Oleh Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)
اَلْحَمْدُ ِللهِ هَدَانَا لِهٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِىَ لَوْلاَ اَنْ هَدَانَا الله ُ أَشْهَدُأَنْ لاَّ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلٰى أٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيـُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Hadirin sidang Jumat yang berbahagia
Marilah kita kembali merenungkan apa hakikat Allah menciptkan kita di muka bumi ini. Tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah dengan melakukan amal-amal terbaik.
Allah menyatakan di dalam Al-Quran:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia (Allah) menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya. Dan Dia (Allah) Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS Al-Mulk [6] : 2).
Pada ayat ini Allah menyebut bahwa prestasi hidup dilihat bukan dengan yang paling banyak amalnya. Akan tetapi yang paling baik amalnya.
Para ulama menjelaskan, makna paling baik amalnya, adalah mereka yang beramal dengan paling benar dan paling ikhlas (ashwabahu wa akhlashahu).
Begitulah, amal-amal terbaik adalah amal-amal shalih, yang dikerjakan dengan hanya mengharap ridha dan perjumpaan dengan Allah. Seperti dalam firman-Nya:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
فَمَن كَانَ يَرۡجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلاً۬ صَـٰلِحً۬ا وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦۤ أَحَدَۢا
Artinya: “Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia melakukan amal shalih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabb-nya dengan sesuatu apapun”. (QS Al-Kahfi [18]: 110).
Dengan senantiasa beramal shalih, amal yang benar lagi ikhlas, kita berharap akan terus meningkat seiring dengan semakin bertambahnya umur kita.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan di dalam haditsnya:
خَيْرُالنَّاسِ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ وَشَرُّالنَّاسِ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَسَاءَعَمَلُهُ.
Artinya: “Sebaik- baik manusia adalah orang yang panjang umurnya dan bagus amalnya dan seburuk-buruk manusia adalah orang yang panjang umurnya dan buruk amalnya.” (H.R. Ahmad, Turmudzi dan Hakim).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Pada hadits lainnya disebutkan:
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ اَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ اَمْسِهِ فَهُوَ خَاسِرٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ اَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ
Artinya: ‘Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin maka ia beruntung, barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin maka ia merugi dan barang siapa hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka ia dilaknat”. (H.R. Al-Hakim).
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah
Karunia hidup sebelum mati, waktu yang tak bisa diputar lagi ke belakang, adalah sesuatu yang sangat berharga bagi kita seorang Muslim. Bahkan lebih berharga daripada harta dunia yang kita miliki. Karena harta dunia apabila hilang maka masih bisa kita cari. Sementara waktu, umur, hidup, apabila telah berlalu tidak mungkin untuk kembali lagi. Sehingga tidak ada yang tersisa dari waktu yang telah lewat kecuali apa yang telah dicatat oleh malaikat. Baik buruk, besar kecil, semua tercatat sebagai amal kita.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
Maka sungguh betapa ruginya orang yang tidak memanfaatkan waktunya untuk selalu menambah amal kebajikan, apalagi jika kemudian malah dipenuhi dengan kemaksiatan demi kemaksiatan.
Karena itu, marilah kita jadikan hidup ini penuh dengan prestasi-prestasi kebaikan di sisi Allah. Terlebih jika itu menyangkut juang umat, tarbiyah, dakwah dan jihad di jalan Allah. Maka marilah kita koreksi diri kita, sudahkah kita berkontribusi lebih maksimal lagi, berprestasi lebih optimal lagi, sesuai apa yang Allah karuniakan kepada kita. Sebab semua akan ada pertanyaan dan pertanggungjawabannya atas apa-apa yang kita miliki.
Harta, ilmu, fasilitas, makanan, kendaraan dan semua yang kita akui sebagai milik kita, akan ada konsekwensinya di hadapan Allah. Dan Allah tidak menulis apa-apa yang kita hayalkan, ingin ini ingin begitu, tetapi wujud nyata amal sholehnya. Itulah hakikat amal kita.
Untuk itu, marilah kita kuatkan prestasi kita untuk menabung di kampung akhirat, akhirat oriented. Seperti digariskan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus
مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ
Artinya: “Barangsiapa yang niatnya untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk padanya. Barangsiapa yang niatnya hanya untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.” (HR. At-Tirmidzi).
Demikian halnya kita dalam bekerja, beramal, beraktivitas, beribadah, dan berkegiatan lainnya, hendaknya menghasilkan karya-karya terbaik. Karya terbaik hanya akan dihasilkan dengan usaha maksimal, kesungguhan, fokuskonsentrasi tinggi, ketelitian dan ketawakkalan kepada Allah.
Apalagi kaum Muslimin diharapkan menjadi generasi terbaik, terbaik amalnya, terbaik kerjanya, terbaik ibadahnya, yang diperuntukkan untuk kemaslahatan manusia. Kelak manusia banyak pun akan melihat hal-hal terbaik yang kita lakukan sebagai prestasi hidup ini.
Kalau kita ingin kembali menduduki posisi sebagai umat terbaik, maka layaklah kita melakukan hal-hal luar biasa, amal-amal luar biasa, ibadah, kerja, karya yang luar biasa, dalam arti semaksimal mungkin, seoptimal mungkin.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kabar Gembira bagi yang Mentaati Allah dan Rasul-Nya
“Fastabiqul khairaat,” berlomba dalam kebaikan, itu kata kuncinya.
Allah menyebutkan di dalam ayatnya:
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya : “Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Dimana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS Al Baqarah [2]: 148).
Semoga Allah memberikan pertolongan dan kekuatan kepada kita untuk dapat bersama, bekerja, dan beraktivitas, beramal shalih, yang dapat menghasilkan karya-karya terbaik, prestasi terbaik, untuk keridhaan Allah dan untuk kemaslahatan umat. Aamiin yaa robbal ‘aalamiin. (A/RS2/RS3)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Keutamaan Rapatnya Shaf dan Shaf Pertama dalam Shalat Berjamaah
بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Mi’raj News Agency (MINA)