Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur
Naskah Khutbah Jumat pada pekan terakhir di bulan Juni 2024 ini menguraikan tentang etika perang dalam Islam.
Umat Islam perlu memperhatikan etika-etika yang harus dilakukan, meskipun dalam suasana perang karena Islam telah mengatur hal itu.
Semoga dengan uraian singkat dalam khutbah Jumat ini, kaum Muslimin tercerahkan mengenai prinsip-prinsip dan etika perang dalam Islam.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Khutbah ke-1:
إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Puji dan sukur marilah senantiasa kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dialah Yang telah memberi nikmat dan karunia kepada kita. Dia juga memberi hidayah, menunjukkan jalan-jalan menuju ketaatan dan ketakwaan.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Melalui mimbar Jumat ini, Khatib mengingatkan kepada diri sendiri, keluarga dan para jamaah Jumuah semuanya, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Meningkatkan iman dan takwa, yakni dengan terus berusaha melaksanakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-larangan-Nya.
Semoga kita semua tetap istiqamah dalam ibadah, mulazamah dalam kehidupan berjamaah, terus-menerus mendapat rahmat, ampunan dan pertolongan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Pada kesempatan khutbah ini, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an Surah Al-Hajj [22] ayat ke-39 dan 40, yang berbunyi:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَٰتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا۟ ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ [٣٩] ٱلَّذِينَ أُخْرِجُوا۟ مِن دِيَٰرِهِم بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّآ أَن يَقُولُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ ٱللّٰهِ ٱلنَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَٰمِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَٰتٌ وَمَسَٰجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا ٱسْمُ ٱللّٰهِ كَثِيرًا ۗ وَلَيَنصُرَنَّ ٱللّٰهُ مَن يَنصُرُهُۥٓ ۗ إِنَّ ٱللّٰهَ لَقَوِىٌّ عَزِيزٌ [٤٠] (الحج [٢٢]: ٣٩ــ٤٠)
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka. [39] (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”. Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat, lagi Maha Perkasa. [40]
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah dalam tafsirnya menyebutkan, bahwa pada dasarnya, perang bukanlah perintah, tetapi sekadar izin, bagi orang-orang yang teraniaya untuk membela diri dan sebagai respon untuk menolak segala bentuk penganiayaan dan kedzaliman.
Selain karena teraniaya, kaum Muslimin diizinkan berperang karena mereka diserang terlebih dulu, dirampas harta bendanya, diusir dari kampung halamannya dan dihalang-halangi untuk melaksanakan syariat agamanya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Izin berperang bagi umat Islam dalam ayat di atas adalah untuk mempertahankan diri, melindungi tempat-tempat ibadah dan untuk mewujudkan perdamaian, keamanan dan ketenangan dan ketentraman dalam kehidupan masyarakat.
Jika kaum Muslimin dalam berperang didasari karena syarat-syarat di atas, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti akan memberi pertolongan dan memenangkan kaum Muslimin karena yang demikian itu sangat mudah bagi Allah Ta’ala.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Tujuan perang dalam Islam bukan hanya untuk membela kepentingan kaum Muslimin saja, tetapi lebih dari itu adalah untuk mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia, membela manusia yang terjajah dan teraniaya, menegakkan keadilan bagi seluruh manusia dan untuk menyebarkan rahmat bagi seluruh alam.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Dalam syariat Islam, ada etika yang harus dijunjung tinggi dalam peperangan. Ada aturan-aturan yang harus ditegakkan, tidak boleh melanggar perjanjian dan aturan-aturan perjanjian yang telah disepakati.
Aturan perang dalam Islam tidak diperbolehkan membunuh warga sipil, seperti; para rahib dan pendeta, manula, wanita dan anak-anak, serta warga yang tidak bersenjata.
Dalam misi peperangan, para pejuang Islam dilarang menebang pohon sembarangan, mencemari lingkungan, merusak dan merobohkan fasilitas umum, serta tempat-tempat ibadah, seperti: biara, gereja, sinagog, dan masjid.
