Oleh : Insaf Muarif Gunawan, Wartawan MINA (Mi’raj News Agency)
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَ لَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً، وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ، إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمً، أَمَّا بَعْد .فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
Tidak ada satu detik pun terlewat dari waktu yang kita lalui, kecuali kita merasakan nikmat dan kasih sayang Allah yang terus-menerus mengalir dalam setiap langkah kehidupan kita. Setiap saat, nikmat-nikmat itu pun semakin bertambah. Nikmat yang satu disusul dengan nikmat berikuntya, tanpa bisa kita hitung jumlahnya.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Karena itu, Maka, sebagai bentuk syukur kita, marilah senantiasa kita melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. itulah takwa, dan itulah wasiat yang senantiasa khatib sampaikan kepada diri sendiri, keluarganya dan jamaah Jumah, dengan wasiat takwa. Marilah kita pelihara dan tingkatkan takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan taqwa yang sesungguh-sungguhnya.
Hal itu mengingat takwa adalah sebaik-baik bekal kehidupan. Sebagaimana firman-Nya :
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ ۚ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ
Artinya: “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS Al-Baqqrah : 197).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
Jamaah Jumat yang berbahagia
Pada kesempatan ini marilah kita merenungkan firman Allah di dalam surah Al-Baqarah ayat 238:
حٰفِظُوْاعَلَى ٱلصَّلَوٰتِ وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلْوُسْطَىٰ وَقُومُوْا لِلَّهِ قٰنِتِينَ(ابقراة[٢]: ٢٣٨)
Artinya: “Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.”
Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
Ayat ini mengingatkan kita agar senantiasa memelihara shalat, dan jangan sampai meremehkan dan menyia-nyiakan shalat. Apalagi kalau sampai berani meninggalkannya dengan sengaja dan terang-terangan.
Jamaah Jumat rahimakumullah
Ibadah shalat merupakan tiang agama, di mana agama ini tidak akan tegak kecuali dengannya. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلَامُ وَعَمُوْدُهُ الصَلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-1] Amalan Bergantung pada Niat
Artinya: “Pokok agama adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.” (HR At-Tirmidzi).
Shalat termasuk ibadah yang pertama kali diwajibkan setelah ikhlas dan tauhid, sebagaimana Firman Allah pada Surat Al-Bayyinah ayat 5:
وَمَآ أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْااللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَآءَ وَيُقِيْمُوْا الصَّلَوةَ وَيُؤْتُوْا االزَّكَوةَ وَذَلِكَ دِيْنُالْقَيِّمَةِ
Artinya: “Dan tidaklah mereka disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS Al-Bayyinah [98]: 5).
Baca Juga: Enam Langkah Menjadi Pribadi yang Dirindukan
Hal ini sebagaimana juga sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam:
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِله إِلاّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللَّه ، وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ، عَصَمُوْا مِنِّيْ دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الْإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى الله.
Artinya: “Aku telah diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, kemudian mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan itu, maka mereka menjaaga darah dan harta mereka dariku kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka diserahkan kepada Allah.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)
Shalat juga merupakan amal ibadah pertama kali yang akan dihisab di hari kiamat kelak, sebagaimana dalam hadits dari sahabat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
Baca Juga: BSP 2024, Solidaritas dan Penghormatan Bagi Pahlawan di Tengah Genosida
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ.
Artinya: “Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari amal seorang hamba pada Hari Kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka ia telah berbahagia dan sukses, tetapi apabila shalatnya jelek, maka ia telah celaka dan rugi.” (HR At-Tirmidzi).
Di samping itu, shalat adalah wasiat terakhir Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam kepada umatnya, sebagaimana telah diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwasanya ia berkata:
.كَانَ مِنْ آخِرِ وَصِيَّةِ رَسُوْلِ اللَّه الصَّلاَةَ الصَّلاَةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ
Baca Juga: Catatan 107 Tahun Balfour dan Setahun Perjuangan Thufanul Aqsa
Artinya: “Wasiat terakhir Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam adalah ‘Kerjakanlah shalat, kerjakanlah shalat, dan tunaikanlah kewajiban kalian terhadap budak-budak yang kalian miliki.” (HR Imam Ahmad).
