Khutbah Jum’at Dakwah Bijak Menyikapi Budaya Syirik

Khutbah ke-1:

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أرسل رسُولَهُ بالهُدَى وَدِينِ الحَقِّ لِيُظهِرَهُ عَلَى الدِينِ كُلِّهِ وَلَو كَرِهَ الكَافِرُونَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، مَاشَآءَ اللهُ كَانَ وَمَا لَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ لَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلاَّ بِا اللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ:  فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، فَيَآيُّهَا اْلمُؤْمِنُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى الله، فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، فَقَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ اْلشَّيْطَنِ اْلرَّجِيْمِ،{ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ}، أَمَّا بَعدُ

Hadirin yang Allah muliakan

Sebelum datangnya Islam, tradisi mempersembahkan makanan dalam bentuk hewan kurban untuk berhala-berhala dapat ditemukan di masyarakat jahiliyah. Mereka terbiasa menyembelih hewan kurban dan mempersembahkannya untuk berhala-berhala. Hal ini dilakukan berangkat dari keyakinan mereka bahwa berhala tersebut dapat mendatangkan manfaat atau menolak bala.

Dalam Islam, tradisi tersebut merupakan bentuk kemusyrikan, menyekutukan Allah Ta’ala. Allah jelas-jelas mengharamkannya dan memerintahkan kita untuk meninggalkannya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Al Maidah: 90)

Ayat di atas dengan terang menjelaskan keberuntungan justru datang dengan kita meninggalkan persembahan untuk selain Allah, baik itu berhala atau yang lainnya. Bukan justru dengan melakukan perbuatan setan tersebut.

Hadirin yang Allah muliakan..

Allah Ta’ala mengutus para Rasul dengan mengemban misi menegakkan tauhid dan melenyapkan segala bentuk kemusyrikan. Itulah tugas utama Islam yang kita warisi dari mereka.

Namun demikian, upaya kita menghilangkan tradisi syirik tersebut perlu diiringi dengan kearifan dan kelembutan. Agar kemaslahatan yang menjadi tujuan dakwah dapat kita raih tanpa menimbulkan kemadharatan. Inilah yang dicontohkan baginda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.

Selama 13 tahun dakwah di Makkah, beliau dengan penuh kesabaran mendakwahkan tauhid dan menyadarkan masyarakat akan bahaya syirik. Beliau tidak serta merta menghancurkan berhala-berhala di sekitar Ka’bah yang berjumlah 360 berhala. Beliau membiarkannya hingga saatnya umat Islam kuat dan kuasa untuk menghancurkannya.

Keteguhan dan kesabaran dalam dakwah, dalam Al Qur’an, bahkan disebut sebagai bentuk jihad yang besar.

{ فَلَا تُطِعِ ٱلْكَٰفِرِينَ وَجَٰهِدْهُم بِهِۦ جِهَادًا كَبِيرًا }

“Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar.” (Al Furqan: 52)

{ ثُمَّ إِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِينَ هَاجَرُوا۟ مِنۢ بَعْدِ مَا فُتِنُوا۟ ثُمَّ جَٰهَدُوا۟ وَصَبَرُوٓا۟ إِنَّ رَبَّكَ مِنۢ بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ }

“Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (An Nahl: 110)

Jumhur ahli tafsir berpendapat bahwa kedua ayat di atas tergolong ayat makkiyah yang berarti turun pada periode dakwah di Makkah. Pada periode ini Allah tidak memerintahkan umat Islam berjihad dalam bentuk perang, melainkan dalam bentuk dakwah. Demikian karena mereka belum memiliki kekuatan dan kekuasaan.

Berangkat dari fakta itu Syeikh Ramadhan Buthi dalam kitabnya Al Jihad fil Islam menegaskan bahwa dakwah adalah akar dari jihad. Dan bentuk jihad dalam dakwah adalah keteguhan dalam mendakwahkan tauhid dan  kesabaran dalam komitmen berIslam di tengah penderitaan.

Hadirin yang Allah muliakan

Lantas kapan saatnya kita menghancurkan segala media kesyirikan itu?

Merujuk pada sejarah, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menghancurkan 360 berhala di sekitar Ka’bah saat peristiwa Fathu Makkah. Saat Allah jayakan umat Islam atas kekuasaan orang-orang kafir Quraisy. Saat itulah umat Islam berkuasa dan memiliki kekuatan.

Ada sedikitnya dua hal yang bisa kita simpulkan dari peristiwa itu. Pertama, menghancurkan media-media kesyirikan yang sangat erat dengan adat yang telah mengakar dan struktural dilakukan saat umat Islam punya kekuatan dan kekuasaan. Kedua, tidak setiap orang berwenang menghancurkan media-media itu. Ulil amri lah yang berkuasa menegakkan itu.

Semoga kita dapat meneladani Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam yang arif dan lembut dalam berdakwah dan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم.

Khutbah ke-2:

اَلْحَمْدُ للهِ حَمداً كَثِيراً طَيِّباُ مُبَارَكاً كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَاهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا  أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ،  فَيَآيُّهَا اْلمُؤْمِنُونَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسى بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

(A/RA 02)

Wartawan: توفيق

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.