Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur
Khutbah Jumat kali ini mengambil judul: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi.
Setiap manusia memang ditakdirkan untuk menghadapi kesulitan semasa hidupnya. Karena memang dunia adalah tempatnya manusia bersusah payah.
Maka barangsiapa ikhlas dalam menghadapi kesusahan di dunia dan mau berbuat baik dengan sesama, maka Allah Ta’ala akan memberikan balasan surga. Namun barang siapa yang enggan berbuat kebaikan, maka neraka adalah tempat yang abadi untuknya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Maka barangsiapa ikhlas dalam menghadapi kesusahan di dunia dan mau berbuat baik dengan sesama, maka Allah Ta’ala akan memberikan balasan surga. Namun barang siapa yang enggan berbuat kebaikan, maka neraka adalah tempat yang abadi untuknya.
untuk mengetahui kelengkapan isi khutbah, silakan simak berikut ini:
ِسْمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
Khutbah ke-1:
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّٰهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، اللّٰهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَة، مَاشَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَالَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ العَلِيِّ الْعَظِيْمِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا الإِخْوَة أوْصُيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ : أَعُوذُ بِاللَّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَقَالَ الَنَّبِيُ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Segala pujian dan rasa syukur yang mendalam marilah senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dialah Yang terus-menerus melimpahkan berbagai nikmat kepada manusia, tanpa berharap balasan dan sanjungan dari hamba-hamba-Nya. Semua ibadah dan amal shalih yang dilakukan manusia akan kembali sepenuhnya pada diri mereka.
Maha Suci Allah Yang telah memberi petunjuk jalan-jalan keselamatan dan kebahagiaan. Maka, marilah senantiasa kita bentengi diri kita dari segala keburukan dan kemaksiatan, dengan senantiasa meningkatkan iman dan takwa, serta terus menambah ilmu, mentafakuri dan mentadaburi ayat-ayat-Nya, baik yang tersurat maupun yang tersirat, terhampar di alam raya.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Pada kesempatan yang berbahagia ini, khatib akan menyampaikan khutbah berjudul “Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi.” Sebagai landasannya, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an Surah Al-Balad [90] ayak ke-11 – 17, yang berbunyi:
فَلَا ٱقۡتَحَمَ ٱلۡعَقَبَةَ (١١) وَمَآ أَدۡرَٮٰكَ مَا ٱلۡعَقَبَةُ (١٢) فَكُّ رَقَبَةٍ (١٣) أَوۡ إِطۡعَـٰمٌ۬ فِى يَوۡمٍ۬ ذِى مَسۡغَبَةٍ۬ (١٤) يَتِيمً۬ا ذَا مَقۡرَبَةٍ (١٥) أَوۡ مِسۡكِينً۬ا ذَا مَتۡرَبَةٍ۬ (١٦) ثُمَّ كَانَ مِنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡمَرۡحَمَةِ (١٧) (البلد [٩٠]: ١١ــ١٩)
“Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. [11] Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? [12] “(yaitu) membebaskan perbudakan, [13] atau memberi makan pada saat kelaparan, [14] (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, [15] atau orang miskin yang sangat fakir. [16] Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.[17]” (QS Al-Balad [90]: 11-17)
Ulama asal Suriah, Prof Dr Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir menjelaskan, bahwa Surah Al-Balad diturunkan di Mekkah, terdiri atas 20 ayat, diturunkan sesudah surat Qaf.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Penamaan Al-Balad disebabkan karena Allah Ta’ala membuka surah ini dengan sumpah (qasam) terhadap kota yang mulia yakni Makkah, yang di dalamnya terdapat Ka’bah sebagai kiblat kaum Muslimin di seluruh dunia.
Imam Qatadah menjelaskan, bahwa jalan mendaki adalah jalan kesulitan yang sangat berat lagi menyusahkan. Namun orang-orang beriman dengan rela mengerjakan hal itu, semata-mata karena mentaati Allah Ta’ala. Sulit menurut kadar hawa nafsu, tapi lezat menurut kadar iman (khalaawatul imaan).
Untuk menaklukkan jalan mendaki itu, hanya dapat dihadapi oleh manusia-manusia yang benar-benar paham hakikat kehidupan yang sesungguhnya. Untuk apa ia hidup? Untuk siapa dia hidup? Dan akan ke mana akhir hidup?
Dengan pemahaman yang benar tentang hakikat kehidupan inilah, manusia-manusia pilihan akan berupaya tetap berkomitmen dengan nilai-nilai kebenaran dan konsisten menuju puncak ketakwaan.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Melalui surah Al-Balad ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan umat manusia untuk saling berbagi atas nikmat dan rahmat yang diberikan, kepada sesama manusia.
Setiap manusia memang ditakdirkan untuk menghadapi kesulitan semasa hidupnya. Karena memang dunia adalah tempatnya manusia bersusah payah.
Maka barangsiapa ikhlas dalam menghadapi kesusahan di dunia dan mau berbuat baik dengan sesama, maka Allah Ta’ala akan memberikan balasan surga. Namun barang siapa yang enggan berbuat kebaikan, maka neraka adalah tempat yang abadi untuknya.
Ma’asyiral Muslimin, hafidzakumullah
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Ayat ke-11 dan 12 berbicara tentang jalan kebaikan yang dikatakan sebagai jalan mendaki lagi sukar, sulit ditempuh lagi menanjak. Maka, hanya orang-orang yang sabar saja yang mampu dan mau melakukannya.