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Selain berbagai keutamaan ibadah shalat itu, Allah juga memberikan ancaman keras bagi orang yang meninggalkan shalat. Seperti dalam surat Al-Mudatstsir ayat 42-43 Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan:
مَاسَلَكَكُمْ فِي سَقَر. قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ
Baca Juga: Memaknai Iqra
Artinya: “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (Neraka)?” Mereka menjawab, “Kami dahulu (di dunia) tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.”
Di dalam hadits disebutkan bahwa orang yang meninggalkan ibadah shalat diancam akan dikumpulkan bersama Qarun, Firaun, Haman, dan Ubay bin Khalaf. Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوْرًا وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُوْرٌ وَلاَ بُرْهَانٌ وَلاَ نَجَاةٌ، وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُوْنَ، وَفِرْعَوْنَ، وَهَامَانَ، وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ.
Artinya: “Barangsiapa yang menjaganya (shalat fardhu) maka pada Hari Kiamat dia akan memperoleh cahaya, bukti nyata (yang akan membelanya), dan keselamatan. Dan barangsiapa yang tidak menjaganya, maka dia tidak memiliki cahaya, bukti nyata (yang akan membelanya), dan keselamatan, serta pada Hari Kiamat dia akan (dikumpulkan) bersama Qarun, Firaun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR Ahmad).
Baca Juga: Mengembangkan Sumber Pangan Lokal Berbasis Komunitas
Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah
Terakhir, sebagai penegasan, yang membedakan antara kekufuran dan keimanan adalah pada shalatnya. Dalam hal ini disebutkan di dalam hadits :
عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلَاةِ
Artinya: “Dari Ibnu Juraij dia berkata, telah mengabarkan kepadaku Abu az-Zubair bahwa dia mendengar Jabir bin Abdullah berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Yang memisahkan antara seorang laki-laki dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat.” (HR Muslim).
Baca Juga: Mengislamkan Pikiran, Hati, Dan Perilaku
Begitulah, dapatlah dikatakan shalat bagaikan kebutuhan jiwa seorang hamba, layaknya makan dan minum sebagai kebutuhan lahirnya. Sehari saja manusia tidak makan, maka badannya akan terasa lemas dan tidak berdaya. Demikian pula jika meninggalkan shalat, maka lemahnya jiwanya.
Makan adalah hajat manusia dan penopang kesehatan badannya. Kebutuhan jasmani terhadap makanan harus dipenuhi, sebagaimana kesehatan rohani pun harus dipenuhi, yakni melalui ibadah shalat.
Bagaimana pun keadaan yang kita alami, maka shalat wajib kita lakukan. Baik ketika sehat ataupun sedang sakit, dalam keadaan safar maupun bermukim. Shalat wajib yang lima waktu harus tetap dikerjakan, bagaimana pun kondisi kita. Tak bisa berdiri, boleh dengan duduk. Sakit terkena air, maka bertayammum pun jadi. Oleh sebab itu, janganlah sekali-kali kita meremehkan shalat, apalagi meninggalkannya.
Jadilah kita termasuk hamba-hamba Alah yang selalu menjaga shalat, karena kita tidak tahu berapa umur kita yang tersisa. Semoga kita istiqamah dalam melaksanakan salat lima waktu sepanjang hari, sampai menghadap Allah dalam keadaan berserah diri kepada-Nya, dengan senantiasa menjaga ibadah shalat. Aamiin.
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
Khutbah ke-2:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ .لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ٠رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ ۖ وَٱعْفُ عَنَّا وَٱغْفِرْ لَنَا وَٱرْحَمْنَآ ۚ أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
(A/R8/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)