Khutbah Jumat: Haji, Syariat yang Mempersatukan Umat, Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur

بســــــــــــــــــم الله الرحمن الرحيم

pertama:

اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارِ، مُكَوِّرِ اللَّيْلِ عَلَى النَّهَارِ، تَذْكِرَةً لِأُولِى الْقُلُوْبِ وَالْأَبْصَارِ، وَتَبْصِرَةً لِّذَوِي الْأَلْبَابِ وَالْاِعْتِبَارِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ٠فَقَالَى اللهُ تَعاَلى فِيْ كِتَا بِهِ اْلكَرِيْمِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ٠فَقَال اَيْضًا٠يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Segala puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, atas segala ketetapan dan kenikmatan yang Allah anugerahkan kepada kita. Tidak ada seorang pun yang mampu memberi hidayah, selain karena takdir dan kehendak Allah semata. Tidak ada yang mampu menyesatkan manusia, kecuali atas takdir dan ketentuan Allah saja. Maha Suci Allah dari segala perbuatan buruk yang dituduhkan manusia.

Sesungguhnya, setiap manusia sudah memiliki garis takdir yang telah ditetapkan. Meskipun bergabung seluruh jin dan manusia ingin memberi pertolongan, mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali atas izin dan kehendak-Nya. Demikian pula, bergabung seluruh jin dan manusia ingin mencelakakan seseorang, tidak akan jatuh sehelai rambut pun, kecuali atas izin dan kehendak-Nya. Tiada daya upaya dan kekuatan, melainkan itu semua semata-mata atas izin dan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Marilah kita merenungkan Al-Quran Surah Al-An’am ayat ke-153, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِى مُسْتَقِيمًا فَٱتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِۦ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (الانعام [٦]: ١٥٣)

Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu, diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.”

Syaikh Abdurrahman As-Sa’di menjelaskan ayat di atas, jalan-Ku yang lurus maksudnya adalah syariat yang dijelaskan dalam kitab-Nya, yang mengantarkan manusia kepada kemulian dan ridha-Nya. Sedangkan jalan-jalan yang lain maksudnya adalah jalan yang menyimpang dari syariat, mencerai-beraikan umat, dan jalan sesat, yang membuat manusia menjadi hina, sengsara dan mendapat murka-Nya.

Ayat di atas mengisyaratkan agar umat Islam tidak bertafaruq (berpecah-belah) dan agar mereka hidup berjamaah, bersatu dan bersama-sama dalam pola kehidupan kemasyarakatan Islam. Hidup berjamaah merupakan salah satu jalan untuk dapat meraih ketaqwaan, sebagaimana disebut di akhir ayat di atas.

Dengan hidup berjamaah dan tidak bertafarruq akan terwujud kasih sayang Allah kepada manusia dan kasih sayang di antara sesama manusia, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam:

الْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ (رواه أحمد)

Al-Jama’ah adalah rahmat dan perpecahan adalah adzab.” (H.R. Ahmad)

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Umat Islam akan menyongsong datangnya ibadah , syariat yang sarat dengan pesan-pesan dan kebersamaan.

Umat Islam dari seluruh penjuru dunia, didorong oleh keimanan dan ketaatan kepada Allah semata, berduyun-duyun memenuhi panggilan-Nya. Mereka berasal dari berbagai bangsa, ras, suku, warna kulit dan bahasa, bersatu padu, diikat oleh ikatan yang sama, yakni keyakinan akan kebenaran syariat Islam yang mulia, dan keikhlasan dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya.

Dalam pelaksanan ibadah haji, jutaan umat berkumpul di satu tempat, bersama-sama melakukan rukun haji. Puncaknya adalah ketika wukuf di Arafah. Identitas, atribut, seragam, pangkat dan jabatan, semua ditanggalkan. Mereka hanya memakai kain ihram berwarna putih, sebagai simbol kesucian.

Pakaian ihram yang seragam juga menandakan bahwasanya semua manusia sama kedudukannya di mata Allah. Tidak ada yang lebih unggul dan mulia antara satu kelompok dengan kelompok yang lain.

