Oleh: Ali Farkhan Tsani, Da’i Pesantren Al-Fatah Bogor, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA
اَلْحَمْدُ لِلّهِ، اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدَانَا صِرَاطَهُ الْمُسْتَقِيْمَ، صِرَاطَ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالصِّدِيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُوْلٓـئِكَ رَفِيْقاً. أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
فَيَا عِبَادَ اللّٰه أوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَا نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقوَى، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاءَنِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَيْطَانِ الرَّجِيْمِ
وَقَالَ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Hadirin rahimakumullaah
Al-Quran adalah sebagai obat penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman kepada Allah.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menggapai Syahid di Jalan Allah Ta’ala
Firman Allah menyebutkan:
وننَزِّلُ مِنَ القرآنِ مَا هُوَ شفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّـلْمُؤْمِنِيْنَ، وَلاَ يَزيْدُ الظالِمِيْنَ إلاَّ خَساراً
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS Al Isra’ [17]: 82).
Ibnu Katsir menguraikan bahwa Allah mengabarkan tentang Kitab-Nya yang diturunkan kepada Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yaitu Al-Qur`an, yang tidak terdapat kebatilan di dalamnya baik dari sisi depan maupun belakang, yang diturunkan dari Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.
Bahwa sesungguhnya Al-Quran itu merupakan penyembuh dan rahmat bagi kaum mukminin, yaitu menghilangkan segala hal berupa keraguan, kemunafikan, kesyirikan, penyimpangan, dan penyelisihan yang terdapat dalam hati. Al-Quran-lah yang menyembuhkan itu semua.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa
Di samping itu, Al-Quran merupakan rahmat yang dengannya membuahkan keimanan, hikmah, mencari kebaikan dan mendorong untuk melakukannya. Hal ini tidaklah didapatkan kecuali oleh orang yang mengimani, membenarkan, serta mengikutinya.
Bagi orang yang seperti ini, Al-Quran akan menjadi penyembuh dan rahmat.
Adapun bagi orang kafir yang menzalimi dirinya sendiri, maka tatkala mendengarkan Al-Quran tidaklah bertambah baginya melainkan semakin jauh dan semakin kufur. Dan sebab ini ada pada orang kafir itu, bukan pada Al-Qurannya.
Pada ayat lain Allah menyatakan:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
قُلْ هُوَ لِلَّذِيْنَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِيْنَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيْدٍ
Artinya: “Katakanlah: ‘Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-Qur`an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh’.” (QS Fushshilat [41]: 44).
Pada ayat lain juga dikatakan:
وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُوْرَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُوْلُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيْمَانًا فَأَمَّا الَّذِيْنَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيْمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُوْنَ. وَأَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُوْنَ
Artinya: “Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: ‘Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?’ Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. Adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.” (QS At-Taubah [9]: 124-125).
Sidang Jumat yang berbahagia
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Adapun jenis penyakit yang bisa diobati oleh Al Qur’an seperti disebutkan Imam Al-Qurthubi adalah menyembuhkan penyakit hati seperti kebodohan dan keraguan. Juga menyembuhkan penyakit-penyakit jasmani dengan cara ruqyah, ta’awwudz dan sejenisnya.
Termasuk penyakit hati yang bisa disembuhkan oleh Al-Quran, antara lain: perasaan was-was, bingung, nifaq, iri hati, rakus, menyimpang dari jalan yang benar, dan lain-lain.
Makna lainnya adalah bahwa penyembuhan yang terkandung dalam Al-Quran bersifat umum meliputi penyembuhan hati dari berbagai syubhat, kejahilan, berbagai pemikiran yang merusak, penyimpangan yang jahat, dan berbagai tendensi yang batil.
Sebab Al-Quran mengandung ilmu yakin, yang dengannya akan musnah setiap syubhat dan kejahilan. Ia merupakan pemberi nasehat serta peringatan, yang dengannya akan musnah setiap syahwat yang menyelisihi perintah Allah.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Di samping itu, Al-Quran juga menyembuhkan jasmani dari berbagai penyakit.
Al-Quran dikatakan sebagai obat penawar atau penyembuh itu karena pembacanya bertawakkal penuh kepada Allah yang telah menurunkan Al-Quran. Sehingga ia memohon hanya kepada Allah atas kesembuhan segala penyakitnya.
Maka benarlah bahwa tidak ada satu pun jenis penyakit, baik penyakit hati maupun jasmani, melainkan dalam Al-Quran ada cara yang membimbing kepada obat dan sebab (kesembuhan)-nya.”
Sebagaimana yang bisa dipahami dari firman Allah, berkenaan dengan sikap Nabi Ibrahim:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
Artinya: “Dan apabila aku (Ibrahim) sakit, Dia (Allah)-lah yang menyembuhkan diriku.” (QS Asy-Syu’ara [26]: 80).
Begitulah, Al-Quran yang diwahyukan oleh Allah, sebagai obat (penawar) bagi orang-orang yang beriman.
Namun, meskipun Al-Quran itu bisa juga dibaca oleh orang-orang tidak beriman, fungsinya sebagai obat (penawar) dan rahmat tidak akan dirasakan oleh mereka. Bukan karena kesalahan Al-Qurannya, tetapi karena mereka tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan obat (penawar) dan rahmat dari Allah melalu (media/sarana) Al-Quran itu.
Hadirin yang dirahmati Allah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Adapun makna Al-Quran sebagai rahmat adalah terlepas dari kesusahan, dibersihkan dari aib, penghapusan dosa dan pemberian pahala oleh Allah kepada pembacanya.
Al-Quran sebagai rahmat karena sesungguhnya di dalamnya terkandung sebab-sebab dan sarana untuk meraihnya. Kapan saja seseorang melakukan sebab-sebab itu, maka dia akan menang dengan meraih rahmat dan kebahagiaan yang abadi, serta ganjaran kebaikan, cepat ataupun lambat.
Hal ini sesuai dengan Hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
Artinya: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an maka dia mendapatkan satu pahala, dan tersebut dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidak mengatakan الم satu huruf, akan tetapi alif adalah satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf. (HR Bukhari).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Itulah dua manfaat besar di antara sekian banyak manfaat Al-Quran yang diperoleh oleh orang-orang yang beriman. Adapun orang-orang yang zalim, mereka tidak mendapatkan dua manfaat tersebut darinya. Namun justru semakin merugi.
Oleh karena itu, agar kita sebagai orang-orang beriman bisa memeroleh kesembuhan dari semua penyakit yang tengah kita alami dan mendapatkan rahmat (kasih sayang) Allah, melalui sarana Al-Quran. Maka, kita harus memerkokoh keimanan kita, sebagai prasyarat utama untuk menggapai kesembuhan dan rahmat dari Allah tersebut. (A/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an