Oleh: Ansaf Muarif Gunawan, Wartawan Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)
Khutbah ke-1:
إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين،
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Jamaah Jumah yang dimuliakan Allah
Segala puji hanya milik Allah yang telah memberikan karunia-Nya kepada kita. Shalawat teriring salam senantiasa terkirim untuk baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Khatib mewasiatkan untuk dirinya dan keluarganya dengan wasiat takwa. Sebagaimana firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kalian mati kecuali dalam keadaan Muslim (berserah diri kepada Allah)”. (QS Ali Imran [3]: 102).
Jamaah Jumah yang dimuliakan Allah
Bapak dan ibu yang beriman, terdapat sekian manfaat yang akan kita nikmati dari pendidikan keimanan diterapkan terhadap anak-anak. Oleh sebab itu marilah sebagai orang tua untuk mengajarkan kepada anak nilai keimana melalui salat, dengan menjaga dan melaksanakan shalat.
Namun, sebelumnya kita perlu menanamkan nilai-nilai keimanan di dalam hatinya. Tentunya nilai-nilai keimanan ini harus ditanamkan sejak kecil. Orang bijak mengatakan “Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, sedangkan belajar sesudah besar bagai melukis di atas air”, Pepatah itu seringkali kita dengar untuk menggambarkan bagaimana pembelajaran serta pendidikan yang diberikan pada anak usia dini akan melekat atau terpatri dalam benak serta sanubari seorang anak hingga mereka beranjak dewasa.
Baca Juga: Malu Kepada Allah
Karena itu, keluarga sebagai tiang utama, khususnya orangtua dalam hal ini seorang Bunda, sangat penting perannya dalam menentukan arah pendidikan seorang anak terutama dalam pembentukan karakter, kepribadian serta watak.
Anak merupakan amanah dan titipan dari Sang Pencipta. Mengingat pentingnya karakter, budi pekerti dan akhlak dalam membangun sumber daya manusia generasi emas Indonesia. Maka perlunya pendidikan karakter, penanaman budi pekerti serta akhlak mulia diberikan sejak PAUD.
Bahkan sejak dalam kandungan seorang ibu sudah mulai mengajarkan kebaikan. Dengan seorang ibu melakukan kebaikan, betutur kata yang baik, berperilaku yang baik, maka ketika lahir harapan orang tua, ketika anak lahir menjadi orang yang soleh, berbakti kepada orang tuan dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Jamaah Jumah yang Dimuliakan Allah
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-19] Jagalah Allah, Pasti Allah akan Menjagamu
Adapun tahapan yang kita lakukan adalah sebagai berikut:
Pertama, Ajakarkan kepada Anak Kalimat Tauhid لَا إِلَهَ إِلاَّ الله
Perlu kita ketahui bahwasannya kalimat tauhid adalah لَا إِلَهَ إِلاَّ الله memiliki dua rukun, yaitu nafi (peniadaan) dan itsbat (penetapan). Kalimat لَا إِلَهَ bermakna menafikan segala bentuk ibadah kepada selain Allah. Dengan kalimat tersebut, kita meyakini bahwa segala sesuatu yang disembah selain Allah adalah batil. Kita meniadakan segala bentuk penghambaan dan peribadatan kepada selain Allah, baik penyembahan kepada malaikat, nabi, jin, berhala, dan sebagainya.
Rukun yang kedua terdapat dalam kalimat إِلاَّ الله. Kalimat tersebut adalah suatu bentuk penisbatan bahwasannya hanya kepada Allah Ta’ala saja kita menyembah. Allah satu-satunya yang berhak diibadahi dan tiada pantas sekutu bagi-Nya. Sebagai hamba yang beriman, kita perlu mengetahui makna kalimat tauhid yang sebenarnya. Kalimat لَا إِلَهَ إِلاَّ الله bermakna لآ معبود بحق إِلاَّ اللهُ yaitu tidak ada sesembahan yang berhak dan wajib disembah melainkan Allah saja.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menggapai Syahid di Jalan Allah Ta’ala
Kalimat ini sangat penting didengarkan kepada bayi ketika lahir. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam bersabda:
اَفتَحُوا صِبْيا نَكُمْ اَوَّلَ َكلِمَةً بِلَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
“Perdengarkan lah kalimat لَا إِلَهَ إِلاَّ الله kepada bayi-bayi kalian sebagai kalimat pertama kali yang didengar mereka,” (H.R. Imam Al-hakim).
Dalam hadis lain Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam bersabda:
Baca Juga: Mengembangkan Pola Pikir Positif dalam Islam
“Jika anak kalian fasih berbicara, ajarilah mereka kalimat Laa ilaha Illallah,” (H.R. Ibnu Sinni).
Adapun perintah dibalik itu adalah agar kalimat tauhid dan syiar masuk Islam menjadi kalimat yang pertama kali didengar oleh bayi bisa diucapkan dan dilafalkan serta di pahami, contohnya adzan.
Abu Rafi’ berkata “Saya melihat rasulullah Adzan di telinga Husain bin Ali ketika lahir,” (H.R Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
Imam Ibnul Qayim Rahimahullah menyebutkan didalam kitabnya Thufatul Maudud, “Hebdak kalimat yang pertama didengar oleh manusia adalah kalimat panggilan tertinggi didalamnya mencakup kebesaran Rabb dan keagungan-Nya serta kalimat syahadat yang merupakan ungkapan pertama kali bagi orang yang hendak masuk Islam.”
