Oleh : Ali Farkhan Tsani, Da’i Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jabar, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur kepada Allah atas segala nikmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beserta keluarganya, para sahabatnya dan pengikutnya serta kita semua yang setia pada sunnahnya hingga akhir jaman.
Selanjutnya, khatib menyampaikan wasiat kepada diri dan keluarga serta hadirin sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada-Nya agar kita hidup bahagia, selamat dan sejahtera, di dunia hingga di akhirat kelak.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Allah mengingatkan kita di dalam firman-Nya :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS Ali Imran [3] : 102).
Takwa secara bahasa bermakna : hati-hati, waspada, menjaga, takut. Adapun takwa secara istilah bermakna menthaati Allah dan tidak memaksiati-Nya, mengingat Allah dan tidak melupakan-Nya, serta mensyukuri nikmat Allah dan tidak mengkufuri-Nya. Takwa dengan kata lain adalah menjalankan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Takwa inilah yang menjadi wasiat abadi karena mengandung kebaikan dan manfaat yang sangat besar bagi terwujudnya kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Takwa merupakan kumpulan dari semua kebaikan dan pencegah segala kejahatan.
Hadirin yang sama-sama mengharapkan ridha dan ampunan Allah
Dalam syariat agama Islam, hidup saling bersaudara karena Allah merupakan tuntunan syariat, yang menjadi sarana mendapatkan rahmat Allah.
Ini seperti Allah nyatakan di dalam Al-Quran:
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٌ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
Artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS Al-Hujurat [49] : 10).
Ayat ini menegaskan bahwa sesama kita orang-orang beriman adalah saling bersaudara. Maka, sebaliknya, jika kita tidak saling bersaudara, seolah-olah kita dikatakan sebagai orang yang tidak beriman kepada Allah.
Ketika kita membahas ayat ini, Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa persaudaraan karena agama Islam merupakan hubungan persaudaraan karena dasar keimanan kepada Allah yang jauh lebih kuat dibandingkan hubungan karena keturunan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Persaudaraan karena keturunan, nasab atau darah akan terputus dengan perbedaan agama. Akan tetapi persaudaraan (ukhuwwah) karena agama tidak akan pernah terputus meskipun hubungan nasab atau darah itu terputus.
Begitu sangat pentingnya persaudaraan dalam Islam (ukhuwwah Islamiyyah) itu hingga Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menyatakan:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Artinya: “Perumpamaan kaum Muslimin dalam saling mengasihi, saling menyayangi, dan saling menolong di antara mereka seperti perumpamaan satu tubuh. Tatkala salah satu anggota tubuh merasakan sakit, maka anggota tubuh yang lainnya akan merasakan pula dengan demam dan tidak bisa tidur.” (HR Muslim).
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Begitulah gambaran persaudaraan sesama kaum Muslimin. Mereka semua saling membutuhkan, saling membantu, saling menguatkan, dan saling merasakan apa yang dirasakan sesamanya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menegaskan kembali dalam sabdanya :
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
Artinya: “Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seperti satu bangunan, sebagiannya menguatkan yang lainnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Pada hadits lain, dengan kasih sayangnya, baginda Nabi juga mengingatkan kita:
الْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ لَا يخذلهُ ولا يحقره وَلَا يُسْلِمُهُ
Artinya: “Seorang mukmin adalah saudara bagi mukmin lainnya, dia tidak membiarkannya (di dalam kesusahan), tidak boleh merendahkannya, dan tidak boleh menyerahkannya (kepada musuh)”. (HR Bukhari dan Muslim).
Kaum Muslimin rahimakumullah
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Begitulah, kita saling bersaudara karena Allah, dan dan kita pun merasa senang dan nikmat manakala mampu menolong sesama saudara orang-orang beriman, sebagai perwujudan dari kehidupan berjama’ah di antara kaum Muslimin. Seperti Allah tegaskan di dalam ayat-Nya:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَآءً فَاَ لَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖۤ اِخْوَا نًا ۚ
Artinya: “Dan berpegang teguhlah kalian semuanya pada tali (agama) Allah seraya berjama’ah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara….” (QS Ali ‘Imran [3] : 103).
Pada ayat tersebut Allah mengingatkan orang-orang beriman agar senantiasa berpegang teguh dengan tali Allah yakni Al-Qur’an, dengan selalu berjama’ah dan melarang berpecah-belah.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Hidup brjama’ah ini telah menjadi syariat Nabi-Nabi utusan Allah, umat-umat terahulu, dan hingga kini kita umat penerus risalah Allah.sebagaimana firman Allah yang menyebutkan :
شَرَعَ لَكُمْ مِنْ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلاَ تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ
Artinya : “Dia (Allah) telah mensyari’atkan bagi kamu tentang Ad-Dien, apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami (Allah) wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: “Tegakkanlah Ad-Dien dan janganlah kamu berpecah-belah tentangnya.” Berat bagi musyrikin menerima apa yang engkau serukan kepada mereka itu. Allah menarik kepada Ad-Dien itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (Ad-Dien)-Nya orang yang kembali kepada-Nya.” (Surah Asy-Syura [42] : 13).
Pada ayat lain dikatakan :
مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَلاَ تَكُونُوا مِنْ الْمُشْرِكِينَ . مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُون
Artinya : “Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS Ar-Ruum [30] : 31-32).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Ibnu Katsir di dalam Tafsir Al-Quranul ‘Adzim menjelaskan, maksud kalimat “Janganlah kamu termasuk orang-orang musyrik” adalah jangan menyerupai perbuatan mereka yang suka memecah-belah agama, mengganti, mengubah, mengimani sebagian ayat dan mengingkari sebagian ayat yang lain.
Ayat ini sekaligus memperingatkan umat Islam supaya tidak mengikuti jalan hidup yang terpecah-belah tanpa seorang pimpinan kaum Muslimin atau Imaamul Muslimin.
Hanya mereka yang mendapatkan rahmat Allah itulah yang dapat mempersatukan diri, jiwa dan raganya dalam kehidupan berjama’ah. Sebagaimana firman-Nya :
وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَهُمْ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَلَٰكِن يُدْخِلُ مَن يَشَآءُ فِى رَحْمَتِهِۦ ۚ وَٱلظَّٰلِمُونَ مَا لَهُم مِّن وَلِىٍّ وَلَا نَصِيرٍ
Artinya: “””Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja), tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong.” (QS Asy-Syura [42] : 8).
Untuk itu, hadirin yang sama-sama mengharap ridha dan ampunan Allah,
Marilah kita istiqamah dalam mengamalkan syari’at kehidupan berjama’ah ini, untuk mendapatkan rahmat dan ridha Allah. Seperti disebutkan di dalam sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :
اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَ الْفُرْقَةُ عَذَابٌ
Artinya: “Berjamaah adalah rahmat, sedangkan berpecah-belah adalah azab.” (HR Ahmad).
Pada hadits lain dikatakan :
مَنْ أَرَادَ مِنْكُمْ بَحْبُوْحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ وَهُوَ مِنَ الإِثْنَيْنِ أَبْعَدُ
Artinya: “Barangsiapa dari kalian menginginkan tinggal di tengah-tengah syurga, maka hendaklah berpegang teguh kepada Al-Jama’ah, karena syaitan bersama seorang (sendirian) dan dia dari dua orang, dengan lebih jauh.” (HR At-Tirmidzi, Ahmad dan Al-Hakim).
Demikianlah, semoga kita dapat memperkokoh kehidupan berjama’ah dengan meningkatkan ukhuwwah Islamiyah, di antara kaum Muslimin. Aamiin. (A/RS2/).
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Mi’raj News Agency (MINA)