Khutbah Jumat: Hikmah Shalat (Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur)

Masjid-Istiqlal

ditulis di Ponpes Al-Fatah Cileungsi-Bogor, Jumat 24 Rajab 1443 Hijriah/25 Februari 2022 Masehi

Khutbah ke-1:

اَالْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةُ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُه، مَاشَاءَاللهُ كَانْ وَمَالَمْ يَشَأْلَمْ يَكُنْ لَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلاَّ بِ اللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْم، أَمَّا بَعْد.  فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ،  فَيَآيُّهَا اْلمُؤْمِنُونَ، اُوْصِيْكُمْ فَإيَّايَ بِتَقْوَالله، فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، فَقَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ، آَعُوْذُبِاللّٰهِ مِنَ اْلشَّيْطَانِ اْلرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، يَآأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

Jamaah Jumuah yang di Muliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Segala puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga kita bisa melaksanakan bagian dari perintah-perintahNya, yaitu melaksanakan rangkaian ibadah shalat Jumat secara berjamaah di siang hari ini.

Sebagai bentuk syukur itu, marilah senantiasa kita melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya, sebagai komitmen taqwa kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pada khutbah yang singkat ini, khatib mengingatkan kepada diri, keluarga dan para jamaah semuanya untuk senantiasa memelihara serta meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan taqwa yang sesungguh-sungguhnya.

Jamaah Jumuah yang di Muliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Pada kesempatan ini, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Taala Q.S. Al-Ankabut [21]: 45.

اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ (العنكبوت[٢٩]:  ٤٥

Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Dalam surah Al-Ankabut (29:45) menyebutkan bahwa shalat mampu menghindarkan kita dari perbuatan keji dan mungkar. Dalam ayat tersebut berarti jika shalat kita baik, benar dan khusyuk, hal tersebut membuat nurani kita paham akan segala larangan yang diperintahkan untuk tidak dilakukan yang bisa disebut dengan kualitas ketaqwaan seseorang. Karena kualitas ketaqwaan seseorang akan selalu menjaga hati, lisan dan perbuatan dari niat menyakiti dan mendzalimi seseorang. Salah satu rukun Islam ialah perintah untuk menjalankan shalat.

Menurut bahasa, “salat” berarti “doa”, sedangkan secara terminologi berarti ucapan-ucapan maupun perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat yang telah ditentukan, merupakan ritual ibadah yang berkaitan dengan waktu, serta sebagai syiar tegaknya ajaran agama.

Shalat menjadi dasar dan pedoman dari setiap aktifitas kehidupan manusia. Karena shalat adalah amalan yang pertamakali akan dihisap di akhirat kelak. Oleh karena itu sholat merupakan ibadah yang mengatur segala aktifitas baik itu diperintahkan maupun dilarang Tuhan. Aktifitas manusia berhubungan dengan Allah sebagai Tuhan penciptannya yang disebut habluminallah sedangkan aktifitas yang berhubungan dengan manusia disebut habluminannas.

Tujuan Allah Subhanhu wa Ta’ala menciptakan manusia dan jin adalah untuk beribada dan menyembah kepadannya. Menyembah disini berarti beribadah dan salah satunnya adalah shalat.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (الذاريات[٥١]: ٥٦

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”

Jamaah Jumuah yang di Muliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Dalam Al-Quran maupun As-Sunnah, ada beberap dalil-dalil yang menjelaskan , di antaranya:

Pertama, Untuk Mengingat Allah (zikir).

Pada hakikatnya, salat mengajarkan kita sebuah komunikasi yang intens antara makhluk dengan Sang Khalik, serta adanya penghambaan diri sepenuhnya terhadap Allah, Zat yang mengatur segala yang ada di alam semesta ini, karena salat sebagai amalan utama untuk mendekatkan diri kepadaNya.

Sebelum melakukan shalat, ada syarat yang harus terpenuhi yaitu bersuci segala najis, baik badan, pakaian maupun tempat, ini mengisyaratkan kepada kita bahwa untuk menghadap Allah diperlukan kesiapan mental menghadapi Sang Maha Suci (Al Quddus).

Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman Q.S. Toha [20]: 14

اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ (طه[٢٠]: ١٤

“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku.

Dalam surat Toha (20:14) tersebut menjelaskan bahwa tujuan sholat adalah agar setiap hambanya senangtiasa selalu berdzikir kepada Allah. Arti berdzikir disini adalah selalu mengingat Allah dimanapun dan kapanpun. Seperti ketika kita takbir membaca ‘’Allahuakbar’’ yang beratri Allah maha besar menjelaskan tentang keagungan Allah. Ketika hati kita selalu mengingat Allah membuat jiwa kita menjadi tenang dan tentram.

Kedua, Shalat dapat Mencegah Perbutan Keji dan Mungkar

Sebagaimana Allah Subhanahu wa Taala berfirman Q.S. Al-Ankabut [21]: 45.

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

Dan dirikanlah shalat! Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.”

Allah Subhanhu wa Ta’ala  memerintahkan hamba-Nya untuk mengerjakan shalat. Shalat memiliki banyak manfaat. Diantaranya adalah seseorang akan terhalangi dari perbuatan keji dan mungkar.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ: إِنَّ فُلاَنًا يُصَلِّي بِاللَّيْلِ، فَإِذَا أَصْبَحَ سَرَقَ. قَالَ: إِنَّهُ سَيَنْهَاهُ مَا تَقُولُ (احمد)

Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, ‘Sesungguhnya si Fulan shalat di malam hari, tetapi di waktu pagi dia mencuri.’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya shalatnya tersebut akan menahannya.” (H.R. Ahmad).

Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhum mengatakan bahwa di dalam shalat terdapat sesuatu yang dapat menahan dan mencegah seseorang dari perbuatan maksiat kepada Allah Azza wa Jalla. Barangsiapa shalatnya tidak menyuruhnya untuk melakukan perbuatan ma’ruf (yang baik) dan tidak melarangnya dari perbuatan mungkar, maka dia hanya membuat dirinya semakin jauh dari Allah Azza wa Jalla dengan shalat tersebut.

Al-Qatadah rahimahullah dan al-Hasan rahimahullah berkata bahwa barangsiapa yang shalatnya tidak dapat menahannya dari perbuatan fahsya’ dan mungkar, maka shalatnya tersebut menjadi perusak dirinya.

Ketiga, Shalat dapat Mengajarkan Kerukunan Sesama Umat Manusia

Shalat mengajarkan kerukunan sesama manusia. Hal ini terdapat pada bacaan salam sebagai doa keselamatan kepada sekitar kita, baik yang dikenal maupun tidak. Hal ini sesuai hadis Nabi yang berbunyi,

(اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ النَّاسَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَاْلمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ. (متفق عليه

Muslim yang baik adalah orang yang memberikan keamanan orang lain dari gangguan ucapan dan tangannya, serta orang yang hijrah adalah orang yang meninggalkan laranganNya.

Dari penjelasan ini, Muslim yang taat mejalankan perintah agama selalu menjaga perkataan serta perilakunya agar tidak menyakiti orang lain, serta berusaha menjauhkan diri dari sikap yang tidak diridai oleh Sang Maha Pencipta.

Keempat, Shalat dapat Mempersatukan Umat Islam

Shalat dapat mempersatukan umat Islam diseluruh dunia, terbukti orang yang salat pasti menghadap kiblat, hal ini sebagai titik persamaan semua manusia meski berbeda ras, budaya, suku bangsa. Sungguh ajaran Islam sangat mulia tidak hanya mengajarkan urusan spiritual saja, namun masalah kehidupan sehari-hari, mulai masalah kebersihan sampai masalah persatuan di masyarakat. Oleh karnanya dalam shalat sangat ditekankan dengan berjamaah.

Sebagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلَاةَ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً )لبخاري ومسلم

 “Shalat berjamaah lebih utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat”. 

Jamaah Jumuah yang di Muliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Kelima, Shalat dapat Mempertajam Kepekan Sosial

Pada hakekatnya ibadah shalat yang dilakukan umat Muslim tidaklah semata-mata hanya membangun hubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala (hablum minallah), melainkan lebih dari itu bisa membentuk jiwa kepekaan sosial.

Bagi imam, ketika menjadi seorang imam, janganlah terlalu lama dan jangan panjang-panjang dalam bacaan sholatnya. Ketika menjadi imam lalu membaca surat yang sangat panjang. Cukuplah membaca surat-surat pendek dalam Al-Quran.

Sebab seorang imam harus mengerti kondisi setiap makmumnya. Bisa jadi di antara yang menjadi makmum itu ada orang tua yang tidak kuat berdiri lama, ada yang sakit-sakitan, atau ada seorang pedagang, ada ibu-ibu yang mempunyai anak bayi, dan lainnya.

Oleh karena itu bagi imam selain harus berilmu dan memiliki rasa takut kepada Allah Subhanhu wa Ta’ala juga harus mengetahui kondisi makmumnya.

Berbeda jika shalat dilakukan sendiri. Semisal ketika sholat sunah. Maka boleh untuk memperpanjang bancaan sholat seperti membaca surat Al Baqarah dari awal hingga akhir atau pun lainnya. Keterangan-keterangan tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Kitab At-Targhib Wa At-Tarhib, karya Imam Al Mundziri, menuliskan hadits Nabi Muhammad Shallallahu Alahi Wasallam:

وَكَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْهَى الْأَئِمَّةَ عَنِ التَّطْوِيْلِ بِالنَّاسِ وَيَقُولُ اِذَاصَلَّى أَحَدُكُمْ لِلنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ فَاِنَّ فِيْهِمُ الضَّعِيْفَ وَالسَّقِيْمَ وَالْكَبِيْرَ وَذَاالْحَاجَةِ فَاِذَاصَلَّى لِنَفْسِهِ فَلْيُطَوِّلْ مَاشَاءَ.  وَكَانَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُخَفِّفُ الصَّلَاةَ مَعَ اِتْمَامِهَا. (البخاري)

“Nabi Muhammad SAW melarang kepada para imam memperpanjang bacaan (sholatnya) ketika dengan orang-orang (berjamaah). Nabi bersabda, “Ketika salah seorang dari kamu sholat untuk mengimami orang-orang maka ringankanlah. Karena sesungguhnya di antara orang-orang itu ada orang yang lemah, ada yang sakit, ada yang tua, ada yang mempunyai hajat. Apabila sholat sendiri, maka panjangkanlah sesukanya. Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam itu meringankan sholat jamaah, serta menyempurnakannya.” 

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم.

Khutbah ke-2:

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا  أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ،  فَيَآيُّهَا اْلمُؤْمِنُونَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسى بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ ااْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

 (R/R8/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.