Baca Juga: Tadabbur QS. Thaha ayat 14, Dirikan Shalat untuk Mengingat Allah
Kedua, Ajarkan kepada anak Nilai-nilai Keimanan Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Menjadi kewajiban bagi kedua orang tua adalah untuk mengajarkan kepada para anak-anak mereka dengan nilai-nilai keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lakukan secara sederhana dan mudah sehingga dapat dipahami oleh anak-anak kita.
Dengan kita menanamkan kepada mereka pemahaman bahwa Sang Pecipta adalah Allah, pemberi rezeki juga Allah, pencipta manusia dan anak-anak juga Allah, begitu juga pencipta langit dan bumi serta segala sesuatunya.
Jamaah Jumah yang dimuliakan Allah
Baca Juga: Terus Berjuang Membela Palestina
Adapun manfaatnya yang akan didapatkan oleh orang tua adalah sebagai berikut:
- Kedua Orang Tua Banyak Memperoleh Kebaikan pada Hari Kiamat.
Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam bersabda:
يَبِعُ الرَّجُلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْحَسَنَاتِ أَمْثَالُ الْحِبَالِ فَيَقُولُ (الْعَبْدُ): أَتَى هَذَا؟ فَيُقَالُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
“Pada hari kiamat besok, ada seorang laki-laki yang diikuti oleh kebaikan-kebaikan sebesar gunung-gunung. Hamba tersebut pun bertanya, ‘Dari mana semua kebaikan ini?’ Lalu dikatakan kepadanya, ‘Ini semua adalah permintaan anakmu untukmu’.” (H.R. At-Thabrani)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-18] Tentang Taqwa
Istighfar untuk kedua orang tua tidak akan dimintakan kecuali oleh anak yang menjaga shalat dan terdidik di atas keimanan.
- Mendapatkan Pahala dari Kebaikan yang Dikerjakan Anak.
Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam bersabda:
الْمَوْلُودِ حَتَّى يَبْلُغَ الْحِنْثُ مَا عَمِلَ مِنْ حِسَّةٍ كُنْتُ لِوَالِدَيْهِ وَمَا عَمِلَ مِنْ سَيِّئَةٍ لَمْ تُكْتَبْ عَلَيْهِ وَلَا عَلَى وَالِدَيْهِ فَإِذَا بَلَغَ الْحِنْثَ جَرَى عَلَيْهِ الْقَلَمُ
“Seorang anak yang belum mencapai usia baligh, ketika ia mengamalkan kebaikan, maka kedua orang tuanya juga akan diberi pahala. Namun jika ia melakukan keburukan, niscaya tidak ditulis dosa atasnya dan kedua orang tuanya. (H.R. At-Thabrani)
Baca Juga: Mahsyar dan Mansyar: Refleksi tentang Kehidupan Abadi
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
“Apabila anak adam (manusia) telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya darinya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah (sedekah yang pahalanya terus mengalir), ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang selalu mendoakannya.” (HR Muslim No. 1631).
Standar kesalihan seorang anak yang mendoakan bapak dan ibunya jika keduanya telah meninggal, jika bukan keimanannya dan juga kegemaranya dalam melakukan kebaikan serta penjagaanya dalam shalatnya.
Dengan demikian seorang anak akan selalu mendoakan kedua orang tunya, dengan mengulang-ngulang ucapnya dalam setia shalat.
Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman Q.S. Nuh [71]: 28.
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَّلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِۗ وَلَا تَزِدِ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا تَبَارًا
“Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, dan siapa pun yang memasuki rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang zalim itu selain kehancuran.”
- Derajat Kedua Orang Tua di dalam Surga akan diangkat kepada derajat yang paling tinggi karena keshalihan anak-anak mereka.
Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ لِلْعَبْدِ الصَّالِحِ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ يَا رَبِّ أَنَّى لِي هَذِهِ فَيَقُولُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدَكَ لَكَ
“Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla benar-benar akan mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di dalam surga. Lalu hamba tersebut bertanya, ‘Wahai Rabb-ku,
mengapa derajatku diangkat?’ Allah pun menjawab, Karena istighfar anakmu untukmu.” (H.R. Imam Ahmad dan Thabrani).
- Anak Soleh Dapat Mengumpulkan Kedua Orang Tuanya di Surga Nanti
Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam bersabda yang artinya:
“Allah mengumpulkan mereka dengan orang-orang yang mereka cintai di dalam surga yaitu orang tua, istri dan anak keturunan mereka yang mukmin dan layak masuk surga. Sampai-sampai, Allah mengangkat derajat yang rendah menjadi tinggi tanpa mengurangi derajat keluarga yang tinggi (agar berkumpul di dalam surga yang sama derajatnya.”
Jamaah Jumah yang dimuliakan Allah
Semoga anak-anak kita menjadi anak yang soleh sehingga mampu memasukan kedua orang tuanya ke surga. Amiin ya Rabbal Alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ
Khutbah ke-2
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ،. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرً۬ا كَمَا حَمَلۡتَهُ ۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآۚ أَنتَ مَوۡلَٮٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡڪَـٰفِرِينَ. رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٲجِنَا وَذُرِّيَّـٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٍ۬ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا.رَبِّ هَبۡ لِى مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةً۬ طَيِّبَةًۖ إِنَّكَ سَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
(A/R8/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)