujuurat:10
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Para hamba Allah sekalian, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mencontohkan, dan para sahabat menapaktilasi. Mereka hidup dalam satu kesatuan jama’ah dan hidup terpimpin. Antara satu sama lain, saling menjaga. Ketika ada saudaranya yang sakit, yang lain juga merasakan sakit, apalagi ada yang dizalimi, maka seluruh kaum muslimin bergerak dalam satu komando. Mereka tidak ridho jika saudaranya satu tubuh ada yang terintimidasi.
Seperti yang terjadi pada masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam setelah kaum muslimin hijrah ke Madinah. Ada seorang muslimah yang dilecehkan oleh Yahudi Bani Qainuqa. Peristiwa ini dilihat oleh salah seorang sahabat, kemudian beliau tidak ridho dan membunuh Yahudi tadi. Yahudi Bani Qinuqa lainnya tidak terima, kemudian mereka mengeroyok sahabat tadi hingga syahid. Atas peristiwa ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengumumkan perang melawan Yahudi Bani Qainuqa. Akhirnya mereka terusir dari Madinah.
Dalam sebuah hadits riwayat Tahbarani dikisahkan, bahwa pada suatu ketika, ada seorang muslim terbunuh secara misterius. Karena tidak diketahui siapa pembunuhnya, Rasululullah pun naik mimbar, seraya berkata: “Wahai manusia sekalian, pantaskah ada seorang muslim yang terbunuh secara misterius, sedangkan aku masih ada di tengah kalian? Sungguh andaikata seluruh penduduk langit dan bumi bersepakat untuk membunuh seorang muslim, maka Allah akan menyiksa mereka semuanya tanpa pandang bulu”.
Bahkan Umar pernah mengatakan, “Jika aku berhasil membebaskan seorang muslim dari tangan seorang kafir, maka jauh lebih aku senangi dari pada aku membebaskan Jazirah Arab”. Riwayat Abi Syaibah.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Para hamba Allah sekalian, sungguh darah seorang muslim haram tertumpah di bumi tanpa alasan yang haq. Pelakunya diancam dengan azab yang pedih. Allah tegaskan ini dalam Al Quran:
وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An Nisa: 93)
Lantas mengapa kini sangat murah darah seorang muslim. Mengapa mereka menjadi sasaran kezaliman tanpa ada pembelaan yang berarti? Jawabannya karena mereka hidup tidak berjama’ah. Mereka tidak terpimpin. Mereka terpecah-belah menjadi golongan-golongan. Sementara musuh-musuhnya, saling tolong menolong untuk menimpakan fitnah terhadap mereka.
Allah tegaskan dalam Al Quran:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (QS. Al Anfal: 73)
الله اكبر, الله اكبر, لا إله إلا الله والله اكبر. الله اكبر ولله الحمد
Para hamba Allah rahimakumullah,
Ramadhan dan Syawwal yang hadir setiap tahun mendatangi kita, sarat dengan pesan-pesan ibadah ijtimaiyah. Mulai dari penetapan tanggal 1 Ramadhan atau Syawal, yang menurut as-sunnah dengan cara rukyatul hilal. Rukyat berlaku untuk seluruh dunia, karena sifat Islam yang universal. Syariatnya berlaku untuk seluruh manusia dalam segala rentang waktu dan semua tempat di muka bumi ini. Oleh karenanya pelaksanaan rukyatul hilal fil ardh ini, hanya bisa dilaksanakan ketika ada khalifah yang menjadi sentral komando, dan sentral informasi.
Kemudian seluruh pelaksanaan seputar ibadah seperti shoum, qiyam Ramadhan, zakat, dan lain sebagainya hanya akan paripurna terlaksana dengan tegaknya keberadaan khalifah atau imamul muslimin. Saat ini, semua masalah tersebut cenderung tidak terselesaikan sehingga menambah perselisihan dikalangan muslimin, karena tidak dikembalikan kepada khalifah.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Para hamba Allah sekalian, pesan-pesan Ijtimaiyah yang ada di bulan Syawwal dan Ramadhan ini, hendaknya membuat kita semua, kaum muslimin seluruhnya, tersadar. Bahwa tidak mungkin kaum muslimin dipisahkan dengan urusan Jama’ah. Tidak akan bisa eksis Umat Islam tanpa keberadaan Imamul Muslimin. Cukuplah apa yang dikatakan oleh kholifah Umar:
إِنَّهُ لاَ إِسْلاَمَ إِلاَّ بِجَمَاعَةٍ وَلاَ جَمَاعَةَ إِلاَّ بِإِمَارَةٍ وَلاَ إِمَارَةَ إِلاَّ بِطَاعَةٍ
Artinya: “Sesungguhnya tidak ada Islam kecuali dengan berjama’ah, dan tidak ada Jama’ah kecuali dengan kepemimpinan, dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan ditaati,” (HR.Ad-Darimi).
