Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ, اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا )
( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ )
( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا) أَمَّا بَعْدُ
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,
Alhamdulillah, bahwa kenikmatan Allah kepada kita sungguh sangat banyak. Oleh karena itu, kita wajib bersyukur dengan sebenar-benarnya atas semua kenikmatan itu. Yaitu bersyukur dengan hati, lisan dan anggota badan.
Bersyukur dengan dengan hati, yaitu dengan mengakui bahwa kenikmatan itu datang dari Allah, merasa ridha dan lapang atas segala pemberian-Nya. Bersyukur dengan lisan, yaitu dengan memuji Allah dan menyebut-nyebut kenikmatan tersebut. Bukan untuk riya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menggapai Syahid di Jalan Allah Ta’ala
Serta bersyukur dengan anggota badan, yaitu menggunakan anggota badan kita ini untuk taat kepada-Nya, dengan bertakwa kepada-Nya secara sebenar-benarnya.
Adapun takwa merupakan perintah Allah kepada seluruh manusia. Sebagaimana firman-Nya:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama–Nya, kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Q.S. An-Nisa [4]: 1).
Dengan takwa itu, Allah akan memberikan kita jalan keluar dari setiap problematika, serta dengan takwa itu pula Allah akan berikan kita berbagai kemudahan dalam segala urtusan kita.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Mempersiapkan Generasi Pembebas Masjid Al-Aqsa
Keutamaan takwa sangat sering kita dengar, antara lain firman Allah,
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا
Artinya: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar”. (Q.S. Ath-Thalaq: 2).
Juga firman-Nya:
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
Artinya: ‘Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. (Q.S. Ath-Thalaq: 4).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Dan firman-Nya:
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
Artinya: “Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menutupi kesalahan-kesalahannya, dan akan melipatgandakan pahala baginya”. (Q.S. Ath-Thalaq: 5).
Kita berharap, semoga Allah membersihkan jiwa kita dan memberikan ketakwaan pada hati kita, yang ketakwaan itu muncul pada lisan dan perbuatan kita semua.
Hadirin yang dirahmati Allah.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Iman dan takwa seperti itulah, yang apabila kita istiqamah menjalankannya, Allah akan memberikan keberkahan dari langit dan bumi.
Seperti Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebutkan di dalam ayat :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
Artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.S. Al-A’raf [7]: 96).
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa seandainya penduduk suatu negeri itu beriman kepada agama yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mereka bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan melimpahkan kepada mereka kebaikan dan keberkahan yang banyak. Keberkahan baik yang datang dari langit maupun yang datang dari bumi.
Keberkahan yang datang dari langit misalnya turunnya hujan yang menyirami dan menyuburkan bumi. Hingga dengan hujan itu tumbuhlah tanam-tanaman yang diperlukan manusia. Ada tanaman padi, sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman kayu, dan sebagainya, yang semuanya diperlukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Lalu, dengan tanaman-tanaman itu, seperti rerumputan, dimakan pula oleh binatang-binatang. Hingga berkembang-biaklah binatang-binatang ternak itu, yang kesemuanya lagi-lagi dimakan oleh manusia.
Lalu tumbuhlah ekonomi yang mensejahterakan, masyarakat yang sehat jasmani dan rohaninya, tumbuh keamanan dan kedamaian para penghuninya. Disebabkan iman dan takwa, perlindungan Allah Ta’ala.
Begitulah Allah menyebutnya dengan:
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ
“Pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah”.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Berkah itu sendiri hadirin,
Imam An-Nawawi menyebutnya dengan makna tumbuh, berkembang, atau bertambah; dan kebaikan yang berkesinambungan.
Al-Asfahani dan Ibnu Faris, menyebutkan, barokah arti asalnya adalah “dada atau punggung unta yang menonjol”. Ini ada kaitannya dengan arti “tumbuh dan bertambah”. Sebab, salah satu dari anggota tubuh unta itu menonjol dari tubuhnya yang lain.
Berkah di sini juga dimaiknai sebagai “Tetapnya kebaikan yang bersifat ilahiyah”.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Maka, Ulama menyimpulkan, makna berkah adalah segala sesuatu yang banyak dan melimpah, mencakup berkah-berkah material dan spiritual, seperti keamanan, ketenangan, kesehatan, harta, anak, dan usia.
Begitulah, yang pada intinya adalah untuk mendapatkan keberkahan dari rahmat-Nya harus diiringi dengan ketaatan, keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
Sementara ada juga kenikmatan yang didapatkan oleh selain mereka yang beriman dan bertakwa kepada-Nya. Itu merupakan bentuk kasih sayang Allah terhadap makhluk-Nya. Namun kenikmatan kepada mereka yang ingkar dan maksiat itu, bukanlah suatu keberkahan, melainkan istidraj (pembiaran agar tetap merasa nyaman dengan keingkarannya).
Seperti jika karunia Allah berupa pemberian hujan yang menyirami suatu daerah, hujan itu mendatangkan manfaat, dan dengan air hujan itu yang diikelola dengan baik melalui sistem pengairan yang terintegrasi, maka dapat menghasilkan berbagai produksi pangan yang melimpah, mengisi persediaan air minum ke rumah-rumah warga, untuk mandi dan mencuci, hingga dapat untuk menggerakkan energi listrik.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Sebaliknya, karunia hujan itu bukan lagi menjadi berkah manakala kemudian mendatangkan berbagai kerusakan seperti banjir, tanah longsor dan sebagainya. Akibat ulah tangan-tangan manusia yang tidak memperhatikan kelestarian dan keseimbangan alam.
Namun sebaliknya, saudara-saudaraku yang mulia,
Jika penduduk suatu negeri tidak beriman dan bertakwa, bahkan sebaliknya mereka mendustakan Rasul, serta melakukan kejahatan dan kemaksiatan, maka Allah menimpakan siksa kepada mereka.
Walaupun bentuk siksanya tidak sama dengan siksa yang telah ditimpakan kepada umat yang dahulu yang bersifat memusnahkan.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Datangnya azab tersebut adalah sesuai dengan sunnatullah yang telah ditetapkan-Nya dan tak dapat diubah oleh siapa pun juga selain-Nya. Lalu manusia-manusia yang merugi di dunia dan akhirat.
Untuk itu, marilah kita kembali bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya agar dapat kembali kepada-Nya dalam keadaan yang diridhai-Nya.
Allah mengingatkan di dalam ayat:
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةً۬ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَيِّـَٔاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَڪُمۡ جَنَّـٰتٍ۬ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ يَوۡمَ لَا يُخۡزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُ ۥۖ نُورُهُمۡ يَسۡعَىٰ بَيۡنَ أَيۡدِيہِمۡ وَبِأَيۡمَـٰنِہِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتۡمِمۡ لَنَا نُورَنَا وَٱغۡفِرۡ لَنَآۖ إِنَّكَ عَلَىٰ ڪُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ۬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Q.S. At-Tahrim [66]: 8).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
Semoga kita dapat meraih keberkahan dengan iman dan takwa tersebut. Aamiin. (RS2/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)