Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Idul Fitri Puitis: Melanjutkan Ibadah, Melestarikan Sunnah  

Redaksi Editor : Arif R - 46 detik yang lalu

46 detik yang lalu

0 Views

Shalat Idul Fitri (FOTO: Teuku Dedi Iskandar/ANTARA)

Oleh Ust Widi Kusnadi, Dai Ponpes Al-Fatah, Cileungsi, Bogor

Khutbah Idul Fitri puitis menggugah jiwa berjudul: Melanjutkan Ibadah, Melestarikan Sunnah.

Khutbah Idul Fitri ini memiliki kekhususan, yakni dengan diksi yang pas di akhir kalimatnya. Dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami pendengarnya.

Mudah-mudahan khutbah ini menginspirasi para jamaah sehingga mendorong semangat untuk tetap melanjurkan ibadah pascaramadhan. Selengkapnya silakan dibaca berikut ini:

Baca Juga: Makna Sejati Idul Fitri: Kembali ke Fitrah dengan Hati yang Suci

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

 

 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْاَحْزَابَ وَحْدَهُ

Baca Juga: Al-Jama’ah: Pilar Kebangkitan Umat Islam

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَاتَ وَ أَحْيَى. اَلْحَمْدُ للهِ الًّذِيْ أَمَرَنَا بِالتَّقْوَى وَ نَهَانَا عَنِ اتِّبَاعِ الْهَوَى. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ لَنَا عِيْدَ الْفِطْرِ وَ اْلأَضْحَى. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ  نِعْمَ الْوَكِيل وَنِعْمَ الْمَوْلَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَ مَنْ يُنْكِرْهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا. وَ صَلَّ اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَ حَبِيْبِنَا الْمُصْطَفَى، مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الْهُدَى، الَّذِيْ لاَ يَنْطِقُ عَنْ الْهَوَى، إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوْحَى، وَ عَلَى اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدقِ وَ الْوَفَا. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَنْ اِتَّبَعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْجَزَا. أَمَّا بَعْدُ:

فَيَاأيُّهَا الإِخْوَةِ فِاللّٰهِ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَآَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

وَقَالَ اَيْضًا فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ (٧) وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ (٨)  (الانشراح [٩٤]: (٧ــــ٨)

الله اكبر الله اكبر لاَ إِلهَ اِلَّا الله وَآلله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Baca Juga: Sejarah Yahudi adalah Sejarah Kekalahan

Gemuruh takbir dan tahmid di berbagai penjuru negeri bergelora membahana. Ayat-ayat suci berkumandang menggetarkan kalbu dan jiwa.

Di hari yang penuh berkah ini, diiringi hangatnya sinar mentari, menyibak sejuknya embun pagi, kita semua melangkahkan kaki, menuju tempat shalat untuk bersimpuh, bersujud memuji kebesaran Ilahi Rabbi.

Rasanya baru kemarin kita berucap Marhaban Ya Ramadhan. Tapi hari ini, Ramadhan telah pergi, meninggalkan berbagai kenangan tak terlupakan.

Rasa sedih dan bahagia bersatu padu. Melepas Ramadhan dan menyambut Syawal mengharu biru. Dengan lantunan tahmid dan takbir nan syahdu. Terucap di lisan, keluar dari qalbu.

Baca Juga: Bulan Ramadhan Ibarat Permainan Ular Tangga, Dimana Posisi Kita?

Tidak lupa shalawat teriring salam, Marilah kita haturkan kepada junjungan kita, teladan yang agung, rahmat bagi seluruh alam, dialah Nabi Muhammad SAW, penerang di tengah kegelapan, membawa umat menuju jalan keselamatan.

Shalawat dan salam juga kita sampaikan kepada keluarganya yang mulia, sahabatnya yang setia, serta kepada semua pengikutnya yang istiqamah, menapaki jejak perjuangan beliau hingga akhir zaman penuh fitnah.

