Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Jumat: Bersatulah Umat Islam dan Jangan Berselisih

Ali Farkhan Tsani - Jumat, 23 Maret 2018 - 10:03 WIB

Jumat, 23 Maret 2018 - 10:03 WIB

201 Views

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA, Da’i Jama’ah Muslimin (Hizbullah)

 

إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ. وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah

Marilah kita senantiasa pelihara kualitas takwa tanpa putus asa dan keluh kesah. Dalam suka maupun duka, bahagia maupun sengsara, miskin atau kaya, sendiri atau bersama-sama, sejak muda hingga tua, tetap dalam takwallah.

Menjaga takwa tidak harus menunggu tua, justru anak muda yang gemar beribadah itulah yang mendapat jaminan perlindungan Allah, tatkala tidak ada perlindungan selain perlindungan-Nya. Mereka adalah pemuda yang mampu menjaga hawa nafsunya untuk tetap dalam iman, Islam dan takwa.

Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat

Wasiat takwa menjadi ajakan seluruh khatib, karena derajat kemuliaan kita manusia di sisi Tuhan-Nya, adalah karena taqwanya semata. Bukan kekayaan harta yang dikumpulkannya, bukan pula penampilan fisik atau baju baru yang dipakainya, juga tidak karena tingginya pangkat jabatan yang didudukinya. Akan tetapi semata-mata karena taqwanya, keistiqamahannya menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.

Dengan taqwa pulalah, penduduk negeri akan mendapatkan barokah dari langit dan dari bumi. Sebagaimana firman-Nya:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ

Artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al-A’raf [7]: 96).

Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain

Penerus kepemimpinan Islam, Umar bin Abdil Aziz pun selalu memberikan wasiat takwa ini kepada staf dan makmumnya.  Pesannya, “Hendaklah engkau bertaqwa kepada Allah di tempat mana saja Engkau berada. Sesungguhnya taqwa kepada Allah adalah persiapan yang paling baik, program yang paling sempurna, dan kekuatan yang paling dahsyat. Janganlah kalian katakan bahwa musuh-musuh kita lebih jelek keadaannya daripada kita dan mereka takkan pernah menang atas kita. Berapa banyak kaum yang dihinakan dengan sesuatu yang lebih jelek dari musuh-musuhnya, karena perbuatan dosa-dosanya. Mintalah kalian pertolongan kepada Allah atas diri-diri kalian, sebagaimana kalian minta pertolongan pada-Nya atas musuh-musuh kalian.” 

Hal inipun menjadi keheranan Allah, seperti disebutkan di dalam Hadits Qudsi, seperti disebutkan oleh Imam Al-Ghazali.

Allah berfirman, “wahai manusia ! Aku heran pada orang yang yakin akan kematian, tapi ia hidup bersuka-ria.
Aku heran pada orang yang yakin akan pertanggungjawaban segala amal perbuatan di akhirat, tapi ia masih asyik mengumpulkan dan menumpuk harta benda.

Aku heran pada orang yang yakin akan kubur, tapi ia tertawa terbahak-bahak.
Aku heran pada orang yang yakin akan adanya alam akhirat, tapi ia menjalani kehidupan dengan bersantai-santai.
Aku heran pada orang yang yakin akan kehancuran dunia, tapi ia menggandrunginya.
Aku heran pada intelektual, yang bodoh dalam soal moral.
Aku heran pada orang yang bersuci dengan air, sementara hatinya masih tetap kotor.
Aku heran pada orang yang sibuk mencari cacat dan aib orang lain, sementara ia tidak sadar sama sekali terhadap cacat yang ada pada dirinya sendiri.
Aku heran pada orang yang yakin bahwa Allah senantiasa mengawasi segala perilakunya, tapi ia berbuat durjana.
Aku heran pada orang yang sadar akan kematiannya, kemudian akan tinggal dalam kubur seorang diri, lalu dimintai pertanggungjawaban seluruh amal perbuatannya, tapi berharap belas-kasih dari orang lain.
Sungguh tiada Tuhan kecuali Aku dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Ku”.

Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain

Hadirin rahimakumullah

Selanjutnya, salah satu perwujudan takwa adalah hidup berjama’ah, bersatu karena Allah, dan menjauhi perpecahbelahan umat Islam, yang dapat merugikan umat Islam itu sendiri.