Dalam semua rangkaian ibadah haji, ada pesan yang mendalam, ada nilai-nilai luhur yang harus menjadi dasar dalam membangun persatuan, yakni ikatan persaudaraan, dan jalinan kasih sayang antar sesama umat Islam.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Pesan persatuan sesungguhnya telah disampaikan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam saat Haji Wada’. Di Bukit Arafah, pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun ke-10 H, saat wukuf, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam mengingatkan umatnya, bahwa sesungguhnya sesama umat Islam adalah bersaudara.

Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam bersabda, “Wahai sekalian manusia. Dengarkan kata-kataku ini dan perhatikan! Setiap Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain. Seseorang tidak dibenarkan mengambil sesuatu dari saudaranya, kecuali jika dengan senang hati diberikan kepada dia. Janganlah kalian menganiaya diri sendiri.”

Selanjutnya, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam juga menghapuskan sekat-sekat yang didasarkan pada suku, keturunan, ras, ataupun etnis. Beliau bersabda, “Wahai manusia, sesungguhnya Rabb kalian itu satu. Bapak kalian juga satu. Kalian berasal dari Adam dan Adam berasal dari tanah. Yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertakwa kepada Allah. Tidak ada kelebihan orang Arab dari orang ‘ajam (orang selain ras Arab), selain karena ketaqwaannya.”

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Ibadah haji menjadi simbol persaudaraan seluruh umat Islam. Syiar-syiar yang dihidupkan, sarat dengan nilai-nilai persatuan dan upaya-upaya untuk membina ikatan ukhuwah Islamiyah yang hakiki, dalam balutan nuansa spiritualitas yang tinggi.

Dalam rangkaian haji, terdapat beberapa larangan yang tidak boleh dilanggar. Mulai dari larangan berdebat, berbantah-bantahan, hingga larangan merusak dan membunuh makhluk hidup di tanah suci Haramain.

Larangan itu menyiratkan bahwa inti ajaran Islam adalah agar manusia mampu menjaga keharmonisan, saling bertasamuh dan menebarkan kedamaian, serta menjaga keseimbangan ekosistem dalam bentuk pelestarian lingkungan, sehingga keberlangsungan kehidupan dapat terus berjalan berkelanjutan.

Untuk dapat mewujudkan hal itu, tentu manusia tidak boleh melepas ikatan persaudaraan. Sesama anggota masyarakat harus mampu saling bersinergi, bekerja sama dalam segala kondisi, baik dalam keadaan lapang maupun sempit, mudah ataupun sulit, senang maupun susah, saat mendapat nikmat, ataupun saat ditimpa ujian dan musibah.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Ibadah haji juga menegaskan, akidah dan keikhlasan itulah yang menjadi dasar persatuan. Jauh dari unsur kepentingan pribadi, ambisi merebut kekuasaan. Dengan prinsip itu, Islam akan mampu menebarkan rahmat bagi seluruh alam.

Dengan bekal persatuan itu pula, sebuah bangsa akan mampu menyelesaikan permasalahannya. Untuk memajukan ekonomi, masyarakat perlu bersinergi, untuk mengatasi musibah dan bencana, umat perlu bekerja sama, tolong menolong, bahu-membahu, saling memberi dan berbagi, berusaha meringankan beban yang diderita dan menjadi bagian dari solusi permasalahan yang melanda.

Untuk memajukan peradaban, menegakkan keadilan dan mewujudkan perdamaian dunia, umat Islam harus bersatu padu, sebagaimana Tuhan mereka satu, kiblat mereka satu, kitab mereka satu, karena memang, umat ini hakikatnya adalah umat yang satu, sebagaimana firman-Nya:

إِنَّ هَٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ (الانبياء [٢١]: ٩٢)

Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku”. (Q.S. Al-Anbiya [21] : 92).

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.

Khutbah ke-2:

اَلحَمْدُ لِلّٰهِ حَقَّ حَمْدِهِ. وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَالصَّلاَةُ وَاسَّلاَمُ عَلَى خَيْرِعَبْدِهِ، مُحَمَّدٍوَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ لِقَاَرَبّهِ. أَشْهَدُ اَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الُمسْلِمِيْنَ إِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَذَرُوْا الفَوَاخِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالىَ: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ. اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَمِنْ سَيِّئِ اْلأَسْقَامِ. رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

(A/P2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Widi Kusnadi

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.