Tidak lupa, khatib menyampaikan wasiat takwa. Marilah kita jaga, kita pelihara dan tingkatkan kualitas iman dan takwa kita, terutama pasca Ramadhan menuju 11 bulan berikutnya.

Menjaga iman dan takwa saat sendiri atau bersama, dalam suka maupun duka, ketika lapang maupun tak berpunya, sejak muda hingga tua, kita tetap dalam takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Baca Juga: Defisit Amal: Sebab dan Solusi Menurut Islam

الله اكبر الله اكبر لاَ إِلهَ اِلَّا الله وَاالله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Ma’asyiral Muslimin, wal muslimat hafidzakumullah

Ramadhan yang telah kita lalui, bukan sekadar ritual fisik tanpa makna, Tetapi Ramadhan adalah sebuah perjalanan spiritual yang mendalam, mengokohkan jiwa.

Ingatlah saat-saat puasa Ramadhan kita jalani, kita mampu menahan diri dari hal-hal yang terlarang di siang hari. Ketakwaan sejati tidak berhenti saat adzan Maghrib berkumandang, namun harus terus menjadi pedoman hidup dalam setiap langkah, hingga ajal menjelang.

Baca Juga: Pelajaran dari Surah Al-Ahqaf dan Relevansinya untuk Generasi Saat Ini

Gema takbir berkumandang di hari Idul Fitri, bukan sekadar tradisi atau lantunan tanpa arti, Tetapi ia mengandung makna pengakuan atas karunia dan hidayah Allah Yang Mahasuci.

Lantunan takbir juga juga sekaligus merupakan ungkapan syukur, atas nikmat dan kasih-Nya yang tiada terukur.

Takbir di hari Fitri adalah pengakuan yang luhur, bahwa kemampuan dan kekuatan kita adalah semata-mata berkat hidayah dan pertolongan-Nya Yang Mahasyakur.

Idul Fitri adalah hari kemenangan yang hakiki, Membebaskan diri dari belenggu nafsu duniawi.

Baca Juga: Adab dan Akhlak yang Mulai Hilang dari Generasi Muda

Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam menganjurkan umatnya untuk memperbanyak takbir, sebagai bentuk dzikir dan syukur kepada Allah Yang menentukan segala takdir. Beliau bersabda:

زَيِّنُوا أَعْيَادَكُمْ بِالتَّكْبِيرِ (رواه البيحقى)

Hiasilah hari raya kalian dengan takbir.” (HR Al-Baihaqi)

Takbir yang dilantunkan secara bersama-sama, di rumah, masjid dan mushola, menciptakan suasana yang penuh kekhusyukan dan kebersamaan. Suara takbir yang menggema, menjadi pengingat bahwa hanya Allah saja Yang Mahabesar, Sang Pemilik Segala yang ada di alam raya.

Baca Juga: 7 Jalan Menggapai Derajat Taqwa Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits

الله اكبر الله اكبر لاَ إِلهَ اِلَّا الله وَاالله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Ma’asyiral Muslimin, wal muslimat hafidzakumullah

Ramadhan mengajarkan makna ketakwaan, menjadikan Allah sebagai pusat dari segala niat, tindakan, dan tujuan.

Maka, setelah Ramadhan pergi, mari kita bertanya pada diri kita sendiri: Puasa yang kita tunaikan, sudahkah mampu menahan lisan, dan perbuatan? ataukah hanya sekadar menahan lapar dan dahaga dalam kefanaan?

Baca Juga: Taat kepada Allah dan Rasul: Ujian Kepatuhan Sejati

Shalat malam yang kita lakukan, sudahkah membawa jiwa kita tunduk kepada Allah Yang Maharahman? ataukah sekadar ritual yang hampa dari nilai-nilai pengabdian?

Zakat dan sedekah yang kita tunaikan, apakah telah dilandasi ketulusan dan keikhlasan? ataukah masih ada rasa enggan yang tersembunyi, menahan karunia yang seharusnya dibagi?