Maka di dalam rangkaian ayat disebutkan:

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ (١٠٢) وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعً۬ا وَلَا تَفَرَّقُواْ‌ۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءً۬ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦۤ إِخۡوَٲنً۬ا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٍ۬ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡہَا‌ۗ كَذَٲلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَـٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَہۡتَدُونَ (١٠٣)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (102) Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali [agama] Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu [masa Jahiliyah] bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni’mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (103). (QS Ali Imran: 102-103)

Baca Juga: Israel Bom Sekolah di Gaza, Delapan Warga Syahid

Pada ayat lain Allah mengingatkan juga:

وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ

Artinya : “Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.” (QS Al-Bayyinat ayat 4).

Ayat ini senada dengan firman Allah pada ayat lainnya,

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Artinya : “Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang berfirqah-firqah dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (QS Ali Imran ayat 105).

Baca Juga: Uganda Bertekad Gelorakan Semangat KAA

Ibnu Katsir menjelaskan tentang ayat ini bahwa “Umat terdahulu yang diturunkan kitab menjadi berpecah belah setelah diturunkan hujjah dan penjelasan. Akhirnya mereka terpecah menjadi beberapa golongan.

Karena itu, maka marilah kita perkokoh kembali ikatan umat Islam ini sebagai ikatan yang satu, yang tidak mudah diadu domba dan tidak gampang dicerai-berai. Ini karena memang sejak dahulu kala, kita umat Islam adalah satu umat, yang bersatu dan disatukan dengan kalimat tauhid ”Laa ilaaha illallaah…..”.

Hadirin yang berbahagia

Namun memang, seiring berjalannya waktu, situasi dan kondisi, pergolakan sosial-politik, godaan dunia dan kekuasaan politik, maka kaum Muslimin menjadi terpecah belah, atau dipecahbelah.

Baca Juga: Presiden Biden Positif COVID-19 Saat Kampanye di Las Vegas

Allah mengingatkan di dalam ayat:

كَانَ ٱلنَّاسُ أُمَّةً۬ وَٲحِدَةً۬ فَبَعَثَ ٱللَّهُ ٱلنَّبِيِّـۧنَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ ٱلۡكِتَـٰبَ بِٱلۡحَقِّ لِيَحۡكُمَ بَيۡنَ ٱلنَّاسِ فِيمَا ٱخۡتَلَفُواْ فِيهِ‌ۚ وَمَا ٱخۡتَلَفَ فِيهِ إِلَّا ٱلَّذِينَ أُوتُوهُ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَتۡهُمُ ٱلۡبَيِّنَـٰتُ بَغۡيَۢا بَيۡنَهُمۡ‌ۖ فَهَدَى ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لِمَا ٱخۡتَلَفُواْ فِيهِ مِنَ ٱلۡحَقِّ بِإِذۡنِهِۦ‌ۗ وَٱللَّهُ يَهۡدِى مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ (٢١٣)

Artinya: “Manusia itu (dahulunya) adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS Al-Baqarah ayat 213).

Peringatan ayat ini sama dengan firman Allah pada ayat lainnya:

 إِنَّ هَـٰذِهِۦۤ أُمَّتُكُمۡ أُمَّةً۬ وَٲحِدَةً۬ وَأَنَا۟ رَبُّڪُمۡ فَٱعۡبُدُونِ (٩٢) وَتَقَطَّعُوٓاْ أَمۡرَهُم بَيۡنَهُمۡ‌ۖ ڪُلٌّ إِلَيۡنَا رَٲجِعُونَ (٩٣)

Artinya: “Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah Aku. Dan mereka telah memotong-motong urusan (agama) mereka di antara mereka. Kepada Kamilah masing-masing golongan itu akan kembali.” (QS Al-Anbiya : 92-93).

Baca Juga: Militer Israel Tarik Sebagian Besar Pasukan Darat dari Gaza Selatan

Inilah hakikat agama yang suci murni pada sisi Allah, sejak Nabi Adam ‘Alaihis Salam hingga Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yaitu agama Tauhidullah, yang mengjak umatnya bersatu dengan landasan kalimat tauhid tersebut.

Allah menegaskan di dalam ayat:

 وَإِنَّ هَـٰذِهِۦۤ أُمَّتُكُمۡ أُمَّةً۬ وَٲحِدَةً۬ وَأَنَا۟ رَبُّڪُمۡ فَٱتَّقُونِ (٥٢)

Artinya: “Dan sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku.” (QS Al-Mu’minun : 52).

