Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Jumat: Hikmah di Balik Musibah  

Redaksi Editor : Widi Kusnadi - 3 jam yang lalu

3 jam yang lalu

33 Views

Ilustrasi musibah kebakaran (foto: Fpik)

OleImaam Yakhsyallah Mansur

Judul khutbah Jumat kali ini adalah Hikmah di Balik Musibah

Umat Islam hendaknya mampu mengambil hikmah di balik musibah karena hal itu akan membuat hidupnya menjadi tenang.

Apabila seseorang bisa mengambil hikmah di balik musibah maka ia akan bisa menjalani hidup ini dengan baik, tidak mengeluh dan berputus asa dalam hidupnya karena segala sesuatu mengandung hikmah dan kebaikan.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Bulan Rajab, Isra Mi’raj dan Solidaritas Palestina

Untuk lebih lengkapnya, silakan baca khutbah berikut ini

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Khutbah ke-1:

إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ.  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Hikmah Shalat Berjamaah

Puji dan Syukur marilah senantiasa kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah begitu banyak memberikan karunia-Nya kepada kita semua.

Salah satu karunia tersebut adalah kita senantiasa dijaga oleh Allah Subahanahu wa Ta’ala untuk selalu taat kepada-Nya.

Semoga dengan penjagaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan, kita dijauhkan dari segala musibah dan bencana baik di dunia maupun di akhirat. Serta mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan melaksanakan seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-laranganNya.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Baca Juga: Khutbah Jumat: Shalat Sebagai Sarana Pembentukan Kedisiplinan

Pada kesempatan yang berbahagia ini, khatib akan menyampaikan khutbah berjudul “Hikmah di Balik Musibah”. Sebagai landasannya, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an Surah Ar-Rum [30] ayat ke-41, yang berbunyi:

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (الرّوم [٣٠]: ٤١)

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar-Rum [30]: 41)

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan ayat di atas, bahwa kaum terdahulu pernah melakukan kemunkaran dan kemaksiatan, yang menyebabkan keseimbangan alam dan tatanan kehidupan masyarakat menjadi rusak, sehingga mereka merasakan bencana yang melanda dan musibah berupa wabah penyakit yang menyebar luas di negerinya.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Isyarat Kebebasan Baitul Maqdis dan Palestina

Sementara Imam Asy-Syaukani Rahimahullah menafsirkan, bahwa dalam ayat ini Allah Ta’ala menjelaskan perbuatan syirik dan maksiat adalah sebab timbulnya berbagai kerusakan di alam semesta.

Kerusakan alam dan tatanan kehidupan masyarakat itu disebabkan karena manusia memperturutkan hawa nafsunya, melakukan kemaksiatan, kemunkaran, merusak fitrah dan tatanan kehidupan. Maka, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan musibah dan bencana agar mereka sadar atas kesalahannya dan kembali ke jalan yang diridhai-Nya.

Abul Aliyah mengatakan barang siapa yang melakukan kemasiatan dan kedurhakaan kepada Allah, berarti dia telah berbuat kerusakan di muka bumi. Sebaliknya, apabila manusia meninggalkan maksiat dan melaksanakan ketaatan kepada Allah, maka hal itu menjadi penyebab turunnya keberkahan di muka bumi.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Baca Juga: Khutbah Jumat: Sumber Kerusakan Langit dan Bumi  

Ayat di atas menjadi peringatan bagi manusia khususnya umat Islam, tentang tanggung jawab menjaga dan merawat lingkungan dan alam sekitar. Perbuatan merusak alam. pencemaran lingkungan. Ekspolitasi sumber daya berlebihan dapat menyebabkan musibah dan bencana yang akan merugikan manusia dan makhluk lain yang hidup di muka bumi ini.

Berbagai nikmat yang Allah Subahanhu Wa Ta’ala sediakan di alam ini akan tetap menjadi sarana pendukung peradaban selama manusia tunduk kepada syariat Allah. Namun, jika ia ingkar dan bermaksiat kepada Allah, maka nikmat tersebut akan berubah menjadi laknat, anugerah menjadi musibah dan karunia menjadi bencana.