Jika musuh sudah menyerah, maka kaum Muslimin tidak boleh membunuh mereka. Terhadap para tawanan, mereka harus diperlakukan secara manusiawi, tidak boleh menyiksa, dan menyakiti fisiknya dengan keji.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Dalam sebuah hadits dari sahabat Anas bin Malik Radhiallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
اِنْطَلِقُوْا بِسْمِ اللهِ، وَبِاللّٰه ِ، وَعَلَى مِلَّةِ رَسُول الله لاَ تَقْتُلُوْا شَيْخًا فَانِيًا ، وَلاَ طِفْلاً ، وَلاَ صَغِيرًا ، وَلاَ امْرَأَةً ، وَلاَ تَغْلُوا ، وَضَمُّوا غَنًائِمَكُمْ وَأَصْلِحُوا ، وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللهَ يُحِبُّ اْلمُحْسِنِيْنَ (رواه ابو داود)
“Pergilah kalian dengan nama Allah, dengan Allah dan atas agama Rasulullah, jangan kalian membunuh orang tua yang sudah tidak berdaya, anak kecil dan orang perempuan, dan janganlah kalian berkhianat, kumpulkan ghanimah-ghanimahmu, dan berbuatlah maslahat, serta berbuatlah yang baik, karena sesungguhnya Allah senang kepada orang-orang yang berbuat baik.” (HR Abu Dawud)
Hal itu selaras dengan Hukum Humaniter Internasional yang mengatur batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar dalam peperangan, yakni melarang keras menyerang warga sipil, paramedis, tidak boleh menargetkan sekolah, tempat ibadah, rumah sakit, ambulan dan kendaraan yang mengangkut alat-alat kesehatan serta bantuan kemanusiaan.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Sementara kita saksikan di berbagai media, dalam agresi militernya, Zionis Israel menyerang warga Gaza membabi buta. Mereka menyerang permukiman warga, sekolah, rumah sakit, gereja, masjid dan semua fasilitas umum tak luput dari sasaran keganasan mereka. Kini, hampir seluruh bangunan di Gaza hancur luluh oleh rudal-rudal dan bom mereka.
Zionis Israel tidak lagi menghiraukan seruan perdamaian dari dunia internasional, berbagai perjanjian mereka langgar, resolusi PPB mereka abaikan. Ajakan-ajakan perundingan damai dan gencatan senjata tidak dipedulikan.
Maka, kejahatan apa lagi yang lebih besar dari apa yang telah mereka lakukan. Pantas dan sangat layak jika Mahkamah internasional (ICJ) menyebut Zionis Israel telah melakukan aksi genosida (pembantaian massal) di Gaza.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk hidup berdampingan dengan umat-umat yang lain secara damai, dalam suasana harmoni, meski berbeda keyakinan, agama, suku dan bangsa.
Hal itu dipraktikkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersama para sahabatnya yang mulia di Madinah. Ketika itu, di kota Madina, selain kaum Muslimin, ada umat Yahudi, dan orang-orang dan kabilah yang belum menerima Islam. Mereka menyepakati sebuah perjanjian untuk hidup berdampingan, saling bekerja sama, dalam prinsip-prinsip toleransi dan harmoni.
Jika ada gangguan dan ancaman dari pihak luar, penduduk Madinah akan bekerja sama, saling menolong untuk mengamankan kota tersebut. Kesepakatan itulah yang dikenal dengan Piagam Madinah (Shahifah Al-Madinah).
Ketika menghadapi konflik, selama masih dapat diusahakan, Islam mengajarkan umatnya untuk mengutamakan dialog, negosiasi, musyawarah dan mufakat dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip perdamaian, persamaan hak dan penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rasul-Nya sangat memuji seseorang yang mampu mewujudkan perdamaian. Bahkan, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam menyebut, pahalanya melebihi shalat, zakat, dan sedekah.
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصَّلَاةِ، وَالصِّيَامِ، وَالصَّدَقَةِ؟ ” قَالُوا: بَلَى. قَالَ: ” إِصْلَاحُ ذَاتِ الْبَيْنِ. وَفَسَادُ ذَاتِ الْبَيْنِ هِيَ الْحَالِقَةُ (رواه ابوداود)
“Maukah jika aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih utama dari derajat puasa, shalat dan sedekah?’” Para sahabat menjawab: Tentu wahai Rasulullah. Beliau bersabda: ‘Mendamaikan orang-orang yang sedang berselisih. (Karena) rusaknya orang yang berselisih adalah mencukur (amal kebaikan yang telah mereka kerjakan).” (HR Abu Daud).
Maka, seorang Muslim sejati hendaknya senantiasa aktif sebagai penyeru perdamaian, penengah konflik, pemberi solusi (problem solver) dalam konflik, dan menjadi bagian dari unsur pemersatu umat.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus
Untuk mewujudkan perdamaian dan rahmat bagi seluruh alam, maka umat Islam hendaknya melaksanakan syariat Al-Jama’ah, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
الْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ (رواه أحمد)
“Al-Jama’ah adalah rahmat dan perpecahan adalah azab.” (H.R. Ahmad)
Dengan ditegakkannya syariat Al-Jama’ah, maka akan terwujudlah perdamaian, ketenangan dan ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Dengan berjamaah, insyaAllah kita semua mampu membebaskan Masjidil Aqsa dan Palestina, Aamiin Ya Rabbal Amaliin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.
Khutbah ke-2
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Mi’raj News Agency (MINA)