Lalu hadirin yang dirahmati Allah

Baca Juga: MAPIM: Pembunuhan Tujuh Anggota World Center Kitchen Oleh Israel Tidak Dapat Dimaafkan

Mengapa umat Islam sedunia tidak saja atau belum bersatu? Mengapa masih terkendala pertikaian.

Allah meyebutkan di dalam ayat:

وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ ٱلنَّاسَ أُمَّةً۬ وَٲحِدَةً۬‌ۖ وَلَا يَزَالُونَ مُخۡتَلِفِينَ إِلَّا مَن رَّحِمَ رَبُّكَ‌ۚ وَلِذَٲلِكَ خَلَقَهُمۡ‌ۗ وَتَمَّتۡ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَأَمۡلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ أَجۡمَعِينَ

Artinya, “Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan, ‘sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya’.” (QS. Huud [11] ayat 118-119).

Baca Juga: Pengunjuk Rasa di London Serukan Diakhirinya Perang Israel di Gaza

Ayat ini menunjukkan, di antara perpecahan manusia ataupun Muslimin, ada sekelompok umat Islam yang mendapat rahmat Allah. Orang-orang yang diberi rahmat inilah yang disebut umat yang mau bersatu di dalam Al-Jama’ah, murni dan mutlak berdasarkan wahyu Allah dan contoh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, mereka yang siap dipimpin oleh seorang Imaamul Muslimin atau Khalifah bagi kaum Muslimin.

Untuk itu, mereka yang bersedia bersatu di dalam masyarakat Al-Jama’ah, bebas dari kepentingan egoisme pribadi atau politik, akan mendapatkan rahmat dari Allah Ta’ala.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menekankan di dalam sabdanya:

اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَ الْفُرْقَةُ عَذَابٌ

Artinya, “Persatuan adalah rahmat dan perpecahan adalah adzab.” (HR. Ahmad dari Nu’man bin Basyîr dengan derajat

Lurusnya kaum Muslimin dalam persatuan, dalam perjuangan dan salam melaksanakan syari’at Allah, tergambar ketika shalat berjama’ah. Maka, rasul melurukan barisan kaum Muslimin dalam shalaf shalat berjama’ah.

اسْتَوُوا ، وَلَا تَخْتَلِفُوا ، فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ

Artinya: “Luruskanlah dan jangan berselisih sehingga hati kalian bisa berselisih.” (HR. Muslim).

Atau pada hadits lain dikatakan:

وَحَاذُوْا بَيْنَ الْمَنَاكِبِ وَسَدُّوْا الْخَلَلَ

Artinya: “Luruskan di antara bahu-bahu kalian, dan isi shaf-shaf yang kosong”.

Maka, para sahabat apabila ada seorang yang datang maju menuju shaf shalat berjama’ah, lalu ia berusaha masuk, maka sahabat lainnya melembutkan bahunya untuknya sehingga ia bisa masuk shaf. Begitulah miniatur cara cara Allah menyatukan hati-hati orang beriman adalah dengan rapat dan lurusnya saf Muslimin dalam melaksanakan shalat berjamaah, serta dengan berlemah lembut, bukan dengan kasar.

Semua sentral dalam komando Imaam. Dan memang begitulah, perjuangan kaum Muslimin harus terpimpin di bawah komando seorang Imaam yang sah, yang dibai’at oleh kaum Muslimin. Dan para ulama sudah sepakat bahwa syarat sahnya seorang Imaam bagi kaum Muslimin adalah : dia harus seorang Muslim, laki-laki, mukallaf yakni baligh dan sehat akal.

Dengan adanya seorang Imaam bagi kaum Muslimin, maka arah perjuangan menjadi jelas, terbimbing, menuju ridha Allah. Ayat menyebutkan:

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

Artinya : “Dan Kami jadikan di antara mereka itu para Imaam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika  mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS As-Sajadah : 24).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menegaskan di dalam sabdanya:

الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ

Artinya: Seorang Imaam (Khalifah) adalah tameng atau perisai, di mana di belakangnya umat Islam berperang, dan kepadanya umat berlindung. (HR Muslim).

Maka, dalam kaidah syara’ dinyatakan bahwa “amr al-imaam yarfa’ al-khilaf”. Artinya, arahan Imaam itu mengatasi perbedaan.

Karena itu, marilah kita pelihara terus persatuan dan kesatuan umat Islam dalam Al-Jama’ah ini untuk mendatangkan ridha Allah. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin. (A/RS2/RS1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat