Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Jumat: Hikmah Perpindahan Arah Kiblat

Redaksi Editor : Widi Kusnadi - Jumat, 31 Januari 2025 - 05:30 WIB

Jumat, 31 Januari 2025 - 05:30 WIB

272 Views

foto Kabah sebagai kiblat umat Islam (foto: Fpik)

OleImaam Yakhsyallah Mansur

Khutbah Jumat kali ini berjudul: Khutbah Jumat: Hikmah Perpindahan Arah Kiblat

Perpindahan kiblat bagi kaum Muslimin merupakan hal yang luar biasa. Hal itu menjadi ujian keimanan bagi orang-orang munafik, sebaliknya menjadi penguatan keyakinan bagi mereka yang benar imannya.

Peralihan kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram merupakan peristiwa yang menandai kemerdekaan spiritual umat Islam dari pengaruh tradisi agama-agama sebelumnya.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Bergembira Menyambut Bulan Ramadhan          

Langkah ini menegaskan identitas Islam sebagai agama independen dengan syariatnya sendiri, tidak bergantung pada tradisi Yahudi atau pun Nasrani.

Ka’bah adalah tempat yang telah disucikan sejak zaman Nabi Ibrahim Alaihis Salam, menghubungkan umat Islam dengan akar tauhid yang murni, yakni dari bapaknya para nabi (Abul Anbiya).

Untuk lebih lengkapnya, silakan simak khutbah berikut ini:

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Diri Memasuki Bulan Ramadhan  

Khutbah ke-1:

إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ.  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Tiada kata yang paling indah, yang kita ucapkan pada waktu dan kesempatan yang mulia yang mulia nan istimewa ini, selain puji dan syukur kita kepada Allah, Dzat Yang Maha Kuasa.

Allah Yang Maha Rahman melimpahkan banyak kenikmatan kepada kita semua, hingga kita tidak akan sanggup menghitung limpahan karunia dan nikmat-Nya.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Melaksanakan Syariat Islam Secara Kaffah

Allah Yang Maha Ghofur membentangkan ampunan kepada siapapun dari hamba-hamba-Nya yang memohon ampun dan bertaubat kepada-Nya selagi malakul maut belum datang menghampirinya.

Pada kesempatan khutbah Jumat ini, khatib mengajak kepada diri sendiri, keluarga dan jamaah Jumah semuanya, mari kita tingkatkan iman dan takwa, sebagai bentuk syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 Maasyiral Muslimin, hafidzakumullah

Pada kesempatan khutbah Jumat ini, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terdapat dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 142, tentang perpindahan arah kiblat:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Kemenangan Palestina dan Isra Mi’raj

قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى ٱلسَّمَآءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَىٰهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُۥ ۗ وَإِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهٗ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا ٱللّٰهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ (البقرة [٢]: ١٤٤)

“Sungguh Kami (sering) melihat wajahmu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah wajahmu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”

Menurut para ahli tarikh, perpindahan arah kiblat terjadi di bulan Sya’ban. Imam Al-Qurthubi menjelaskan dalam tafsirnya, mengutip pendapat dari Abu Hatim Al-Basti, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat peralihan kiblat kepada pada pertengahan bulan Sya’ban.

Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Al-Barra’ bin Azib, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam ketika di Madinah, beliau shalat menghadap Baitul Maqdis selama 16 atau 17 bulan. Kemudian Allah Ta’ala menurunkan ayat di atas, berisi perintah agar umat Islam shalat menghadap Ka’bah di Masjidil Haram.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Hikmah di Balik Musibah  

Menanggapi perintah tersebut, orang-orang yang kurang akalnya (safih), maksudnya adalah kaum Yahudi, mereka mempertanyakan perintah Allah Ta’ala tersebut.

Ibnu Katsir mengatakan, safih adalah orang yang lemah pendapatnya, sedikit pengetahuannya tentang maslahat dan mudharat dalam kehidupannya dunia dan akhirat. Sementara dalam Kamus Lisanul Arab, kata safih, bentuk tunggal dari kata ٱلسُّفَهَآءُ  berarti orang bodoh, tolol, dan buruk kelakuannya.

Sementara Syaikh Al-Kafrawi mengurai 13 karakter orang safih, yaitu: zhahirul jahli (kebodohan yang jelas), adimul aqli (tiadanya akal pikiran), khafiful lubbi (rendahnya nalar), dha’ifur ra’yi (lemahnya pendapat), radi`ul fahmi (buruknya pemahaman), mustakhifful-qadri (miskin kemampuan), sari’uz-dzanbi (cepat berbuat dosa), haqirun nafs (hinanya diri), makhdu’ul-Syaithan (terpedaya oleh setan), asirut-thugyan (budak dari penguasa), da`imul ishyan (seringnya bermaksiat), mulazimul kufran (dekat dengan kekufuran), laa yubali bima kaana walaa bima huwa ka’in au saufa yakuunu (tak peduli dengan masa lalu, masa sekarang, apalagi masa depannya).

Maasyiral Muslimin, hafidzakumullah

Baca Juga: Khutbah Jumat: Bulan Rajab, Isra Mi’raj dan Solidaritas Palestina

Sayyid Qutb dalam kitab tafsirnya “Fii Dzilalil Qur’an” mengatakan, peralihan kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram merupakan peristiwa yang menandai kemerdekaan spiritual umat Islam dari pengaruh tradisi agama-agama sebelumnya.

Langkah ini menegaskan identitas Islam sebagai agama independen dengan syariatnya sendiri, tidak bergantung pada tradisi Yahudi atau pun Nasrani.