الله اكبر, الله اكبر, لا إله إلا الله والله اكبر. الله اكبر ولله الحمد
Para hamba Allah rahimakumullah,
Hari ini, kita masih mempunyai PR besar. Masjid Al-Aqsha masih dalam cengkeraman Yahudi laknatullah. Mereka berencana untuk merobohkannya dan menggantikannya dengan Kuil Ketiga. Para ikhwan wal akhawat, apa yang mereka rencanakan ini terjadi di masa kita. Ini menunjukkan, tanggung jawab pembebasan masjid Al-Aqsha ini, Allah pikulkan ke atas pundak-pundak kita. Sungguh, ini merupakan penghormatan dari Allah. Karena pembebasan Masjid Al-Aqsha hanya dilakukan oleh orang-orang mulia selevel para Nabi, para Sahabat dan para mujahid terdahulu.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Mudah-mudahan kita menjadi orang-orang seperti yang dimaksud dalam hadits berikut ini:
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ لَعَدُوِّهِمْ قَاهِرِينَ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ إِلَّا مَا أَصَابَهُمْ مِنْ لَأْوَاءَ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَأَيْنَ هُمْ قَالَ بِبَيْتِ الْمَقْدِسِ وَأَكْنَافِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ
“Tidak henti-hentinya thaifah dari umatku yang menampakkan kebenaran terhadap musuh mereka. Mereka mengalahkannya, dan tidak ada yang membahayakan mereka orang-orang yang menentangnya, hingga datang kepada mereka keputusan Allah Azza wa Jalla, dan tetaplah dalam keadaan demikian”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, di manakah mereka?”. Beliau bersabda, “Di Bait Al-Maqdis dan di sisi-sisi Bait Al-Maqdis“. (HR Ahmad).
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ, حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِيُ مَزِيْدَهُ, يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا وَلِجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ وَارْفَعْ لَهُمُ الدَّرَجَاتِ. اَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ اْلأَحْزَابِ إِهْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ , اَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ سَرِيْعَ الْحِسَابِ اِهْزِمِ اْلاَحْزَابِ اَللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ اَللَّهُمَّ
اَللَّهُمَّ اَنْجِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فِى بِلَدِ فَلَصْطِيْنَ وَسُرِيَّةٌ وَ رَهِعْ يَا خَاصَّةً وَفِى سَاءِرِ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَمَّةً اَللَّهُمَّ اَنْجِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى اَعْدآءِهِمْ اَللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى الْكُفَّارِالَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِى فَلَصْطِيْنَ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ وَاَيِّدْهُمْ بِالنَّصْرِ مِنْ عِنْدِكَ
Ya Allah, Sungguh Engkau Maha Mengetahui, bahwa saudara-saudara kami seiman di Palestina, Tiongkok, Suriah, Rohingya, dan belahan dunia lainnya, sedang berjuang melawan kezaliman orang-orang kuffar wal musyrikin. Sungguh Engkau Maha Mengetahui, lantaran kedhaifan kami, Kami belum sanggup menjangkau mereka untuk memberikan pembelaan terhadap mereka Ya Allah. Untuk itu, demi Keagungan Mu, demi Kemaha Perkasaan Mu, sampaikanlah doa kami ini untuk mereka, lindungilah mereka dengan Rahmat Mu yang Maha Luas, selamatkanlah mereka dari kejahatan orang kafir wal musyrikin dan penguasa-penguasa yang zalim.
Ya Allah, Sungguh Engkau Maha Mengetahui, bahwa kaum muslimin saat ini hidup terpecah belah dalam berbagai golongan. Sungguh Engkau Maha Mengetahui, karena kelemahan kami, nikmat Khilafah ini tidak tersebar di muka bumi. Untuk itu, Demi Kebenaran Ayat-ayat Mu, Demi Kebesaran Kasih Sayang Mu, gapaikanlah doa kami ini untuk menyentuh hati kaum muslimin, agar mereka mudah menerima dakwah untuk Iltizam pada Jama’ah Muslimin dan Imamnya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
Ya Allah, Sungguh Engkau Maha Mengetahui, bahwa saat ini mesjid Al Aqsha berada dalam kekuasaan hamba-hamba Mu yang tidak takut kepada Mu ya Allah. Untuk itu, Demi Kemahamuliaan Mu, Demi AgunganMu, curahkanlah kekuatan kepada kami, untuk menghentikan kezaliman mereka terhadap Mesjid Mu yang mulia tersebut, Ya Allah. (P004/P4)
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ .رَبَّنَا ءَامَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. اللَّهُمَّ انْجِ الْمُسْلِمِيْنَ اللَّهُمَّ انْجِ الْمُؤْمِنِيْنَ فىِ بِلاَدِ الْعِرَاقِ وَأَفْغَانِسْتَانِ وَسُورِيَة وَرَاهِنْياَ وَفَلَسْطِيْنَ خَاصَّةً, وَفىِ بُلْدَانِ اْلمُؤْمِنِيْنَ عَامَّةً. اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى الكُفَّارِ وَشُرَكَائِهِمْ. اللَّهُمَّ وَشَطَّطْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ اللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ. رَبَّنَا اَتِنَا فِىْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ْالأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ أَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأَبْرَارِ يَا عَزِيْزٌ يَا غَفَّارٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)