Madrasah Ramadhan mengasah kesabaran. Puasa mendidik kita untuk mampu menahan diri, sehingga mampu melewati setiap ujian.

Hidup ini adalah perjalanan penuh tantangan. Kesabaran menjadi kunci mengatasi segala permasalahan dan mendekatkan diri pada Tuhan.

Baca Juga: 6 Hal Yang Perlu Diketahui tentang Bahaya Riba

Saat lapar, dahaga, dan kenikmatan dunia datang menggoda, kita belajar bahwa sabar adalah benteng diri, menguatkan jiwa.

Bulan Ramadhan membuka hati untuk peduli sesama, Berbagi bukan karena kita kelebihan harta, Tetapi karena kita sadar, segala yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah Yang Mahakaya.

Ramadhan juga mendidik kebersamaan, Kasih sayang tumbuh di tengah ibadah dan kehidupan berjamaah yang penuh keimanan. Dari salat tarawih hingga buka puasa bersama, hal itu menandakan bahwa semangat ukhuwah hendaknya terus kita pelihara di tengah-tengah kehidupan kita.

Saling tolong menolong dalam meringankan penderitaan dan kesusahan, empati menggerakkan hati untuk berbagi rizki dan kebaikan.

Sungguh, ukhuwah Islamiyah itu yang begitu indah, persaudaraan berbalut ketakwaan pasti membawa berkah.

Pasca Ramadhan ini, mari kita berkomitmen meningkatkan ibadah, melanjutkan dzikir dan tilawah. Sambutlah Idul Fitri dengan hati khusyuk dan tulus, dengan komitmen menjaga semangat ibadah, meniti jalan yang lurus.

Idul Fitri bukanlah hari untuk bermegah-megahan, tetapi Idul Fitri adalah momen kembali pada fitrah dalam keimanan. Rasulullah SAW bersabda:

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

“Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang mengevaluasi dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta panjang angan-angan dalam kehidupan dunia.’ (HR At-Tirmidzi).

الله اكبر الله اكبر لاَ إِلهَ اِلَّا الله وَاالله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Ma’asyiral Muslimin, wal muslimat hafidzakumullah

Sebagai umat Islam, Al-Qur’an haruslah menjadi pedoman kehidupan. Kitab suci yang harus dipegang teguh dalam setiap zaman.

Al-Qur’an bukan sekadar untuk dibaca atau dihafal dengan lisan, namun hendaknya dihayati, dipahami, dan diamalkan dalam perjalanan kehidupan.

Al-Qur’an menjelaskan nilai-nilai kebenaran yang nyata, memberikan solusi atas persoalan yang ada,
membimbing hati agar tetap di jalan yang lurus, Menjadi cahaya di tengah gelap, penerang yang tak pernah pupus.

Al-Qur’an membawa bayyinah, sarat dengan penjelasan. Ia juga menjadi furqan, pembeda antara kebenaran dan keburukan.

Dengan mengikuti syariat-syariatnya, kita terhindar dari kesesatan, menuju kebahagiaan jiwa, penuh keimanan dan ketakwaan.

Al-Qur’an adalah sumber inspirasi. Setiap ayatnya menjadi referensi, penjadi pegangan para ahli, dalam memecahkan setiap masalah yang dihadapi.

Menjadikan Al-Qur’an pedoman hidup, tak cukup dengan membaca, tetapi dipraktikkan nilai-nilainya dalam hidup dengan penuh cinta.

Dalam sejarah, Al-Qur’an telah menjadi pendorong kemajuan ilmu dan terkologi. Hal itu menjadi bukti, bahwa Al-Qur’an akan tetap abadi, relevan sepanjang zaman.

Al-Qur’an mengingatkan kita, bahwa dunia ini adalah kehidupan yang fana dan sementara. Akhirat lah kehidupan yang sebenarnya, kekal abadi selama-lamanya.

Allah berfirman:

إِنَّ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ يَہۡدِي لِلَّتِي هِيَ أَقۡوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرٗا كَبِيرٗا (الإسراء [١٧]: ٩)

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra: 9)

الله اكبر الله اكبر لاَ إِلهَ اِلَّا الله وَاالله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Ma’asyiral Muslimin, wal muslimat hafidzakumullah

Tidak lupa kami juga menyampaikan Nasihat untuk para muslimah yang shalehah, kaum Hawa semuanya, baik yang masih lajang maupun yang sudah berkeluarga.

Wahai para wanita, wahai para hamba pilihan Allah, bertakwalah kepada-Nya dan banyaklah bersedekah. Karena harta yang dibagikan untuk sedekah akan mendatangkan berkah.

Wahai Muslimah, milikilah hati yang lembut, Genggamlah sabar dan syukur yang tak pernah surut.
Kelembutanmu akan menjadi anugerah tak ternilai harganya, menjadi penyejuk jiwa, dalam rumah tangga penuh bahagia.

Wahai Muslimah, jagalah hati dari segala kesah dan keluh. Tetaplah teguh meski cobaan datang bergemuruh. Yakinlah bahwa Allah mencintai jiwa yang penuh keikhlasan, hingga surga menjadi balasan atas kesetiaan.

Rasulullah juga mengabarkan berita gembira kepada kaum wanita. Beliau bersabda;

إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا؛ قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Jika seorang wanita senantiasa menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), menjaga kehormatannya (dari perbuatan zina) dan taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita tersebut, “Masuklah ke surga melalui pintu manapun yang engkau suka.” (HR Ahmad)

Mengakhiri khutbah ini, mari kita tengadahkan tangan, bermunajad kepada Allah Yang Maharahman, Kiranya Allah segera angkat segala musibah dan bencana dan menggantinya dengan limpahan keberkahan dan kemudahan.

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِىْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَارَبَّنَالَكَ الْحَمْدُ وَلَك الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِىْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ

اللّهُم اغْفِرْلِلْمُؤْمِنِيْن وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنَهُمْ وَأَلِّف بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَاجْعَل فِي قُلُوْبِهِم الإِيْمَان وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُم عَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم

اَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا ، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ، وَبَارِكْ لَنَا فِيْ أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوْبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي فِلِسْطِيْنَ وَإِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْن فِي سَائِرِ بِلاَدِ الإِسْلاَمِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

Ya Allah Yang Mahaperkasa, di tanganMu lah segala urusan kami kembalikan. Dengan kuasaMu kami hidup dan dengan kekuatanMu kami berusaha. Ya Allah ya Ghaffar, Ya Karim, ampunilah seburuk apapun dosa dan kesalahan kami. Karuniakan kepada kami kekuatan untuk bertaubat dari segala kemaksiatan.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah mendholimi pada diri kami sendiri, jika tidak engkau ampuni kami dan merahmati kami, tentulah kami menjadi orang yang rugi.

Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami di Gaza Palestina, juga di negeri-negeri lainnya yang dilanda bencana, angkatlah kesudahan dan kesulitan mereka, dan gantilah dengan rahmat dan ampunanMu yang menentramkan jiwa.

Kepada yang wafat khusnul khatimah, berikan kepada mereka ampunan dan tempat yang mulia, bagi keluarga yang ditinggalkan, berikan ketabahan dan kesabaran untuk kembali meraih harapan dan keberkahan.

Ya, Allah berikan kepada kami pemimpin yang adil, pemimpin yang mampu membimbing rakyatnya menuju cahayaMu, pemimpin yang mampu menjadi suri tauladan, menjadi panutan dan menjadikan rakyatnya beriman dan bertaqwa kepadaMu.

اَللَّهُمَّ اغْفِرلَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَيَانَاصِغَارًا، وَلِجَمِيعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةَ وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةَ وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ،

وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزِّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Khutbah Jumat
Indonesia
Kolom