Ka’bah adalah tempat yang telah disucikan sejak zaman Nabi Ibrahim Alaihis Salam, menghubungkan umat Islam dengan akar tauhid yang murni, yakni dari bapaknya para nabi (Abul Anbiya).

Sementara dengan perpindahan arah kiblat itu, ada beberapa hikmah yang bisa dipetik, di antaranya:

Baca Juga: Khutbah Jumat: Hikmah Shalat Berjamaah

Pertama, orang-orang Ahli Kitab mengetahui kebenaran bahwa kiblat para nabi mereka, yakni Ibrahim Alaihi salam dan lainnya, mereka beribadah menghadap ke Ka’bah di Masjidil Haram. Atas landasan itulah, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam yang shalat menghadap Baitul Maqdis menjadi bahan cercaan dan hujatan mereka.

Di sisi lain, kaum musyrik pun mengolok-olok, bahwa tidak masuk akal rasanya, jika keturunan Nabi Ibrahim Alaihi salam tidak menghadap ke arah kiblatnya, yakni Ka’bah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mematahkan argumen–argumen dari kelompok penentang Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam, bahwa yang menentukan arah kiblat adalah Allah Ta’ala, bukan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam. Adapun beliau dan umat Islam hanya patuh dan taat kepada perintah Allah tersebut sebagai wujud keimanan kepada-Nya.

Kedua, perpindahan arah kiblat merupakan kesempurnaan nikmat Allah Ta’ala terhadap umat Islam. Dengan ditetapkannya Ka’bah di Masjidil Haram sebagai kiblat, maka sempurnalah nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai umat yang terpilih dan dimuliakan.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Shalat Sebagai Sarana Pembentukan Kedisiplinan

Pada dasarnya, setiap perintah adalah suatu nikmat. Nikmat tersebut terasa semakin sempurna, jika kita dapat menemukan hikmah yang bermanfaat bagi kehidupan.

Ketiga, dengan perpindahan kiblat itu menjadikan umat Islam lebih kokoh imannya, sekaligus mengetahui, siapa yang berdusta dan siapa yang hanya berpura-pura. Orang-orang Munafik dan Musyrik semakin bertambah kekafirannya dengan turunnya ayat ini.

Sementara seorang Muslim akan tetap taat dengan segala perintah Allah Ta’ala. Kendati hinaan dan ejekan dialamatkan kepada kaum Muslimin, namun mereka tetap konsisten, tetap tunduk dan taat kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam.

Keempat, perpindahan kiblat itu untuk memastikan adanya hubungan yang erat antara Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa. Masjidil Haram adalah rumah pertama yang ditempatkan di bumi untuk beribadah dan yang kedua adalah Masjid Al Aqsa yang dibangun 40 tahun setelahnya.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Isyarat Kebebasan Baitul Maqdis dan Palestina

Hal ini berdasarkan hadits dari sahabat Abu Dzar Radhiallahu anhu, yang artinya,“Wahai Rasulullah, masjid apakah yang pertama diletakkan oleh Allah di muka bumi?” Beliau bersabda, “Al-Masjid Al-Haram”. Abu Dzar bertanya lagi, “Kemudian apa?”. Beliau bersabda, “Kemudian Al-Masjid Al-Aqsha”. Berkata Abu Mu’awiyah “Yakni Baitul Maqdis” Abu Dzar bertanya lagi, “Berapa lama antara keduanya?”. Beliau menjawab, “Empat puluh tahun”. (HR Ahmad).

Kelima, adanya kesatuan kiblat mengisyaratkan bahwa kaum Muslimin di manapun berada adalah umat yang satu. Kesatuan dimulai dari pelaksanaan ibadah shalat yang merupakan inti ajaran Islam. Kesatuan kiblat dalam shalat akan membawa pengaruh bagi kesatuan untuk ibadah-ibadah yang lain.

Maasyiral Muslimin, hafidzakumullah

Imam Az-Zamakhsyari Rahimahullah menegaskan, dengan mengambil pelajaran dari ayat di atas, umat Islam harus bangga dengan identitasnya sendiri. Tidak perlu ikut-ikutan dengan budaya dan perilaku kaum di luar Islam.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Sumber Kerusakan Langit dan Bumi  

Menjadi seorang Muslim sesungguhnya merupakan anugerah dan nikmat tiada tara, tidak ternilai oleh materi dan segala hal yang bersifat keduniaan.

Bahkan, adanya iman yang ada di dalam dada seorang Muslim, itu merupakan bukti bahwa Allah Ta’ala telah memilihnya menjadi hamba yang selamat dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Allah memerintahkan kepada umat Islam untuk tidak merasa rendah diri, tidak merasa lemah dan bersedih hati, karena dengan keimanan itu, umat Islam memiliki kedudukan mulia di sisi Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya:

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (ال عمرا ن [٣]:١٣٩)

“Dan janganlah kalian lemah dan janganlah kalian bersedih hati. Padahal kalian adalah kaum yang tinggi, jika kalian beriman.” (QS. Ali Imran [3]: 139).

Dengan kepercayaan diri yang ada pada diri umat Islam, maka mereka akan menjadi umat terbaik, melakukan amal terbaik, dan akan mendapatkan pahala terbaik di sisi-Nya, berupa surga yang kekal nan abadi, selama-lamanya. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.

Khutbah ke-2 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم  ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ احْيِى الْمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ بِجَمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ اَيْ حِزْبِ اللّٰهِ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَفَاحِشٍ وَمُنْكَرٍ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ . اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Khutbah Jumat
Khutbah Jumat
Kolom