Adapun jalan kebaikan yang sukar lagi sulit itu sebagaimana dijelaskan pada ayat selanjutnya, ayat ke 13 hingga 17. Yaitu:
Pertama: membebaskan perbudakan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menginginkan penghambaan yang sempurna kepada Dzat-Nya saja, bukan perbudakan sesama manusia.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
Karena itulah, salah satu misi utama agama Islam adalah menghapus dan menghilangkan perbudakan manusia atas manusia lain, penghambaan manusia kepada manusia lain dan beralih menjadi penghambaan hanya kepada Allah Ta’ala semata.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda:
أَعْتِقُوا عَنْهُ يُعْتِقُ اللَّهُ بِكُلِّ عُضْوٍ مِنْهُ عُضْوًا مِنَ النَّارِ (رواه ابو داود)
“Merdekakanlah olehmu untuknya seorang budak, maka Allah akan memerdekakan setiap anggota tubuhnya dengan setiap anggota tubuh budak itu dari neraka.” (HR Abu Dawud)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus
Dalam konteks saat ini, membebaskan perbudakan bisa diartikan dengan membantu perjuangan bangsa Palestina dan bangsa-bangsa lainnya, yakni mereka yang dijajah, dianiaya dan dirampas hak-haknya.
Kedua, memberi makan pada saat kelaparan.
Memberi pertolongan pada saat yang sangat dibutuhkan adalah perbuatan yang amat mulia. Maka hal tersebut menjadi amal yang sangat berat. Hanya orang-orang terpilih saja, yang mampu melakukannya.
Orang-orang terpilih adalah mereka yang bukan sekadar bersimpati, namun memberi dan melakukan aksi nyata.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kabar Gembira bagi yang Mentaati Allah dan Rasul-Nya
Orang-orang terpilih itu adalah mereka yang bukan sekadar mengatakan “saya turut berduka,,”, namun juga diiringi dengan pemberian shadaqah sesuai kemampuan maksimalnya.
Orang-orang terpilih itu adalah mereka yang bukan sekedar “kasihan ya”. Namun juga berupaya membantu, walau tidak harus dengan uang, tapi juga dengan untaian bait-bait doanya.
Jika saat ini kita menyaksikan warga Gaza yang terancam kelaparan karena langkanya makanan, maka mari kita bantu dengan usaha maksimal kita.
Mari kita doakan mereka, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala segera mengangkat kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi, dan memberi kemerdekaan yang sempurna dalam ridha-Nya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Keutamaan Rapatnya Shaf dan Shaf Pertama dalam Shalat Berjamaah
Ketiga, membantu anak yatim yang ada hubungan kerabat.
Memuliakan dan menolong anak yatim adalah salah satu amal yang utama. Apalagi jika anak yatim tersebut masih ada hubungan kekerabatan, tentu akan menambah nilai tambah, yaitu menjaga dan menyambung tali kekerabatan (silaturrahmi).
Membantu anak yatim bisa dengan memberi makanan, beasiswa pendidikan, perlindungan tempat tinggal, memberikan modal usaha, dan lainnya yang mereka butuhkan.
Keempat, memberi makan orang miskin yang sangat fakir.
Orang-orang miskin dan menderita karena kemiskinannya adalah orang yang berada di prioritas utama untuk dibantu. Jiwa mereka tertekan karena lidah mereka tak sanggup mengungkapkan permintaan. Hati mereka menanggung malu karena masih memiliki iman yang menahan tangan dan kakinya berbuat kejahatan dan menghalalkan segala cara.
Mereka itulah yang sangat hendaknya diutamakan untuk ditolong, seperti para pengungsi Palestina dan Rohingya kamp-kamp pengungsian mereka.
Kelima, konsisten mempertahankan iman dan saling menasihati dengan kesabaran dan kasih sayang.
Untuk dapat melaksanakan hal ini maka perlu kebersamaan. Inilah yang disebut berjamaah.
Oleh karena itu, marilah kita wujudkan syariat Al-Jama’ah secara hakiki, tidak hanya dalam angan-angan dan kata-kata, sebagaimana pesan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam kepada sahabat Huzaifah bin Yaman Radhiyallah Anhu:
….تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ … (رواه البخارى)
“Maka tetapilah olehmu Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka.“ (HR Al-Bukhari)
Kelima hal di atas memang tidak ringan, tetapi bukan tidak mungkin untuk diwujudkan. Hanya dengan usaha keras dan pertolongan Allah Ta’ala, kelimanya dapat kita wujud sehingga kita termasuk dalam “ashhabul maimanah” (kelompok kanan) yang diridhai Allah Ta’ala.
Semoga kita semua mampu menunaikan perintah-perintah di atas, sehingga kita mampu menggapai ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Aamiin ya Rabbal Alamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ . اِنَّهٗ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمِ.
Khutbah ke-2
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ اَمَرَنَا بِلُزُوْمِ اْلجَمَاعَةِ، وَنَهَانَا عَنِ اْلاِخْتِلَافِ وَالتَفَرُّقَةِ، وَاْلصَّلَاةُ وَالسَّلآ مُ عَلٰى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَا بِهِ هُدَاةِ اْلاُمَّةِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَآيُّهَا اْلمُسْلِمُوْنَ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ، وَقَالَ اللهُ تَعاَلَى أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ،إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللّٰهُمَّ انْصُرْ اِخْوَانَنَآ المُجَا هِدِيْنَ فِى فِلِسْطِيْنِ وَفِى كُلِّ مَكَانٍ .اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ آْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَاهَذَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً ، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Mi’raj News Agency (MINA)