Musibah menurut Ar-Raghib Al-Isfihani, berasal dari kata ashaaba, yushiibu, mushiibatan yang berarti segala yang menimpa baik berupa kebaikan maupun keburukan.

Jadi, musibah tidak selalu identik dengan keburukan dan kesulitan, kesenangan yang dirasakan dan berlimpahnya harta pada hakikatnya juga musibah.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjaga Harmoni Kehidupan

Musibah dan bencana adalah cobaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apabila kita mampu mengambil hikmahnya maka akan menjadi positif. Tetapi apabila tidak, maka cobaan akan menjadikan manusia sengsara di dunia dan di akhirat.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Berikut beberapa hikmah yang dapat kita ambil pelajaran dari berbagai musibah dan bencana yang terjadi:

Pertama, musibah dapat dipahami sebagai cobaan untuk meninggikan derajat dan memperbesar pahala. Hal ini sebagaimana telah menimpa para nabi dan orang pilihan.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Kewajiban dan Hak dalam Pandangan Islam

Allah Subhanahu wa Ta’ala befirman:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ …(البقرة [٢]: ٢١٤)

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?…” (QS. Al Baqarah [2]: 214)

Kedua, musibah sebagai kaffarat untuk menghapuskan dosa-dosa. Allah Subahanhu Wa Ta’ala berfirman:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Menggapai Syahid di Jalan Allah Ta’ala

“Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura [42]: 30)

Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam menegaskan, “Tiadalah seorang muslim yang ditimpa musibah dalam bentuk kelelahan, sakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, dan kecemasan, melainkan Allah menghapuskan segala kesalahan dan dosanya dengan musibah itu, hingga duri yang menusuknya juga sebagai penghapus dosa.” (HR. Al-Bukhari).

Ketiga, musibah bagi orang-orang kafir merupakan azab.

Allah Subahanhu Wa Ta’ala berfirman: “Dan Sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. As Sajadah [32] : 21)

Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa

Prof Wahbah Az Zuhayli dalam tafsirnya menyatakan, sebelum mendapat azab yang lebih besar di akhirat, orang-orang kafir itu ditimpa azab di dunia dengan berbagai macam musibah.

Keempat, musibah akan membuat manusia memperbaiki diri.

Buya Hamka menekankan bahwa “la‘allahum yarji‘un” dalam QS. Ar-Rum [30] ayat 41 di atas adalah tujuan mulia dari segala peringatan Allah, agar manusia memperbaiki dirinya dan menyadari bahwa jalan hidup yang sesuai dengan syariat-Nya adalah yang terbaik. Ini juga merupakan bentuk rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala guna memberikan kesempatan kepada manusia untuk bertobat.

Kelima, musibah akan menyadarkan manusia betapa lemahnya mereka dan betapa kuatnya Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi  

Kesadaran ini perlu ditumbuhkan karena manusia cenderung merasa paling kuat dan paling berguna, sehingga mereka sombong dan melupakaan Allah yang Maha Perkasa.

Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah

Sikap bagi seorang muslim ketika mendapat musibah dan bencana adalah bersabar, ikhtiar dan tawakal kepada Allah Subahanhu wa Ta’ala, dengan mencari jalan terbaik agar musibah dan bencana ini tidak terulang kembali. Ketika jalan keluar di dapatkan maka hendaknya mereka bersyukur dan tidak lupa diri.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)

Maka, mari jadikan kesempatan dan ketenangan hidup untuk menta’ati Allah, melakukan perbaikan, menjaga dan merawat lingkungan alam guna menangkal musibah yang terjadi.

Semoga Allah Subahanahu wa Ta’ala senantiasa menjaga kita dari berbagai musibah dan bencana yang menimpa, baik di dunia maupun di akhirat.  Aamiin ya Rabbal Alamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.

Khutbah ke-2 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم  ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat