Oleh: Ansaf Muarif Gunawan/Wartawan Kantor Berita Islam Mi’raj News Agency (MINA)
Khutbah 1:
إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Jamaah Jumaah yang dimuliakan Allah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Ikhlas merupakan salah satu akhlakul mahmudah yang harus dimiliki oleh semua orang. Secara sederhana, ikhlas adalah lawan dari riya yaitu kita melakukan segala pekerjaan ataupun ibadah hanya semata-mata karena ingin mendapatkan ridho Allah SWT. Sementara rya yaitu melakukan suatu amal perbuatan dan ibadah karena ingin mencari penghargaan dan juga pengakuan dari manusia.
Jika diartikan secara bahasa, makna Ikhlas memiliki arti membersihkan (jernih, bersih, suci dari pencemaran, suci dari campuran, baik itu berupa materi ataupun tidak). Selain itu, ikhlas juga bisa diartikan secara istilah, dimana artinya adalah membersihkan hati agar menuju kepada Allah SWT saja. Dengan kata lain, dalam melakukan ibadah, hati kita tidak boleh menuju kepada selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Ikhlas bermakna yaitu menutupi segala sesuatu dari pandangan makhluk lain. Biasanya, orang yang memiliki hati yang ikhlas disebut sebagai seorang Mukhlis yaitu seseorang yang ikhlas dan tidak mempunyai sifat riya.
Sementara menurut ulama salaf Fudhail Bin Iyadh, ikhlas adalah beramal hanya semata-mata karena Allah SWT. Apabila seseorang beramal karena untuk menarik perhatian manusia, maka orang tersebut termasuk orang yang riya. Sedangkan orang yang beramal karena manusia disebut syirik. Sementara posisi ikhlas berada di antara riya dan syirik.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Ikhlas menurut Imam Nawawi yaitu:
ﺍﻹِﺧْﻼَﺹُ ﺑِﺄَﻥْ ﻃَﻬُﺮَﺕْ ﺣَﻮَﺍﺳُﻪُ ﺍﻟﻈَّﺎﻫِﺮَﺓُ ﻭَ ﺍﻟْﺒَﺎﻃِﻨَﺔُ ﻣِﻦَ ﺍﻷَﺧْﻼَﻕِ ﺍﻟﺬَّﻣِﻴْﻤَﺔِ
“Ikhlas adalah membersihkan seluruh panca indranya secara lahir dan batin dari budi pekerti yang tercela.”
Beramal adalah salah satu pembuktian makhluk kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala bahwa mereka adalah seorang hamba yang patuh kepada Sang Pencipta yang sudah memberikan amanat dan rahmat yang luar biasa. Dimana amal yang dilakukan ditujukan sebagai suatu pembuktian ketaatan mereka kepada Allah, sehingga harus dilakukan dengan hati yang bersih dan murni.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Jadi apa yang kita amalkan dan apa yang kita lakukan benar-benar hanya karena Allah SWT dan bebas dari kemunafikan yaitu riya atau syirik. Hal tersebut sejalan dengan salah satu ayat yang ada di dalam Al Qur’an.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman Q.S. Al Mulk ayat 2:
اَلَّذِى خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَوةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَّهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُ
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Ikhlas adalah memurnikan niat (dalam berbuat dan bertindak) semata-mata untuk mencari keridhaan Allah. Ikhlas adalah perbuatan yang murni karena Allah, bukan untuk tujuan-tujuan yang lain, seperti untuk mendapat sanjung puji dari orang lain, ingin mendapat ‘sebutan’ tertentu dari orang lain, ingin mendapat penghargaan dan penghormatan orang lain, dan sebagainya. Islam menganjurkan setiap orang beriman untuk senantiasa bersikap ikhlas dalam melakukan segala sesuatu, karena perbuatan yang tidak didasari keikhlasan, niscaya ia tidak akan membawa hasil akhir yang memuaskan, bahkan akan menyebabkan amal itu menjadi sebuah kesia-siaan. Mengapa? Karena ikhlas adalah syarat bagi diterimanya amal.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman Q.S. An-Nisa: 146.
اِلَّا الَّذِيْنَ تَابُوْا وَاَصْلَحُوْا وَاعْتَصَمُوْا بِاللّٰهِ وَاَخْلَصُوْا دِيْنَهُمْ لِلّٰهِ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الْمُؤْمِنِيْنَۗ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللّٰهُ الْمُؤْمِنِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًا (انشاء ١٤٦)
“Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orangorang yang beriman pahala yang besar.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah
Amal ibadah apapun, jika pelakunya tidak ikhlas semata-mata karena Allah, maka amal dan ibadahnya itu akan ditolak oleh-Nya. Rasulullah SAW bersabda, “Allah tidak akan menerima suatu amal, melainkan amal itu memang murni untuk-Nya dan dikerjakan demi mengharap keridhaan-Nya.” (H.R. Ibnu Majah)
Dalam hadits yang lain, Rasulullah Shallahu Alahi Wasallam bersabda:
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung kepada niatnya, dan bahwasannya bagi tiap-tiap orang apa yang telah diniatkannya Barangsiapa yang hijrahnya (ikhlas) karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Namun barang siapa yang hijrahnya adalah karena dunia yang dia ingin mem. perolehnya, atau karena wanita yang dia ingin mengawininya, maka hijrahnya itu adalah kepada apa yang ia telah berhijrah kepadanya.” (H.R. Muslim)
Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah
Keikhlasan seseorang dapat diukur tinggi rendahnya berdasar kadar kemurnian dan ketulusan seseorang dalam melakukan suatu perbuatan. Ikhlas yang paling tinggi adalah apabila seseorang mampu melakukan sesuatu dengan sama kadar kemurniannya, baik saat dilihat atau tidak dilihat oleh orang lain. Yakni sama sekali terlepas dari pengaruh pandangan (penilaian) orang lain, karena memang semua itu dikerjakannya semata-mata arena Allah. Dan serendah-rendahnya ikhlas adalah apabila seorang melakukan sesuatu tetapi tidak sama dalam kadar murniannya, ketika dilihat dan tidak dilihat oleh orang lain.
Misalnya pada kasus seseorang yang ketika melakukan shalat sendirian, maka dia mengerjakannya secara cepat dan sekenanya. Tetapi ketika ia shalat bersama dengan orang lain, maka ia mengkhusyukkan dan memanjangkan shalatnya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Orang yang semacam ini nilai keikhlasannya adalah rendah. Atau juga seperti kasus orang yang memberikan amal (derma), dimana ketika amalnya itu dicatat dan diumumkan kepada khalayak, maka dia beramal banyak. Tetapi jika amalnya itu tidak dicatat dan tidak diumumkan kepada khalayak, maka dia hanya beramal sedikit.
Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah
Lebih dari itu, sesungguhnya keikhlasan adalah kunci untuk meraih kesuksesan. Beberapa kisah nyata pun telah membuktikan kepada kita betapa ikhlas adalah kunci meraih kesuksesan. Contohnya, kesuksesan Nabi Yusuf menjadi pejabat tinggi di Mesir adalah tidak lepas dari keikhlasannya yang tinggi dalam menghadapi segala cobaan hidup. Demikian juga, kesuksesan Nabi Ibrahim untuk meraih posisi terhormat di sisi Allah sebagai “Sang Khalilullah” dan “Bapak Moyang Para Nabi” adalah tidak lepas dari keikhlasannya yang tinggi dalam beribadah dan menyampaikan ajaran Allah dan kesuksesan Nabi Muhammad dalam menyebarkan Islam ke seluruh penjuru Arab, bahkan dunia, dalam waktu yang relatif singkat, semua itu juga tidak lepas dari keikhlasan beliau yang tinggi dalam menghadapi segala rintangan dan cobaan yang mendera beliau saat berdakwah.
Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
Demikian juga halnya dengan ikhlas dalam bersedekah. Allah SWT telah menjanjikan untuk orang-orang yang mampu bersikap ikhlas dalam bersedekah dengan balasan dan pahala yang berlipatganda. Karena apapun yang kita dermakan secara ikhlas, niscaya Allah SWT akan melipatgandakan balasannya menjadi 7 sampai 700 kali lipat untuk kita. Jika kita memberi satu, maka kita akan mendapat 7 sampai 700. Allah berfirman:
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ .( البقرة ٢٦١)
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Jadi, seseorang tidak akan pernah menjadi miskin hanya karena ia rajin bersedekah atau berderma, karena Allah pasti akan menggantinya dengan yang lebih banyak lagi.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus
Sambungan ayat di atas, orang yang bersedekah ikhlas karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan mendapat pahala besar, berupa surga.
اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُوْنَ مَآ اَنْفَقُوْا مَنًّا وَّلَآ اَذًىۙ لَّهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Q.S. Al-Baqarah: 262)
Semoga kita menjadi orang-orang yang ringan dalam beribadah dan ringan dalam menggerakkan tangan untuk bersedekah, dan semoga setiap ibadah, sedekah dan kebajikan yang kita lakukan senantiasa didasari atas sikap ikhlas, semata-mata karena Allah, sehingga kita akan mendapatkan pahala dan balasan yang berlimpah dalam kehidupan dunia ini dan kehidupan akhirat kelak. Amin ya Rabbal Alamin.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kabar Gembira bagi yang Mentaati Allah dan Rasul-Nya
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ
Khutbah ke-2:
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ،. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرً۬ا كَمَا حَمَلۡتَهُ ۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآۚ أَنتَ مَوۡلَٮٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡڪَـٰفِرِينَ. رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٲجِنَا وَذُرِّيَّـٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٍ۬ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا.رَبِّ هَبۡ لِى مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةً۬ طَيِّبَةًۖ إِنَّكَ سَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
(A/R8)
Mi’raj News Agency (MINA)